Skip to main content

Waspadai Bercak Putih di Retina Mata Anak

BERCAK putih di retina mata anak bisa jadi penanda awal keganasan kanker bola mata. Ini harus segera diwaspadai.

Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dengan Abiyyu, 12 tahun. Seperti anak-anak lain seusianya, bocah lelaki kelas enam SD Surya Bahari, Tangerang, ini tampak ceria bermain petak umpet, ikut senam kesegaran jasmani di sekolah, bertanding sepak bola, dan menjaring serangga di lapangan. Bersama dua temannya, dia juga tampak kompak menyanyikan lagu Oke milik duo T2 sambil sesekali terdengar gelak tawa khas keceriaan anak-anak.
Bercak Putih Pada Mata - Tanda Kanker Retina

Lantas, apa yang berbeda dari Abiyyu? Di balik kacamata yang senantiasa dikenakannya, siapa sangka bila bocah bernama lengkap Achmad Abiyyu Sofyan ini hanya punya satu mata kiri untuk melihat. Empat tahun lalu, keganasan kanker bola mata membuat Abiyyu harus merelakan bola mata kanannya diangkat untuk kemudian digantikan mata palsu yang hanya kosmetik semata. "Kata dokter, kalau tidak diangkat, kanker akan menyebar sampai ke otak," ujar Nur Asiyah,ibunda Abiyyu.



Nur lantas menceritakan awal mula putra keduanya itu terkena kanker bola mata. Pada 2003, tepatnya saat Abiyyu berusia 7 tahun, terjadi gejala mata merah seperti orang sakit mata dan terkadang bola mata menonjol seperti hendak keluar. "Mata Abiyyu juga tampak seperti mata kucing. Kalau sedang kesakitan, dia suka membenturkan badan atau kepalanya ke tembok," kenangnya.

Upaya mencari pengobatan awalnya hanya dilakukan ke puskesmas dan klinik terdekat. Namun, upaya itu tak membuahkan perubahan. Faktor biaya tak dimungkiri menjadi kendala utama keluarga yang berdomisili di Tangerang ini.

Sadar terhadap bahaya yang mengancam jiwa sang buah hati, Nur dan suami tak henti berjuang mencari bantuan. Termasuk merujuk ke RSCM Jakarta, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI). Akhirnya, pada 2004 silam, Abiyyu menjalani operasi pengangkatan bola mata. "Dia juga menjalani penyinaran dan kemoterapi. Setelah selesai kemoterapi, hampir tidak ada keluhan apa pun," ujar Nur.

Menurut Kepala Departemen Hematologi Anak RSCM Prof Djajadiman Gatot SpA, kanker bola mata atau dalam bahasa medis disebut retinoblastoma merupakan salah satu kanker anak tersering, selain leukemia.

Kanker ini biasanya menyerang anak usia kurang dari 6 tahun, dengan rata-rata usia 2 tahun. Mengingat kasus ini terjadi pada anak-anak yang masih belia, orangtua dan petugas kesehatan bertanggung jawab untuk peka mendeteksi gejala yang muncul. "Sayangnya, banyak orangtua tidak menyadari karena gejalanya kadang tidak tampak. Padahal, jika ditemukan sejak dini,h ampir seratus persen dapat disembuhkan," ujar Djajadiman.

Gejala penanda retinoblastomabisa beragam. Di antaranya, mata merah, juling, atau muncul benjolan di mata. Namun, gejala yang paling identik adalah cat's eye reflex alias refleks mata kucing, yakni tampak bercak putih di retina mata. "Persis seperti mata kucing kalau kena sinar," katanya.

Retinoblastoma kebanyakan menyerang hanya satu mata kendati bisa juga mengenai kedua belah indra penglihatan dalam waktu yang tidak bersamaan. Jika tak segera ditangani, sel kanker bisa menyebar lewat saraf mata. "Kebanyakan kasus ditemukan sudah stadium lanjut. Pada stadium tiga, kemungkinan sembuh sekitar 25 persen. Kalau sudah stadium empat, kebanyakan tidak bisa disembuhkan," papar Djajadiman.

Seperti halnya kanker lain, retinoblastoma konon muncul tatkala sel pada retina mengalami mutasi yang dipicu faktor genetik sehingga pertumbuhan sel menjadi tidak terkontrol dan akhirnya memicu kanker.

Namun, tidak seperti kanker pada orang dewasa yang bisa dipicu gaya hidup yang buruk, rata-rata kanker anak (termasuk retinoblastoma) sulit dicegah. Pasalnya, penyebabnya kerap terkait aspek genetik sehingga mereka yang punya riwayat keluarga penderita retinoblastoma hendaknya waspada kemungkinan penyakit ini diwariskan.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Comments

Popular posts from this blog

Ditemukan, Vaksin AIDS pada Tubuh ODHA

PENELITI Amerika selangkah lebih dekat untuk mengembangkan vaksin melawan virus AIDS yang mematikan. Mereka menemukan antibodi yang mampu membunuh 91 persen virus HIV. Ilmuwan menemukan tiga antibodi kuat dalam sel tubuh seorang pria gay keturunan Afrika-Amerika berusia 60 tahun yang dijuluki Donor 45. Bahkan satu di antaranya adalah antibodi yang menetralisir lebih dari 91 persen virus HIV. Tubuh pria tersebut membuat antibodi secara alami. Demikian okezone lansir dari NY Daily News, Senin (12/7/2010). Dalam kasus Donor 45—yang antibodinya tidak menyelamatkan dirinya dari tertular HIV—peneliti menyaring sekira 25 juta sel untuk menemukan puluhan sel yang nantinya bisa menghasilkan antibodi yang kuat. Pria tersebut kemungkinan besar sudah tertular virus HIV sebelum tubuhnya mulai memroduksi antibodi. Hingga kini, ia masih hidup, dan telah mengidap HIV selama 20 tahun pada saat darahnya diambil.

"Kok, mata anakku sering berair, ya?"

PADA bayi, saluran air mata kadang belum sempurna. Pada saat normal, air mata keluar dari kelenjar lacrimalis (memproduksi air mata) yang bertujuan agar air mata selalu basah dan lembap. Kemudian, air mata ini keluar melalui saluran di bagian ujung mata bagian dalam (medial) dan masuk melalui hidung. Secara normal, kita tidak merasa air mata itu berproduksi terus karena produksi dan pengeluarannya teratur. Keadaan berubah bila produksi air mata bertambah, seperti menangis atau sumbatan pada pada pangkal hidung, sehingga air mata tersebut meningkat dan terlihat berair. Jika kondisi tersebut dialami si kecil, tentu Anda akan berpikir, mengapa bisa demikian? Apakah hal tersebut normal dialami oleh setiap bayi? Kata orangtua jaman dulu, biar cepet sembuh harus dijilat oleh sang ibu. Apakah teori itu benar? Lantas, bagaimana perawatannya?