Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang cukup pelik di Indonesia. Angka kejadian tetap meningkat dan saat ini relatif kematian, khususnya di RSCM cenderung naik. Ya, setiap tahun angka DBD selalu mengalami fluktuasi.
Biasanya, kasus akan meningkat tajam pada Januari dan Februari. Hal ini disebabkan pada bulan-bulan sebelumnya, yakni November dan Desember merupakan musim hujan. Kondisi ini menyebabkan terjadinya perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti yang merupakan pembawa virus DBD. Sejalan dengan meningkatnya kasus, ternyata angka kejadian pada dewasa muda juga berpotensi meningkat.
Pada awalnya, proporsi anak usia 4–14 tahun memegang angka terbesar, hal ini berjalan sejak 1983 sampai 2002. Namun, pada 2003 penderita DBD didominasi oleh usia 15 tahun ke atas. Malah kasus DBD pada orang dewasa lebih banyak di Indonesia. Fakta ini menunjukkan bahwa proporsi pasien ini memerlukan penangan lebih khusus. Di antaranya dengan keharusan dokter internis untuk turun tangan menangani permasalahan DBD.
“Di samping itu, banyaknya angka pasien yang mengalami renjatan masih tetap tinggi dan memerlukan perhatian,” tutur dr Alan Roland Tumbelaka SpA (K) dari Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Sebenarnya, kata Alan, demam adalah masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak. Demam sebenarnya bukan merupakan penyakit melainkan gejala. Demam memegang peranan kunci dalam membantu perlawanan tubuh mengatasi infeksi virus atau bakteri.
“Dan pola demam ini dengan gejala klinis yang menyertainya sangat penting diketahui,” sebut Alan.
Demam sendiri sebetulnya tidak berbahaya, kecuali apabila suhu mencapai 39–40 derajat Celsius. Namun masih banyak terjadi kesalahan dalam menangani demam, terutama demam pada infeksi virus dengue pada anak. Sebut saja panik karena demam yang tinggi sehingga suhu anak tidak diukur dengan benar. Atau mengompres dengan cara yang salah dan dalam banyak kasus ditemukan bahwa kurang dikenal antipiretik yang baik dan tepat.
Sebagai orangtua yang baik, sebaiknya mengenali gejala DBD pada anak. Di antaranya anak mengalami penurunan nafsu makan dan adanya keluhan demam tinggi lebih dari dua hari serta mengetahui riwayat penularan DBD oleh nyamuk aedes aegypti.
Gambar Nyamuk Aedes Aegypti |
“Penularan penyakit ini radiusnya sekitar 200–400 meter. Jadi kalau di tempat kita ada yang terkena DBD hati-hati karena penularan penyakitnya yang dibawa nyamuk jangkauannya sampai 400 meter,” kata Ketua Pengurus Pusat IBI DR Harni Koesno MKM.
Memasuki hari ke-2 dan ke-3, pasien akan mengalami demam tinggi, sedangkan hari ke-4 sampai ke-6 demam akan turun. Demam naik lagi pada hari ke-7 dan 8. Fase demam yang naik dan turun inilah yang disebut demam pelana kuda. Pada fase ini boleh dikatakan pasien dalam keadaan gawat, menderita dehidrasi, dan trombosit pun turun. Dalam keadaan ini, penderita harus diberi banyak minum agar tidak dehidrasi.
Saat suhu turun, penderita harus melakukan periksa darah untuk memastikan apakah benar terkena DBD. DBD sendiri dapat dideteksi pada hari ketiga. Pada saat anak menderita demam, orangtua dapat memberikan pertolongan dengan pemberian obat penurun panas dengan dosis yang disesuaikan berat badan dan usia anak dan merujuk ke rumah sakit.
“Dengan begitu, dapat mengurangi kematian akibat DBD,” kata Harni.
Masalahnya, kata Hartini, ibu sering kali tidak dapat membedakan demam biasa dengan demam berdarah. Dan demam berdarah hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan tes laboratorium dengan indikasi turunnya leukosit, dan atau naiknya hematokrit dan turunnya trombosit. Di samping itu, ada kecenderungan ibu-ibu memeriksakan anak sendiri ke laboratorium. Dengan indikasi dan pemilihan materi pemeriksaan yang salah. Misalnya hanya trombosit atau NS1.
Perlu diketahui virus dengue ada empat macam yang ditularkan lewat nyamuk aedes aegypti, meskipun tidak tertutup kemungkinan penularan dilakukan lewat nyamuk lain. DBD adalah salah satu dari virus Dengue tersebut. DBD ada dua macam, yakni tanpa renjatan dan dengan renjatan. Yang dimaksud DBD dengan renjatan adalah adanya kebocoran plasma, hal ini dapat menyebabkan kefatalan.
Sementara pada demam dengue 1 (DD 1), gejalanya adalah nyeri kepala, letih, suhu tinggi, nyeri otot dan sendi, serta munculnya ruam pada kulit. Penderita DD 1 selama tiga hari mengalami suhu tinggi yang tidak turun-turun.
Comments