Skip to main content

Dementia Alzheimer, Penyakit Gangguan Ingatan Paling Ditakuti

Dementia alzheimer memiliki gejala umum penderita mengalami gangguan daya ingat ringan yang kemudian menjadi gangguan multiple kognitif yang lebih kompleks.

Psikiater dari Rumah Sakit Omni Internasional, Alam Sutera Tangerang, dr Andri SpKJ mengatakan, dementia alzheimer adalah salah satu jenis demensia yang ditandai dengan penurunan dari fungsi memori.

"Kesulitan penderita adalah belajar informasi baru dan memanggil informasi yang dipelajari sebelumnya," ucap Andri yang juga Penanggung Jawab Klinik Psikosomatik.

Andri menuturkan, penurunan secara nyata juga terjadi pada fungsi intelektual (gangguan bahasa, gangguan melakukan aktivitas motorik, kesulitan dalam mengenal benda, gangguan dalam fungsi eksekutif seperti merencanakan, mengorganisasi, pengabstrakan, dan merangkai tindakan). Keadaan ini mengganggu fungsi pribadi dan sosial individu itu.



"Dementia alzheimer hanya merupakan salah satu jenis demensia. Namun, penderitanya paling tinggi dari penyakit demensia lainnya yakni lebih dari 50 persen kasus demensia adalah dementia alzheimer," kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Umumnya, penderita penyakit ini orang berusia lanjut. "Penyakit tersebut diderita kebanyakan pasien berusia 65 tahun ke atas walaupun ada pula penderita berusia 45 tahun.Umumnya, penderita di bawah 50 tahun terjangkit karena keturunan," kata dokter yang tergabung dalam keanggotaan Asosiasi Psikiatri Indonesia (PDSKJI).

Selanjutnya, Andri juga menjelaskan, kejadian semakin meningkat tajam pada penderita berusia 70 hingga 80 tahun. Berdasarkan data statistik, demensia terjadi satu dari 20 orang pada usia di atas 65 tahun dan meningkat menjadi satu di antara 5 orang pada usia di atas 80 tahun. Secara global, penyakit ini mengenai sekitar 18 juta orang dengan perkiraan pada 2025 akan bertambah menjadi 34 juta penderita.

"Beberapa penelitian mengatakan kejadiannya berimbang antara pria dan wanita, tapi bukti klinis mengatakan, kejadiannya lebih tinggi di kalangan wanita," ujar dokter yang juga berpraktik di RS Global Medika, Tangerang.

Andri menuturkan, penyakit ini sering kali sulit dikenali karena dianggap sebagai proses penuaan normal dan perjalanan penyakit yang pada awalnya terjadi secara perlahan.

"Sampai sekarang, penyebab penyakit ini belum diketahui. Para ahli sering kali menghubungkan adanya Amyloid plaques dan neurofibrillary tangles di sel otak dengan kejadian dementia alzheimer. Namun hal ini juga ditemukan pada demensia tipe lain dan sebagai proses penuaan alami," ucap dokter yang juga anggota American Psychosomatic Society (APS) ini.

Andri juga menambahkan, terdapat beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai, yaitu adanya keluarga yang menderita dementia alzheimer, individu dengan tingkat pendidikan yang rendah (penelitian mengatakan dementia alzheimer jarang terjadi pada individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi).

"Penggunaan atau mengonsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka waktu lama, maka bisa terkena penyakit ini dan kardiovaskular (hipertensi, jantung)," tuturnya.

Sementara itu, dokter spesialis saraf Rumah Sakit Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Cikini dr Sudin Sitanggang SpS mengatakan, menurunnya daya ingat atau lupa merupakan suatu hal yang membuat si penderita kerepotan.
"Penyakit lupa ini menyerang sistem saraf pada manusia, yaitu saraf bagian hipokampus (bagian depan otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori)," ucap dokter yang juga berpraktik di RS Sari Asih Tangerang.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Comments

Popular posts from this blog

Waspadai Bercak Putih di Retina Mata Anak

BERCAK putih di retina mata anak bisa jadi penanda awal keganasan kanker bola mata. Ini harus segera diwaspadai. Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dengan Abiyyu, 12 tahun. Seperti anak-anak lain seusianya, bocah lelaki kelas enam SD Surya Bahari, Tangerang, ini tampak ceria bermain petak umpet, ikut senam kesegaran jasmani di sekolah, bertanding sepak bola, dan menjaring serangga di lapangan. Bersama dua temannya, dia juga tampak kompak menyanyikan lagu Oke milik duo T2 sambil sesekali terdengar gelak tawa khas keceriaan anak-anak. Bercak Putih Pada Mata - Tanda Kanker Retina Lantas, apa yang berbeda dari Abiyyu? Di balik kacamata yang senantiasa dikenakannya, siapa sangka bila bocah bernama lengkap Achmad Abiyyu Sofyan ini hanya punya satu mata kiri untuk melihat. Empat tahun lalu, keganasan kanker bola mata membuat Abiyyu harus merelakan bola mata kanannya diangkat untuk kemudian digantikan mata palsu yang hanya kosmetik semata. "Kata dokter, kalau tidak diangkat,

"Kok, mata anakku sering berair, ya?"

PADA bayi, saluran air mata kadang belum sempurna. Pada saat normal, air mata keluar dari kelenjar lacrimalis (memproduksi air mata) yang bertujuan agar air mata selalu basah dan lembap. Kemudian, air mata ini keluar melalui saluran di bagian ujung mata bagian dalam (medial) dan masuk melalui hidung. Secara normal, kita tidak merasa air mata itu berproduksi terus karena produksi dan pengeluarannya teratur. Keadaan berubah bila produksi air mata bertambah, seperti menangis atau sumbatan pada pada pangkal hidung, sehingga air mata tersebut meningkat dan terlihat berair. Jika kondisi tersebut dialami si kecil, tentu Anda akan berpikir, mengapa bisa demikian? Apakah hal tersebut normal dialami oleh setiap bayi? Kata orangtua jaman dulu, biar cepet sembuh harus dijilat oleh sang ibu. Apakah teori itu benar? Lantas, bagaimana perawatannya?

Ditemukan, Vaksin AIDS pada Tubuh ODHA

PENELITI Amerika selangkah lebih dekat untuk mengembangkan vaksin melawan virus AIDS yang mematikan. Mereka menemukan antibodi yang mampu membunuh 91 persen virus HIV. Ilmuwan menemukan tiga antibodi kuat dalam sel tubuh seorang pria gay keturunan Afrika-Amerika berusia 60 tahun yang dijuluki Donor 45. Bahkan satu di antaranya adalah antibodi yang menetralisir lebih dari 91 persen virus HIV. Tubuh pria tersebut membuat antibodi secara alami. Demikian okezone lansir dari NY Daily News, Senin (12/7/2010). Dalam kasus Donor 45—yang antibodinya tidak menyelamatkan dirinya dari tertular HIV—peneliti menyaring sekira 25 juta sel untuk menemukan puluhan sel yang nantinya bisa menghasilkan antibodi yang kuat. Pria tersebut kemungkinan besar sudah tertular virus HIV sebelum tubuhnya mulai memroduksi antibodi. Hingga kini, ia masih hidup, dan telah mengidap HIV selama 20 tahun pada saat darahnya diambil.