Jika Anda menderita flu berkepanjangan, minimal selama dua minggu berturut-turut bahkan sampai mengeluarkan bau yang tak sedap, Anda terkena sinusitis. Untuk mengatasinya ada banyak cara yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah terapi laser. Sinar laser akan mengurangi pembengkakan dan membuka sumbatan akibat peradangan.
Sinus atau yang biasa disebut dengan sinus paranalisin ini adalah rongga udara yang terdapat dari tulang tengkorak di sekitar wajah yang berfungsi memperingan tengkorak. Rongga ini berjumlah empat pasang, kiri dan kanan, yaitu sinusitis frontalis yang terletak di bagian dahi, sinus maksilaris terletak di bagian dahi, sinus maksilaris terletak di belakang pipi, sinus sphenoid dan sinus ethmoid yang terletak agak lebih dalam di belakang rongga mata dan di belakang.
Dinding sinus dibentuk oleh sel-sel penghasil cairan mukus. Udara masuk ke dalam sinus melalui sebuah lubang kecil yang menghubungkan rongga sinus dengan rongga hidung yang disebut dengan ostia. Jika lubang ini buntu, udara tidak akan bisa keluar-masuk dan cairan mukus yang diproduksi di dalam sinus tidak bisa keluar.
Sinusitis disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain, flu, alergi, dan bahan iritan yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan pada ostia sehingga lubang drainase ini buntu dan mengganggu aliran udara sinus serta cairan mukus. "Bisa juga yang menjadi penyebab lainnya itu adalah tumor dan trauma," sambung dr Oetomo Hs.
Drainase cairan mukus keluar dari rongga sinus, lanjut dr Oetomo Hs, dapat terhambat oleh pengentalan cairan mukus itu sendiri. Pengentalan ini terjadi karena obat anthistamin, penyakit fibro kistik dan lain-lain. Sel penghasil mukus memiliki rambut halus (silia) yang selalu bergerak untuk mendorong cairan mukus keluar dari rongga sinus. Asap rokok merupakan biang kerok dari rusaknya rambut halus ini.
Cara membuang ingus yang salah juga dapat menjadi salah satu penyebab karena sebagian dari ingus yang seharusnya keluar malah masuk ke rongga dan susah dikeluarkan. Faktor lainnya adalah merokok. Hawa panas yang dihisap akan merangsang organ-organ di sekitar hidung sehingga menimbulkan iritasi. Kemungkinan timbulnya sinusitis menjadi lebih besar. "Kadang juga dapat terjadi akibat infeksi gigi dan biasanya mengenai sinus maksilaris atau rongga pada kedua pipi," terangnya.
Sinusitis dapat dibagi menjadi dua tipe. Pertama, berdasarkan lamanya penyakit seperti akut, subakut, dan kronis, serta berdasarkan jenis peradangan yang terjadi, seperti infeksi dan noninfeksi. Disebut sinusitis akut bila lamanya antara 1-3 bulan. Sedangkan sinusitis kronis terjadi bila diderita lebih dari 3 bulan.
Sinusitis infeksi biasanya disebabkan oleh virus, walaupun ada pula yang disebabkan oleh bakteri. Sedangkan sinusitis noninfeksi sebagian besar disebabkan oleh alergi dan iritasi bahan kimia. Sinusitis subakut dan kronis sering merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat. "Pada infeksi kronis dapat menyebabkan keluarnya cairan dari hidung secara terus-menerus dan disertai nanah," terang dr Oetomo lagi.
Pada dasarnya, gejala sinusitis yang paling umum adalah sakit kepala, nyeri pada daerah wajah yang disertai dengan demam. Hampir 25 persen pasien mengalami demam yang berhubungan dengan sinusitis yang diderita. Gejala lainnya adalah wajah pucat, perubahan warna pada ingus, hidung tersumbat, nyeri ketika akan menelan, dan batuk. Pada sinusitis karena alergi, ada gejala lain seperti gatal pada mata dan bersin-bersin.
Sebagian besar sinusitis sudah dapat didiagnosa hanya berdasarkan riwayat keluhan pasien serta pemeriksaan fisik, akan ditemukan adanya kemerahan dan pembengkakan pada rongga hidung, ingus yang mirip nanah, serta pembengkakan di sekitar mata dan dahi. Pemeriksaan dengan CT Scan dan MRI baru diperlukan bila sinusitis gagal disembuhkan dengan pengobatan awal. Rhinoskopi, sebuah cara untuk melihat langsung ke rongga hidung, diperlukan guna melihat lokasi sumbatan ostia. Terkadang diperlukan penyedotan cairan sinus supaya bisa dilakukan pemeriksaan kuman untuk menentukan jenis infeksi.
Untuk sinusitis yang disebabkan oleh virus, tidak diperlukan antibiotika. Biasanya diberikan obat penghilang rasa nyeri seperti parasetamol dan dekongestan. Sinusitis infeksi oleh bakteri baru terjadi bila terdapat gejala nyeri pada wajah, ingus yang bernanah, dan gejala yang timbul lebih dari seminggu. Sinusitis infeksi bakteri umumnya diobati dengan antibiotika.
Antibiotika yang dipilih harus berdasarkan jenis bakteri. Ada lima jenis bakteri yang paling sering menginfeksi sinus, yaitu streptococcus pneumoniae, haemophilus influenzae, moraxella catarrhalis, staphylococcus aureus, dan streptococcus pyogenes. Antibiotika yang dipilih harus dapat membunuh kelima jenis kuman ini. Beberapa antibiotika, antara lain amoxicillin, cefaclor, azithromycin, dan cortimoxazole.
Jika tidak terdapat perbaikan dalam lima hari, perlu dipertimbangkan untuk memberikan amoxicillin plus asam klavulanat. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 10-14 hari. Pemberian dekongestan dan mukolitik dapat melancarkan drainase cairan mukus. Pada kasus yang kronis, dapat dipertimbangkan untuk melakukan drainase cairan mukus dengan cara pembedahan.
Sinusitis juga dapat disembuhkan dengan operasi. Tapi pasien yang takut menjalani operasi dapat melakukan terapi laser atau laser infra merah. "Kalo pada umumnya laser untuk operasi, laser yang ini digunakan untuk terapi. Fungsi yang pertama adalah untuk melancarkan peredaran darah. Kedua, mengurangi pembengkakan dan membuka sumbatan yang disebabkan oleh radang sehingga cairan nanah bisa keluar. Ketiga, efek dari sinar laser infra merah ini adalah mengurangi rasa nyeri dan sebagai antiradang. Dilakukan 3 hari pertama secara berturut-turut, setelah itu 1 minggu sekali sampai 10 kali terapi. Selain itu, selama melakukan terapi si pasien juga harus meminum obat antibiotik," tandas dr Oetomo Hs.
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Menurut dr Oetomo Hs dari Multi Terapi Klinik, Slipi, Jakarta Barat, sinusitis adalah peradangan yang terjadi pada rongga sinus. Sinusitis banyak ditemukan pada penderita hay fever yang menderita pilek selama bertahun-tahun karena alergi terhadap debu dan aroma yang berbau tajam, seperti bumbu masak. Sinusitis terjadi juga karena bahan iritan, seperti bahan kimia yang terdapat pada semprotan hidung serta bahan kimia lainnya yang masuk melalui hidung.
Sinus atau yang biasa disebut dengan sinus paranalisin ini adalah rongga udara yang terdapat dari tulang tengkorak di sekitar wajah yang berfungsi memperingan tengkorak. Rongga ini berjumlah empat pasang, kiri dan kanan, yaitu sinusitis frontalis yang terletak di bagian dahi, sinus maksilaris terletak di bagian dahi, sinus maksilaris terletak di belakang pipi, sinus sphenoid dan sinus ethmoid yang terletak agak lebih dalam di belakang rongga mata dan di belakang.
Dinding sinus dibentuk oleh sel-sel penghasil cairan mukus. Udara masuk ke dalam sinus melalui sebuah lubang kecil yang menghubungkan rongga sinus dengan rongga hidung yang disebut dengan ostia. Jika lubang ini buntu, udara tidak akan bisa keluar-masuk dan cairan mukus yang diproduksi di dalam sinus tidak bisa keluar.
Sinusitis disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain, flu, alergi, dan bahan iritan yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan pada ostia sehingga lubang drainase ini buntu dan mengganggu aliran udara sinus serta cairan mukus. "Bisa juga yang menjadi penyebab lainnya itu adalah tumor dan trauma," sambung dr Oetomo Hs.
Drainase cairan mukus keluar dari rongga sinus, lanjut dr Oetomo Hs, dapat terhambat oleh pengentalan cairan mukus itu sendiri. Pengentalan ini terjadi karena obat anthistamin, penyakit fibro kistik dan lain-lain. Sel penghasil mukus memiliki rambut halus (silia) yang selalu bergerak untuk mendorong cairan mukus keluar dari rongga sinus. Asap rokok merupakan biang kerok dari rusaknya rambut halus ini.
Cara membuang ingus yang salah juga dapat menjadi salah satu penyebab karena sebagian dari ingus yang seharusnya keluar malah masuk ke rongga dan susah dikeluarkan. Faktor lainnya adalah merokok. Hawa panas yang dihisap akan merangsang organ-organ di sekitar hidung sehingga menimbulkan iritasi. Kemungkinan timbulnya sinusitis menjadi lebih besar. "Kadang juga dapat terjadi akibat infeksi gigi dan biasanya mengenai sinus maksilaris atau rongga pada kedua pipi," terangnya.
Sinusitis dapat dibagi menjadi dua tipe. Pertama, berdasarkan lamanya penyakit seperti akut, subakut, dan kronis, serta berdasarkan jenis peradangan yang terjadi, seperti infeksi dan noninfeksi. Disebut sinusitis akut bila lamanya antara 1-3 bulan. Sedangkan sinusitis kronis terjadi bila diderita lebih dari 3 bulan.
Sinusitis infeksi biasanya disebabkan oleh virus, walaupun ada pula yang disebabkan oleh bakteri. Sedangkan sinusitis noninfeksi sebagian besar disebabkan oleh alergi dan iritasi bahan kimia. Sinusitis subakut dan kronis sering merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat. "Pada infeksi kronis dapat menyebabkan keluarnya cairan dari hidung secara terus-menerus dan disertai nanah," terang dr Oetomo lagi.
Pada dasarnya, gejala sinusitis yang paling umum adalah sakit kepala, nyeri pada daerah wajah yang disertai dengan demam. Hampir 25 persen pasien mengalami demam yang berhubungan dengan sinusitis yang diderita. Gejala lainnya adalah wajah pucat, perubahan warna pada ingus, hidung tersumbat, nyeri ketika akan menelan, dan batuk. Pada sinusitis karena alergi, ada gejala lain seperti gatal pada mata dan bersin-bersin.
Sebagian besar sinusitis sudah dapat didiagnosa hanya berdasarkan riwayat keluhan pasien serta pemeriksaan fisik, akan ditemukan adanya kemerahan dan pembengkakan pada rongga hidung, ingus yang mirip nanah, serta pembengkakan di sekitar mata dan dahi. Pemeriksaan dengan CT Scan dan MRI baru diperlukan bila sinusitis gagal disembuhkan dengan pengobatan awal. Rhinoskopi, sebuah cara untuk melihat langsung ke rongga hidung, diperlukan guna melihat lokasi sumbatan ostia. Terkadang diperlukan penyedotan cairan sinus supaya bisa dilakukan pemeriksaan kuman untuk menentukan jenis infeksi.
Untuk sinusitis yang disebabkan oleh virus, tidak diperlukan antibiotika. Biasanya diberikan obat penghilang rasa nyeri seperti parasetamol dan dekongestan. Sinusitis infeksi oleh bakteri baru terjadi bila terdapat gejala nyeri pada wajah, ingus yang bernanah, dan gejala yang timbul lebih dari seminggu. Sinusitis infeksi bakteri umumnya diobati dengan antibiotika.
Antibiotika yang dipilih harus berdasarkan jenis bakteri. Ada lima jenis bakteri yang paling sering menginfeksi sinus, yaitu streptococcus pneumoniae, haemophilus influenzae, moraxella catarrhalis, staphylococcus aureus, dan streptococcus pyogenes. Antibiotika yang dipilih harus dapat membunuh kelima jenis kuman ini. Beberapa antibiotika, antara lain amoxicillin, cefaclor, azithromycin, dan cortimoxazole.
Jika tidak terdapat perbaikan dalam lima hari, perlu dipertimbangkan untuk memberikan amoxicillin plus asam klavulanat. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 10-14 hari. Pemberian dekongestan dan mukolitik dapat melancarkan drainase cairan mukus. Pada kasus yang kronis, dapat dipertimbangkan untuk melakukan drainase cairan mukus dengan cara pembedahan.
Sinusitis juga dapat disembuhkan dengan operasi. Tapi pasien yang takut menjalani operasi dapat melakukan terapi laser atau laser infra merah. "Kalo pada umumnya laser untuk operasi, laser yang ini digunakan untuk terapi. Fungsi yang pertama adalah untuk melancarkan peredaran darah. Kedua, mengurangi pembengkakan dan membuka sumbatan yang disebabkan oleh radang sehingga cairan nanah bisa keluar. Ketiga, efek dari sinar laser infra merah ini adalah mengurangi rasa nyeri dan sebagai antiradang. Dilakukan 3 hari pertama secara berturut-turut, setelah itu 1 minggu sekali sampai 10 kali terapi. Selain itu, selama melakukan terapi si pasien juga harus meminum obat antibiotik," tandas dr Oetomo Hs.
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Comments
Sinusitis Treatment, Terapi sinus tanpa operasi bedah