Menurut Dosen Gizi dari Departemen Gizi Masyarakat Sumber Daya dan Keluarga, Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Ali Khomsan MS, sariawan terjadi akibat kekurangan vitamin C.
“Sariawan terjadi akibat seseorang kurang memedulikan kecukupan vitamin C dan vitamin B12. Kebutuhan vitamin tersebut bisa didapat dari rutinitas mengonsumsi sayur dan buah yang tentunya mengandung vitamin C seperti pepaya, jeruk, dan mangga,” papar pria anggota Asosiasi Ahli Gizi,Nutrisi dan Makanan Masyarakat.
Menjelang Ramadan tentu suplai vitamin ke dalam tubuh akan berkurang karena kegiatan berpuasa.Hal inilah yang sebenarnya harus jauh lebih diperhatikan mengingat pentingnya menjaga kesehatan mulut selama berpuasa.
“Selama berpuasa bulan depan, tentu suplai karbohidrat dan mineral akan berkurang. Hal ini bisa disiasati dengan mengonsumsi buah dan sayur dalam lima porsi mangkuk. Lima porsi tersebut berbanding 3:2. Artinya, tiga buah-buahan dikombinasikan dengan dua sayur-mayur. Bisa juga dilakukan sebaliknya,dua porsi buah-buahan dan tiga porsi mangkuk sayur-sayuran,” lanjut pakar gizi ini.
Sariawan juga identik dengan mitos yang menyebutkan bahwa makanan dengan rasa pedas akan mampu menyembuhkan sariawan. Hal ini juga diamini oleh pakar gizi tersebut. Menurut dia, mengonsumsi makanan yang pedas dapat membantu penyembuhan sariawan.
“Sebenarnya bukan rasa pedas yang dapat membantu proses penyembuhan, namun sayur dengan rasa pedas memang memiliki kadar vitamin C dan vitamin B12 yang tinggi. Hal inilah yang mampu mendukung proses penyembuhan sariawan,” ucapnya.
Cara mencegah penyakit sariawan yang paling mudah adalah dengan mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan mulut. Seperti yang dikatakan Ali Khomsan, beliau juga menambahkan bahwa mengonsumsi vitamin C dan vitamin B12 juga harus didampingi dengan jenis makanan yang mampu mencukupi nilai empat sehat lima sempurna.
“Vitamin C serta vitamin B12,tentunya tak bisa bekerja sendiri untuk menghalau serangan sariawan. Vitamin C atau asam askorbat dan vitamin B12 atau cobalamin, harus juga didampingi dengan ragam makanan empat sehat lima sempurna,” ujarnya menambahkan.
Namun untuk kalangan yang memiliki mobilitas tinggi, tentu sulit mencuri-curi waktu agar bisa menikmati buah-buahan serta sayuran. Mereka yang berkegiatan padat ini cenderung kurang memperhatikan asupan vitamin C untuk menghalau sariawan yang mungkin saja bisa datang.
“Saya menyarankan agar orang-orang dengan mobilitas tinggi ini mulai mengonsumsi asupan vitamin C dalam bentuk suplemen. Hal ini dapat membantu mencegah atau bahkan mengurangi risiko terkena sariawan bagi mereka yang tak memiliki banyak waktu untuk menikmati vitamin C dan sayur-mayur dalam jumlah yang cukup,” tutupnya memberi saran.
Berbagai mitos masih saja hidup berdampingan di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia. Hingga kini kebanyakan dari mereka masih menghidupkan mitos-mitos tertentu, mulai dari mitos yang benar adanya hingga yang hanya sekadar menjadi legenda yang tak terbukti kebenarannya.
Mitos ini juga ternyata mampir pada penyakit sariawan atau stomatitis aftosa rekuren (SAR). Kebanyakan dari kita sering menganggap rasa pedas bisa menyembuhkan sariawan yang dialami seseorang. Ternyata hal ini mendapatkan tanggapan dari pakar gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Ali Khomsan MS. Menurut dia, memang benar jika ada yang mengatakan bahwa makanan pedas mampu menyembuhkan sariawan.
“Makanan pedas umumnya memiliki vitamin C yang memang sangat bagus untuk menghindari, bahkan mengobati seseorang yang sedang mengalami sariawan,” tuturnya menjelaskan.
Terapi pedas bagi si penderita penyakit yang sering menyerang bagian rongga mulut ini tentu bukan hal yang mudah.Karena mereka harus menahan rasa perih saat mengonsumsi makanan pedas demi mendapatkan khasiat dari sayuran dengan rasa pedas. Contohnya saja, cabai. Sayur yang satu ini mengandung kadar betakaroten atau provitamin A serta vitamin C yang cukup tinggi. Menurut penelitian, ternyata kadar tinggi tersebut mengalahkan kadar vitamin yang ditemukan pada ikan segar.
Comments