Skip to main content

Atasi Sinusitis dengan Terapi Laser

Jika Anda menderita flu berkepanjangan, minimal selama dua minggu berturut-turut bahkan sampai mengeluarkan bau yang tak sedap, Anda terkena sinusitis. Untuk mengatasinya ada banyak cara yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah terapi laser. Sinar laser akan mengurangi pembengkakan dan membuka sumbatan akibat peradangan.

Menurut dr Oetomo Hs dari Multi Terapi Klinik, Slipi, Jakarta Barat, sinusitis adalah peradangan yang terjadi pada rongga sinus. Sinusitis banyak ditemukan pada penderita hay fever yang menderita pilek selama bertahun-tahun karena alergi terhadap debu dan aroma yang berbau tajam, seperti bumbu masak. Sinusitis terjadi juga karena bahan iritan, seperti bahan kimia yang terdapat pada semprotan hidung serta bahan kimia lainnya yang masuk melalui hidung.

Sinus atau yang biasa disebut dengan sinus paranalisin ini adalah rongga udara yang terdapat dari tulang tengkorak di sekitar wajah yang berfungsi memperingan tengkorak. Rongga ini berjumlah empat pasang, kiri dan kanan, yaitu sinusitis frontalis yang terletak di bagian dahi, sinus maksilaris terletak di bagian dahi, sinus maksilaris terletak di belakang pipi, sinus sphenoid dan sinus ethmoid yang terletak agak lebih dalam di belakang rongga mata dan di belakang.



Dinding sinus dibentuk oleh sel-sel penghasil cairan mukus. Udara masuk ke dalam sinus melalui sebuah lubang kecil yang menghubungkan rongga sinus dengan rongga hidung yang disebut dengan ostia. Jika lubang ini buntu, udara tidak akan bisa keluar-masuk dan cairan mukus yang diproduksi di dalam sinus tidak bisa keluar.

Sinusitis disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain, flu, alergi, dan bahan iritan yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan pada ostia sehingga lubang drainase ini buntu dan mengganggu aliran udara sinus serta cairan mukus. "Bisa juga yang menjadi penyebab lainnya itu adalah tumor dan trauma," sambung dr Oetomo Hs.

Drainase cairan mukus keluar dari rongga sinus, lanjut dr Oetomo Hs, dapat terhambat oleh pengentalan cairan mukus itu sendiri. Pengentalan ini terjadi karena obat anthistamin, penyakit fibro kistik dan lain-lain. Sel penghasil mukus memiliki rambut halus (silia) yang selalu bergerak untuk mendorong cairan mukus keluar dari rongga sinus. Asap rokok merupakan biang kerok dari rusaknya rambut halus ini.

Cara membuang ingus yang salah juga dapat menjadi salah satu penyebab karena sebagian dari ingus yang seharusnya keluar malah masuk ke rongga dan susah dikeluarkan. Faktor lainnya adalah merokok. Hawa panas yang dihisap akan merangsang organ-organ di sekitar hidung sehingga menimbulkan iritasi. Kemungkinan timbulnya sinusitis menjadi lebih besar. "Kadang juga dapat terjadi akibat infeksi gigi dan biasanya mengenai sinus maksilaris atau rongga pada kedua pipi," terangnya.

Sinusitis dapat dibagi menjadi dua tipe. Pertama, berdasarkan lamanya penyakit seperti akut, subakut, dan kronis, serta berdasarkan jenis peradangan yang terjadi, seperti infeksi dan noninfeksi. Disebut sinusitis akut bila lamanya antara 1-3 bulan. Sedangkan sinusitis kronis terjadi bila diderita lebih dari 3 bulan.

Sinusitis infeksi biasanya disebabkan oleh virus, walaupun ada pula yang disebabkan oleh bakteri. Sedangkan sinusitis noninfeksi sebagian besar disebabkan oleh alergi dan iritasi bahan kimia. Sinusitis subakut dan kronis sering merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat. "Pada infeksi kronis dapat menyebabkan keluarnya cairan dari hidung secara terus-menerus dan disertai nanah," terang dr Oetomo lagi.

Pada dasarnya, gejala sinusitis yang paling umum adalah sakit kepala, nyeri pada daerah wajah yang disertai dengan demam. Hampir 25 persen pasien mengalami demam yang berhubungan dengan sinusitis yang diderita. Gejala lainnya adalah wajah pucat, perubahan warna pada ingus, hidung tersumbat, nyeri ketika akan menelan, dan batuk. Pada sinusitis karena alergi, ada gejala lain seperti gatal pada mata dan bersin-bersin.

Sebagian besar sinusitis sudah dapat didiagnosa hanya berdasarkan riwayat keluhan pasien serta pemeriksaan fisik, akan ditemukan adanya kemerahan dan pembengkakan pada rongga hidung, ingus yang mirip nanah, serta pembengkakan di sekitar mata dan dahi. Pemeriksaan dengan CT Scan dan MRI baru diperlukan bila sinusitis gagal disembuhkan dengan pengobatan awal. Rhinoskopi, sebuah cara untuk melihat langsung ke rongga hidung, diperlukan guna melihat lokasi sumbatan ostia. Terkadang diperlukan penyedotan cairan sinus supaya bisa dilakukan pemeriksaan kuman untuk menentukan jenis infeksi.

Untuk sinusitis yang disebabkan oleh virus, tidak diperlukan antibiotika. Biasanya diberikan obat penghilang rasa nyeri seperti parasetamol dan dekongestan. Sinusitis infeksi oleh bakteri baru terjadi bila terdapat gejala nyeri pada wajah, ingus yang bernanah, dan gejala yang timbul lebih dari seminggu. Sinusitis infeksi bakteri umumnya diobati dengan antibiotika.

Antibiotika yang dipilih harus berdasarkan jenis bakteri. Ada lima jenis bakteri yang paling sering menginfeksi sinus, yaitu streptococcus pneumoniae, haemophilus influenzae, moraxella catarrhalis, staphylococcus aureus, dan streptococcus pyogenes. Antibiotika yang dipilih harus dapat membunuh kelima jenis kuman ini. Beberapa antibiotika, antara lain amoxicillin, cefaclor, azithromycin, dan cortimoxazole.

Jika tidak terdapat perbaikan dalam lima hari, perlu dipertimbangkan untuk memberikan amoxicillin plus asam klavulanat. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 10-14 hari. Pemberian dekongestan dan mukolitik dapat melancarkan drainase cairan mukus. Pada kasus yang kronis, dapat dipertimbangkan untuk melakukan drainase cairan mukus dengan cara pembedahan.

Sinusitis juga dapat disembuhkan dengan operasi. Tapi pasien yang takut menjalani operasi dapat melakukan terapi laser atau laser infra merah. "Kalo pada umumnya laser untuk operasi, laser yang ini digunakan untuk terapi. Fungsi yang pertama adalah untuk melancarkan peredaran darah. Kedua, mengurangi pembengkakan dan membuka sumbatan yang disebabkan oleh radang sehingga cairan nanah bisa keluar. Ketiga, efek dari sinar laser infra merah ini adalah mengurangi rasa nyeri dan sebagai antiradang. Dilakukan 3 hari pertama secara berturut-turut, setelah itu 1 minggu sekali sampai 10 kali terapi. Selain itu, selama melakukan terapi si pasien juga harus meminum obat antibiotik," tandas dr Oetomo Hs.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Comments

Unknown said…

Sinusitis Treatment
, Terapi sinus tanpa operasi bedah

Popular posts from this blog

Waspadai Bercak Putih di Retina Mata Anak

BERCAK putih di retina mata anak bisa jadi penanda awal keganasan kanker bola mata. Ini harus segera diwaspadai. Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dengan Abiyyu, 12 tahun. Seperti anak-anak lain seusianya, bocah lelaki kelas enam SD Surya Bahari, Tangerang, ini tampak ceria bermain petak umpet, ikut senam kesegaran jasmani di sekolah, bertanding sepak bola, dan menjaring serangga di lapangan. Bersama dua temannya, dia juga tampak kompak menyanyikan lagu Oke milik duo T2 sambil sesekali terdengar gelak tawa khas keceriaan anak-anak. Bercak Putih Pada Mata - Tanda Kanker Retina Lantas, apa yang berbeda dari Abiyyu? Di balik kacamata yang senantiasa dikenakannya, siapa sangka bila bocah bernama lengkap Achmad Abiyyu Sofyan ini hanya punya satu mata kiri untuk melihat. Empat tahun lalu, keganasan kanker bola mata membuat Abiyyu harus merelakan bola mata kanannya diangkat untuk kemudian digantikan mata palsu yang hanya kosmetik semata. "Kata dokter, kalau tidak diangkat,

"Kok, mata anakku sering berair, ya?"

PADA bayi, saluran air mata kadang belum sempurna. Pada saat normal, air mata keluar dari kelenjar lacrimalis (memproduksi air mata) yang bertujuan agar air mata selalu basah dan lembap. Kemudian, air mata ini keluar melalui saluran di bagian ujung mata bagian dalam (medial) dan masuk melalui hidung. Secara normal, kita tidak merasa air mata itu berproduksi terus karena produksi dan pengeluarannya teratur. Keadaan berubah bila produksi air mata bertambah, seperti menangis atau sumbatan pada pada pangkal hidung, sehingga air mata tersebut meningkat dan terlihat berair. Jika kondisi tersebut dialami si kecil, tentu Anda akan berpikir, mengapa bisa demikian? Apakah hal tersebut normal dialami oleh setiap bayi? Kata orangtua jaman dulu, biar cepet sembuh harus dijilat oleh sang ibu. Apakah teori itu benar? Lantas, bagaimana perawatannya?

Ditemukan, Vaksin AIDS pada Tubuh ODHA

PENELITI Amerika selangkah lebih dekat untuk mengembangkan vaksin melawan virus AIDS yang mematikan. Mereka menemukan antibodi yang mampu membunuh 91 persen virus HIV. Ilmuwan menemukan tiga antibodi kuat dalam sel tubuh seorang pria gay keturunan Afrika-Amerika berusia 60 tahun yang dijuluki Donor 45. Bahkan satu di antaranya adalah antibodi yang menetralisir lebih dari 91 persen virus HIV. Tubuh pria tersebut membuat antibodi secara alami. Demikian okezone lansir dari NY Daily News, Senin (12/7/2010). Dalam kasus Donor 45—yang antibodinya tidak menyelamatkan dirinya dari tertular HIV—peneliti menyaring sekira 25 juta sel untuk menemukan puluhan sel yang nantinya bisa menghasilkan antibodi yang kuat. Pria tersebut kemungkinan besar sudah tertular virus HIV sebelum tubuhnya mulai memroduksi antibodi. Hingga kini, ia masih hidup, dan telah mengidap HIV selama 20 tahun pada saat darahnya diambil.