Zaman dulu,
ibu terbiasa memberi ASI ekslusif
pada bayinya hingga usia 3 tahun. Seiring kesibukan ibu bekerja, Susu Formula dijadikan alternatifnya.
Sudah tepatkah keputusan ibu?
Setiap ibu
pasti menginginkan yang terbaik bagi bayinya. Air susu ibu (ASI) adalah makanan pertama dan terbaik
bagi bayi. Makanan yang sehat harus memenuhi komposisi gizi seimbang yang
meliputi karbohidrat (55-65 persen), protein (12- 15 persen), lemak (25-30
persen), vitamin dan mineral. Nah, ASI
mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineraldan air dalam kadar
seimbang. Sedangkan Susu Formula
tidak semuanya memenuhi kandungan yang dibutuhkan tersebut.
"Susu Formula tidak memiliki kandungan
yang dapat melawan penyakit atau enzim pencernaan seperti yang dimiliki ASI," kata Allahyar Jazayeri MD
PhD dari Perinatal Services, Bellin Health Hospital Center, di Amerika.
ASI memiliki sekurangnya 100 unsur dan zat gizi yang tidak bisa ditemukan
dalam Susu Formula. Dalam ASI, juga terkandung selsel hidup,
hormon, enzim aktif dan immunoglobulin dengan struktur unik dan tidak dapat
ditiru secara persis oleh Susu Formula
bayi. Kendati saat ini banyak Susu
Formula yang telah diperkaya berbagai zat gizi tambahan, nutrisi tersebut
umumnya lebih susah untuk dicerna dan diserap bayi.
Penyerapan ini
biasanya juga akan memengaruhi proses pengeluaran feses pada bayi. Beberapa Susu Formula juga kurang mempunyai
komposisi gizi optimal yang dibutuhkan bayi. Bahkan, ada pula yang mengandung
terlalu banyak garam atau tidak cukup kolesterol, lemak, laktosa, zinc, dan zat
besi.
Pada bayi yang
mempunyai bakat alergi, saat mengonsumsi susu sapi kemungkinan akan mengalami
alergi akibat kandungan protein di dalamnya. Selama bulanbulan awal, Susu Formula bayi akan berkembang
menjadi tanda-tanda alergi saat tubuh bereaksi terhadap Susu Formula. Tanda-tanda tersebut meliputi menangis, muntah, diare
atau sembelit, gelisah, bercakbercak merah, demam dan infeksi telinga. Hal ini
tidak akan terjadi jika ibu memberi ASI
sejak awal, mengingat tidak ada bayi yang alergi terhadap ASI. Kalaupun terjadi alergi, kebanyakan disebabkan makanan yang
dikonsumsi ibunya. Jika si ibu menghentikan konsumsi makanan penyebab alergi
tersebut, otomatis permasalahan alergi tersebut akan teratASI dengan sendirinya.
Sementara itu,
banyak penduduk Amerika yang salah beranggapan bahwa Susu Formula itu sama baiknya dengan ASI. Kondisi ini diperburuk dengan adanya sejumlah ibu yang enggan
atau malu memberi ASI pada anaknya
saat berada di tempat umum.
"Kondisi
ini membuktikan bahwa diperlukan pemahaman dan penanaman kesadaran kepada
masyarakat luas tentang pemberian ASI
sebagai makanan terbaik untuk perkembangan bayi," ujar peneliti dari the
Centers for Disease Control and Prevention diAtlanta, Dr Rowe Li.
Li dan timnya
merekomendASIkan untuk memberikan ASI, terutama pada bulan-bulan awal
pertumbuhan bayi hingga minimal sampai usia enam bulan. Sebuah survei di
Amerika menunjukkan persentase pemberian ASI
eksklusif sampai bayi berusia enam bulan adalah sekitar 14 persen, sedangkan
bayi yang mendapat ASI sampai
berumur 12 bulan sekitar 18 persen.
Lebih lanjut
peneliti menambahkan bahwa banyak manfaat yang diperoleh dari pemberian ASI. Ini sudah terbukti dan diakui bahwa
ASI bagus, terutama untuk masa awal
pertumbuhan serta dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti infeksi
telinga, diare, dan alergi dibanding susu botol. Selain menyehatkan, tentunya
juga lebih hemat karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli
berkaleng-kaleng Susu Formula.
Nutrisi dalam Susu Formula
Perkembangan
modernitas yang menuntut segalanya serbapraktis menjadikan Susu Formula banyak dilirik para ibu, terutama ibu-ibu yang
bekerja. Penggunaan Susu Formula
sebagai pengganti ASI mengemuka
sejak sekitar 60 tahun lalu. Kini dengan peralatan dan teknologi yang
serba-canggih, para produsen Susu
Formula bersaing dalam merebut hati para ibu dengan mengeluarkan produk Susu Formula yang konon kandungannya
kian mirip ASI.
Kolostrum yang
merupakan air susu yang pertama kali diproduksi seorang ibu saat setelah
melahirkan mengandung banyak unsur, yaitu growth faktor, antimicrobial faktor,
laktoferin, laktoperoksidase, lyzozime dan immunoglobulin. Ada pula
laktalbumin, polipeptida, cytokine, antioksidan, vitamin dan mineral.
"Kolostrum ini juga terdapat pada sapi yang baru melahirkan anaknya,"
kata ahli gizi, Dr Samuel Oetoro MS SpGK.
Makanan sumber
kolostrum diserap tubuh dan merangsang pembentukan immunoglobulin yang akan
meningkatkan sistem imunitas tubuh. Growth factor merangsang hormon pertumbuhan
(growth hormone) dan membentuk daya tahan tubuh menjadi semakin baik. Sedangkan
albumin merupakan protein pembawa zat-zat bahan makanan untuk dikirim ke
sel-sel tubuh.
"Pada
kondisi tertentu, kita juga butuh tambahan atau suplementASI seperti kolin, asam folat dan omega 3. Kolin merupakan
komposisi utama membran sel otak yang berfungsi mempertahankan struktur dan
fungsi sel otak," tutur alumnus Fakultas Kedokteran Undip itu.
Sementara itu,
spesialis anak dan konsultan gizi dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Dr
Aryono Hendarto, mengatakan bahwa Susu
Formula untuk bayi biasanya memang diformulASIkan mendekati ASI
karena tidak akan pernah sama dengan ASI.
"ASI dianggap sebagai sumber yang banyak
manfaatnya untuk pertumbuhan optimal bayi. Kandungan yang ditemukan pada ASI, seperti DHA, AA, asam salisilat
dan nukleotida kemudian ditambahkan pada Susu
Formula," katanya. Nukleotida yang ditemukan dalam ASI berfungsi sebagai bahan dasar
pembentukan asam nukleat yang merupakan komponen yang dibutuhkan dalam genetic
coding sel tubuh manusia.
Nukleotida
juga berperan sebagai sistem transpor energi sehingga erat kaitannya dengan
metabolisme karbohidrat, lemak dan energi supaya bisa digunakan.
Sumber: okezone.com
Comments