Skip to main content

Panduan Pencegahan dan Pengendalian Kumbang Paederus Sp atau Serangga Tomcat

PENDAHULUAN

Baru-baru ini dilaporkan kasus dermatitis irritans  di Surabaya (2012) akibat kumbang Paederus sp. (awam mengenal dengan istilah “Tomcat”).

BIOEKOLOGI Paederus sp.

Klasifikasi taksonomi Paederus sp. sebagai berikut :
Phylum: Arthropoda
Kelas: Hexapoda
Ordo: Coleoptera (kumbang)
Famili: Staphylinidae
Genus: Paederus 
Spesies: Paederus littorarius, Paederus Fuscipes

Kumbang ini dikenal dengan nama semut semai, semut kayap (rove beatle), kumbang jelajah dan nama lainnya disetiap wilayah di Indonesia memiliki nama tersendiri.

Umum ditemukan diseluruh dunia, khususnya daerah tropis. Kumbang ini sesungguhnya tergolong serangga berguna karena berperan sebagai predator aktif pada beberapa serangga pengganggu tanaman padi, seperti wereng batang coklat, wereng punggung putih, wereng zigzag, wereng hijau dan hama kedelai.

MORPHOLOGI Paederus sp.

Berukuran panjang antara 7-10 mm dan lebar antara 0,5 sampai 1 mm. 
1)      Tubuh berbentuk memanjang, terbagi menjadi tiga bagian kepala, toraks, dan 3 ruas abdomen. Badan berwarna dasar coklat muda.
2)      Kakinya terdiri atas tiga pasang dan tidak berkuku. 
3)      Bersayap tidak sempurna dan berwarna gelap, terdiri dari dua pasang, tetapi tidak menutupi seluruh abdomen. Sayap depan mengeras disebut elitera, dan berfungsi sebagai perisai, sedangkan sayap yang kedua membranus atau bening digunakan untuk terbang (bila kondisi tertentu). 
4)      Bila terancam akan menaikkan bagian perut (abdomen) sehingga nampak seperti kalajengking.
5)      Berkaki panjang, tipe serangga pejalan cepat.

HABITAT DAN PERILAKU Paederus sp.

Berkembang biak di habitat yang lembab seperti daun busuk basah dan tanah. 
1)      Daur hidup dari telur  - imago selama 18 hari. Stadium telur = 4 hari, larva = 9,2 hari, prepupa = 1 hari, dan pupa = 3,8 hari. Lama hidup serangga betina adalah 113,8 hari dan serangga jantan adalah 109,2 hari. 
2)      Kemampuan bertelur 106 butir per betina. Masa inkubasi telur selama 4 hari.
3)      Populasi kumbang meningkat pesat pada akhir bulan musim hujan (bulan Maret dan April) dan kemudian dengan cepat berkurang dengan timbulnya cuaca kering pada bulan-bulan berikutnya dan bersifat nokturnal.

LAPORAN KEJADIAN DERMATITIS AKIBAT KUMBANG Paederus sp.

1)      Tahun 2004, Kejadian Luar Biasa (KLB) penderita gatalgatal akibat serangga Paederus sp. di Tulungagung, penderita 260 orang, dan di Kecamatan Besuki penderita 60 orang.
2)      Tahun 2008, Kota Gresik terjadi di Rumah Susun dengan ± 50 orang.
3)      Tahun 2009 dan 2010, Kejadian di Kenjeran Surabaya dengan penderita 20 orang.
4)      Tahun 2011, Rusunawa di Bekasi melaporkan ada 45 kasus.
5)      Tahun 2012 terjadi pada: Dinkes Prov. Jatim (22 Maret 2012): kasus telah terjadi di 12 Kabupaten/Kota penderita 610 orang, Mataram-NTB, Umbulharjo-DIY, Bekasi Timur, Tangerang Selatan, Palu-Sulteng, Garut-Jabar.

BAGAIMANA KUMBANG INI BISA BERPERAN SEBAGAI HAMA BAGI MANUSIA?

Kumbang dewasa berpindah dari habitatnya dengan berjalan di permukaan tanah atau melalui tajuk tanaman. 
1)      Pada malam hari ia tertarik pada lampu pijar dan neon, dan sebagai akibatnya, secara tidak sengaja bersentuhan dengan kehidupan manusia. 
2)      Kumbang ini tidak menggigit atau menyengat, tapi secara tidak disengaja tersapu atau tergaruk tangan sehingga bagian tubuhnya hancur di atas kulit. Ketika itu ia akan mengeluarkan cairan hemolimfe, yang berisi pederin (C25H45O9N), zat kimia iritan kuat, yang akan menimbulkan reaksi gatal-gatal, rasa terbakar, eritema dan mengalir keluar 12-48 jam kemudian. 
3)      Keberadaan bakteri endosymbiotic gram negatif tertentu pada betina (+) tampaknya berperan penting untuk sintesis pederin. DNA dari bakteri simbiotik tergolong dalam genus Pseudomonas, dan Pseudomonas aeruginosa.

GEJALA KLINIS AKIBAT Paederus sp.

Kulit yang terkena (biasanya daerah kulit yang terbuka) dalam waktu singkat akan terasa panas. 
Setelah 24-48 jam akan muncul gelembung pada kulit dengan sekitar berwarna merah (erythemato-bullous lession) yang menyerupai lesi akibat terkena air panas atau luka bakar. Manifestasi klinis yang terjadi sebagai berikut :

TATALAKSANANA KASUS PADA PENDERITA AKIBAT Paederus sp.

1)      Segera cuci dengan air mengalir dan sabun pada kulit yang bersentuhan dengan serangga tersebut.
2)      Berikan pengobatan sebagaimana penanganan pada kasus dermatitis contact irritant, contohnya pemberian  krim kortikosteroid. 
3)      Apabila sudah timbul lesi seperti luka bakar, segera kompres kulit dengan cairan antiseptik dingin.
4)      Apabila lesi sudah pecah, dapat diberi krim antibiotik dengan kombinasi steroid ringan.
5)      Ingatkan kepada pasien agar jangan menggaruk luka. Taburi luka dengan bedak sehingga tidak terjadi infeksi sekunder.
6)      Beri antihistamin dan analgesik oral untuk simptomatis.

SEPULUH UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT

1)      Jika menemukan serangga ini, jangan dipencet, agar racun tidak mengenai kulit.
2)      Hindari terkena kumbang ini pada kulit terbuka.
3)      Bila kumbang di kulit kita, singkirkan  hati-hati, meniup atau mengunakan kertas.
4)      Jangan menggosok kulit dan atau mata bila kumbang ini terkena kulit . 
5)      Segera cuci dengan air mengalir dan sabun pada kulit yang bersentuhan dengan kumbang.
6)      Usahakan pintu tertutup dan bila ada jendela diberi kasa nyamuk untuk mencegah kumbang ini masuk.
7)      Tidur menggunakan kelambu.
8)      Lampu diberi jaring pelindung untuk mencegah kumbang jatuh ke manusia. 
9)      Semprot dengan insektisida rumah tangga, harus dipastikan terkena langsung pada serangga sasaran.
10)   Bersihkan lingkungan rumah, terutama tanaman yang tidak terawat yang ada disekitar rumah yang bisa menjadi tempat kumbang Paederus.

UPAYA PENGENDALIAN POPULASI  Paederus sp. DI PERMUKIMAN

1)      Jika populasi  Paederus sp.  sedikit,  maka lakukan penyemprotan langsung  pada  target serangga dengan insektisida rumah tangga.   
2)      Jika populasi  Paederus sp.  padat pada permukiman, maka lakukan penyemprotan residual, dengan tetap mengedepankan pemakaian insektisida nabati.



UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT, SILAHKAN MENGHUBUNGI SUBDIT PENGENDALIAN VEKTOR, DIREKTORAT PENGENDALIAN PENYAKIT DAN BERSUMBER BINATANG (DIT PPBB) Telp/fax:(021) 4247573 Email: pvkemenkes@yahoo.com

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN (DITJEN PP DAN PL) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2012

Sumber: Leaflet Paederus (http://www.depkes.go.id/downloads/Leaflet%20Paederus%20sp._REVISI_27%20Maret%202012_ok.pdf)

Comments

Popular posts from this blog

Waspadai Bercak Putih di Retina Mata Anak

BERCAK putih di retina mata anak bisa jadi penanda awal keganasan kanker bola mata. Ini harus segera diwaspadai. Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dengan Abiyyu, 12 tahun. Seperti anak-anak lain seusianya, bocah lelaki kelas enam SD Surya Bahari, Tangerang, ini tampak ceria bermain petak umpet, ikut senam kesegaran jasmani di sekolah, bertanding sepak bola, dan menjaring serangga di lapangan. Bersama dua temannya, dia juga tampak kompak menyanyikan lagu Oke milik duo T2 sambil sesekali terdengar gelak tawa khas keceriaan anak-anak. Bercak Putih Pada Mata - Tanda Kanker Retina Lantas, apa yang berbeda dari Abiyyu? Di balik kacamata yang senantiasa dikenakannya, siapa sangka bila bocah bernama lengkap Achmad Abiyyu Sofyan ini hanya punya satu mata kiri untuk melihat. Empat tahun lalu, keganasan kanker bola mata membuat Abiyyu harus merelakan bola mata kanannya diangkat untuk kemudian digantikan mata palsu yang hanya kosmetik semata. "Kata dokter, kalau tidak diangkat,

"Kok, mata anakku sering berair, ya?"

PADA bayi, saluran air mata kadang belum sempurna. Pada saat normal, air mata keluar dari kelenjar lacrimalis (memproduksi air mata) yang bertujuan agar air mata selalu basah dan lembap. Kemudian, air mata ini keluar melalui saluran di bagian ujung mata bagian dalam (medial) dan masuk melalui hidung. Secara normal, kita tidak merasa air mata itu berproduksi terus karena produksi dan pengeluarannya teratur. Keadaan berubah bila produksi air mata bertambah, seperti menangis atau sumbatan pada pada pangkal hidung, sehingga air mata tersebut meningkat dan terlihat berair. Jika kondisi tersebut dialami si kecil, tentu Anda akan berpikir, mengapa bisa demikian? Apakah hal tersebut normal dialami oleh setiap bayi? Kata orangtua jaman dulu, biar cepet sembuh harus dijilat oleh sang ibu. Apakah teori itu benar? Lantas, bagaimana perawatannya?

Ditemukan, Vaksin AIDS pada Tubuh ODHA

PENELITI Amerika selangkah lebih dekat untuk mengembangkan vaksin melawan virus AIDS yang mematikan. Mereka menemukan antibodi yang mampu membunuh 91 persen virus HIV. Ilmuwan menemukan tiga antibodi kuat dalam sel tubuh seorang pria gay keturunan Afrika-Amerika berusia 60 tahun yang dijuluki Donor 45. Bahkan satu di antaranya adalah antibodi yang menetralisir lebih dari 91 persen virus HIV. Tubuh pria tersebut membuat antibodi secara alami. Demikian okezone lansir dari NY Daily News, Senin (12/7/2010). Dalam kasus Donor 45—yang antibodinya tidak menyelamatkan dirinya dari tertular HIV—peneliti menyaring sekira 25 juta sel untuk menemukan puluhan sel yang nantinya bisa menghasilkan antibodi yang kuat. Pria tersebut kemungkinan besar sudah tertular virus HIV sebelum tubuhnya mulai memroduksi antibodi. Hingga kini, ia masih hidup, dan telah mengidap HIV selama 20 tahun pada saat darahnya diambil.