Skip to main content

Penyebab, Gejala dan Cara Pengobatan DBD

Musim hujan sudah tiba. Saatnya Anda berhati-hati terhadap berbagai penyakit yang bisa muncul. Salah satunya adalah DBD (demam berdarah dengue). Penyakit ini bisa menyebabkan kematian.

Menurut dr Lucky Aziza Bawazir, Sp.PD-KGH yang ditemui di Jakarta Medical Center, Jalan Buncit Raya No. 75, Jakarta Selatan, penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini dibawa oleh nyamuk Aedes Aegipty. Penyebaran jenis virus ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis.
Demam dengue umumnya menyerang orang yang kekebalan tubuhnya sedang menurun. Sebenarnya saat kita terkena infeksi virus dengue, tubuh akan memproduksi kekebalan terhadap tipe virus itu. Dan kekebalan ini akan berlangsung seumur hidup. "Sayangnya demam dengue disebabkan oleh banyak strain atau tipe virus, sehingga walaupun kita kebal terhadap salah satu tipe, namun kita masih dapat menderita demam dengue dari tipe virus yang lain," tambahnya.

DBD merupakan demam dengue dengan derajat yang lebih berat. Pada kulit pasien yang menderita demam dengue hanya tampak ruam atau kemerahan saja. Sementara pada pasien demam berdarah dengue tampak bintik-bintik pendarahan. Selain perndarahan pada kulit, penderita demam berdarah dengue juga dapat mengalami pendarahan dari gusi, hidung, usus, dan lain-lain. "Bila tidak ditangani segera, demam berdarah dengue dapat menyebabkan kematian," katanya.

Penyebab dan Gejala

Sekali lagi, penyebab DBD adalah virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegipty. Ukuran dan warna nyamuk Aedes Aegipty kerap berbeda antar populasi, tergantung pada kondisi lingkungan atau nutrisi. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan ukuran. Nyamuk jantan pada umumnya lebih kecil daripada nyamuk betina. Nyamuk jantan punya rambut tebal pada antenanya.
Gambar Nyamuk Aedes Aegypti
Ciri -Ciri Nyamuk Aedes Aegipty dewasa berukuran dan tubuhnya hitam kecokelatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik bergaris putih keperakan. Ciri spesies ini adalah di bagian punggungnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan. Sisik di tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan orang untuk melakukan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua.

Aedes Aegipty bersifat diurnal atau aktif pada pagi-siang hari. Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina menghisap darah. Nyamuk betina menghisap darah untuk memperoleh asupan protein yang diperlukan untuk memproduksi telur. Sedangkan nyamuk jantan tidak membutuhkan darah. Nyamuk jantan sendiri memperoleh energi dari nektar bunga atau tumbuhan. "Penyebaran nyamuk Aedes Aegipty ini lebih banyak pada tempat-tempat yang gelap dan benda berwarna hitam," jelasnya.

Nyamuk mempunyai infeksi virus yang terdapat di dalam tubuhnya, yang dapat mengakibatkan perubahan yang mengarah kepada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang andal dalam menghisap darah. Berulang kali nyamuk menusukkan proboscis (belalai)-nya, namun tidak berhasil menghisap darah, sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus semakin besar.

Pada umumnya habitat nyamuk Aedes Aegipty adalah lingkungan perumahan, di mana terdapat banyak genangan air, baik di dalam bak mandi maupun tempayan. "Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban. Bertolak belakang dengan albopictus atau jentik nyamuk lainnya yang cenderung berada di daerah hutan," terangnya.

Nyamuk Aedes Aegipty ini berkembang biak dengan cara meletakkan telur pada permukaan air secara individual. Telur itu berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1-2 hari dan menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Pada instar ke-4, larva berubah menjadi pupa, dimana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama dua hari sebelum akhirnya menjadi nyamuk dewasa.

Gejala DBD
Ada beberapa gejala dari DBD, yaitu suhu badan meningkat secara tiba-tiba dan berlangsung terus-menerus dengan suhu yang tetap tinggi. Muncul demam yang disertai gejala tidak khas, seperti lemas, nafsu makan menurun, nyeri di ulu hati, punggung, tulang, sendi, otot, dan pusing. "Gejala lainnya adalah bercak merah di kulit dan pendarahan gusi, denyut nadi melemah, terjadi perubahan derajat kesadaran, penderita selalu mengantuk, dan terus-menerus tidur," jelasnya.

DBD mengikuti pola pelana, yakni 3 hari panas, hari ke-4 turun, dan naik lagi pada hari ke-5. Infeksi dengue ini berlangsung selama 7 hari. Fase kritis dimulai pada hari ke-4 sampai hari ke-5 dan berlangsung selama 24-25 jam. "Pada hari ke-4 dan ke-5 perlu kewaspadaan yang tinggi karena bisa menimbulkan shock, katanya.

Tanda-tanda shock, antara lain gelisah, tidak mau makan, lemah kebiruan di sekitar mulut, tangan dan kaki dingin, pucat, serta air seni berkurang. Bila muncul gejala seperti itu, pasien harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Penanganan yang tepat dan sedini mungkin dapat mengatasi shock.

Untuk memastikan apakah itu DBD atau tidak, diperlukan pemeriksaan laboratorium. Ciri khasnya adalah menurunnya jumlah trombosit mulai dari hari ke-3 dan 4 dan mencapai titik terendah pada hari ke-5 dan 6. Jumlah trombosit mulai naik hingga normal kembali setelah hari ke-7. "Setelah itu, kekentalan darah juga meningkat, yang ditandai dengan meningkatnya kadar hemoglobin atau protein pada sel darah merah yang bertugas untuk membawa atau mengikat oksigen dan hematokrit atau sel yang fungsinya untuk mempresentasikan kandungan sel darah merah dalam tubuh yang lebih dari 20 persen," jelasnya.

Pengobatan DBD

Cara mengobati pasien yang terkena DBD adalah memberikan cairan berupa air putih yang sudah dimasak, air mineral, susu, teh, sirup, dan cairan lain seperti oralit, larutan gula garam, jus buah, dan sayuran. "Obat seperti penurun panas, penghilang nyeri, maupun penghilang rasa mual dapat diberikan, namun hanya sebagai penghilang gejala sementara," katanya.

Penderita DBD juga diberikan obat parasetamol untuk menurunkan demam berdarah. Dapat juga diberikan vaksin chimerivax yaitu vaksin dengue. Vaksin ini lebih efektif dan berkesinambungan dalam mengendalilkan penyakit DBD. "Jika sudah ditangani tapi belum ada perubahan dan kondisi kesehatannya memburuk, segeralah dibawa ke dokter. Kesembuhan penderita sangat tergantung pada ketahanan tubuhnya," tandas dr Lucky.

Comments

Popular posts from this blog

Waspadai Bercak Putih di Retina Mata Anak

BERCAK putih di retina mata anak bisa jadi penanda awal keganasan kanker bola mata. Ini harus segera diwaspadai. Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dengan Abiyyu, 12 tahun. Seperti anak-anak lain seusianya, bocah lelaki kelas enam SD Surya Bahari, Tangerang, ini tampak ceria bermain petak umpet, ikut senam kesegaran jasmani di sekolah, bertanding sepak bola, dan menjaring serangga di lapangan. Bersama dua temannya, dia juga tampak kompak menyanyikan lagu Oke milik duo T2 sambil sesekali terdengar gelak tawa khas keceriaan anak-anak. Bercak Putih Pada Mata - Tanda Kanker Retina Lantas, apa yang berbeda dari Abiyyu? Di balik kacamata yang senantiasa dikenakannya, siapa sangka bila bocah bernama lengkap Achmad Abiyyu Sofyan ini hanya punya satu mata kiri untuk melihat. Empat tahun lalu, keganasan kanker bola mata membuat Abiyyu harus merelakan bola mata kanannya diangkat untuk kemudian digantikan mata palsu yang hanya kosmetik semata. "Kata dokter, kalau tidak diangkat,

Ditemukan, Vaksin AIDS pada Tubuh ODHA

PENELITI Amerika selangkah lebih dekat untuk mengembangkan vaksin melawan virus AIDS yang mematikan. Mereka menemukan antibodi yang mampu membunuh 91 persen virus HIV. Ilmuwan menemukan tiga antibodi kuat dalam sel tubuh seorang pria gay keturunan Afrika-Amerika berusia 60 tahun yang dijuluki Donor 45. Bahkan satu di antaranya adalah antibodi yang menetralisir lebih dari 91 persen virus HIV. Tubuh pria tersebut membuat antibodi secara alami. Demikian okezone lansir dari NY Daily News, Senin (12/7/2010). Dalam kasus Donor 45—yang antibodinya tidak menyelamatkan dirinya dari tertular HIV—peneliti menyaring sekira 25 juta sel untuk menemukan puluhan sel yang nantinya bisa menghasilkan antibodi yang kuat. Pria tersebut kemungkinan besar sudah tertular virus HIV sebelum tubuhnya mulai memroduksi antibodi. Hingga kini, ia masih hidup, dan telah mengidap HIV selama 20 tahun pada saat darahnya diambil.

"Kok, mata anakku sering berair, ya?"

PADA bayi, saluran air mata kadang belum sempurna. Pada saat normal, air mata keluar dari kelenjar lacrimalis (memproduksi air mata) yang bertujuan agar air mata selalu basah dan lembap. Kemudian, air mata ini keluar melalui saluran di bagian ujung mata bagian dalam (medial) dan masuk melalui hidung. Secara normal, kita tidak merasa air mata itu berproduksi terus karena produksi dan pengeluarannya teratur. Keadaan berubah bila produksi air mata bertambah, seperti menangis atau sumbatan pada pada pangkal hidung, sehingga air mata tersebut meningkat dan terlihat berair. Jika kondisi tersebut dialami si kecil, tentu Anda akan berpikir, mengapa bisa demikian? Apakah hal tersebut normal dialami oleh setiap bayi? Kata orangtua jaman dulu, biar cepet sembuh harus dijilat oleh sang ibu. Apakah teori itu benar? Lantas, bagaimana perawatannya?