ANAK berbadan gemuk bukan berarti sehat. Anak kurus juga tak bisa diartikan tidak sehat. Sejumlah kasus menunjukkan anak gemuk menunjukkan masalah obesitas.
Lalu, bagaimana jika anak mempunyai berat badan yang berlebih? Indonesia adalah negara dengan dua masalah gizi yang bertolak belakang, atau disebut masalah gizi ganda. Di sejumlah tempat banyak terdapat anak-anak yang mengalami kekurangan gizi. Umumnya, mereka bertempat tinggal di daerah kumuh, tapi di sisi lain banyak anak yang mengalami masalah kegemukan, dan rata-rata terjadi di kota besar.
Dalam buku panduan, mitra orangtua untuk tumbuh kembang anak dengan judul Anak Gemuk: Bangga Atau Khawatir? yang diterbitkan oleh Dancow Parenting Center menyebutkan, terjadi peningkatan masalah kegemukan lebih dari 6 kali lipat dalam 10 tahun ini.
Dulu banyak orangtua yang menyenangi anak gemuk karena dianggap lucu dan menggemaskan. Kini diketahui bahwa kegemukan pada anak merupakan faktor pencetus terjadinya penyakit dan menurunkan usia harapan hidup.
Dokter gizi klinik dari Rumah Sakit Siloam Karawaci Tangerang ini menjelaskan, kegemukan dapat dihitung dengan melihat proporsi berat dan tinggi badannya yang disebut dengan indeks masa tubuh atau IMT, kemudian dibandingkan dengan usia anak-anak sebayanya.
Pada anak-anak yang mengalami kegemukan, maka akan mempengaruhi segi kejiwaan dan fisiknya. Secara fisik, kegemukan pada anak yang tidak teratasi hingga usianya 6 tahun, 70% akan menetap hingga dewasa dan akan lebih sulit untuk dikendalikan.
Dipaparkan dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, kegemukan mengakibatkan gangguan pada sendi lutut dan mengorok saat tidur. Padahal, ini dapat berakibat kematian saat tidur lelap. Selain itu, kegemukan mengakibatkan gangguan pengaturan gula darah (diabetes), hipertensi dan dislipidemia (gangguan kadar kolesterol atau lemak darah).
"Ketiga hal tersebut merupakan pencetus terjadinya gangguan pembuluh darah yang serius seperti serangan jantung dan stroke (pecah atau tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga otak tidak berfungsi lagi)," tandas dokter yang juga menjadi pengajar di Universitas Pelita Harapan.
Banyak penyebab kegemukan pada seseorang. Di antaranya, pola hidup yang tidak sehat. Kalori yang masuk lebih banyak dibandingkan kalori yang keluar, memicu penumpukan kalori dalam tubuh yang terjadi dalam sel lemak.
Dia menambahkan, kalori yang masuk tersebut berasal dari makanan. Anak-anak lebih suka makanan yang tinggi kalorinya. Ini dikarenakan kalori yang tinggi umumnya lebih enak mereka konsumsi, seperti kalori dari minyak dan gula. Makanan tradisional yang kaya akan serat cukup rendah kalorinya. Sayangnya, sampai sekarang makanan tersebut sangat sulit diperoleh. Selain itu, anak-anak biasanya malas mengunyah dan merasa rasanya kurang gurih sehingga kurang disukai.
"Anak-anak lebih memilih makanan ditentukan oleh lingkungan dan keluarga. Iklan yang ditayangkan di televisi akan memengaruhi pola pikir anak, sehingga mereka cenderung konsumtif dan memilih makanan yang diiklankan saat jajan atau makan di luar," jelasnya.
Untuk menghindari generasi penerus yang tak sehat karena kegemukan, Prancis telah menemukan cara untuk melawan kegemukan di masa kanak-kanak. Caranya, pemerintah setempat menyediakan alat pelarangan di sekolah-sekolah sejak 2005 lalu.
Menteri Kesehatan Prancis Roselyne Bachelot meminta pihak televisi dengan sukarela melakukan penghentian terhadap iklan produk makanan pada acara anak-anak di televisi. Lebih lanjut dia mengungkapkan, jika perusahaan yang bersangkutan tidak dengan sukarela mengganti iklan tersebut, maka jalur hukum akan pemerintah tempuh. "Kebijakan kesehatan bagi publik telah banyak berubah di Prancis sejak tahun 2000, tetapi kita tidak bisa mengatakan bahwa stabilisasi turut campur tangan dalam masalah ini," ungkapnya.
Dampak dari kegemukan pada anak juga akan mempengaruhi segi kejiwaan si buah hati. Pasalnya, anak akan merasa tersisih, dikucilkan, sering diejek karena bentuk fisiknya yang tak sedap dipandang mata. Tentunya apa yang dilakukan teman- temannya itu membuatnya merasa rendah diri.
Psikolog dari Bee Edutainment, Nova Tri Widya Sari MPsi mengatakan, anak yang mengalami berat badan berlebih harus banyak diberikan dorongan agar tidak minder. "Anak-anak sangat terpengaruh pada kondisi lingkungan mereka.
Sebab, banyak anak-anak yang karakternya terbentuk karena pengaruh lingkungan," ucap psikolog lulusan Universitas Atmajaya ini saat hadir pada acara "Jelajah Negeri Nestle" beberapa waktu lalu.
Masih dikatakan oleh psikolog yang melanjutkan pendidikan program pascasarjana di Universitas Tarumanagara tersebut, bahwa kalau anak-anak mendapatkan perlakuan yang berbeda dari lingkungannya, maka pihak orangtua harus segera melakukan langkah-langkah untuk mengatasinya.
"Tetapi sebaliknya, jika anak-anak tidak mendapatkan perlakuan yang tidak berlebihan dari teman-temannya, dan sepanjang kelebihan berat badan itu tidak mengganggu kesehatannya, maka oke-oke saja jika anak gemuk," ujarnya.
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Lalu, bagaimana jika anak mempunyai berat badan yang berlebih? Indonesia adalah negara dengan dua masalah gizi yang bertolak belakang, atau disebut masalah gizi ganda. Di sejumlah tempat banyak terdapat anak-anak yang mengalami kekurangan gizi. Umumnya, mereka bertempat tinggal di daerah kumuh, tapi di sisi lain banyak anak yang mengalami masalah kegemukan, dan rata-rata terjadi di kota besar.
Dalam buku panduan, mitra orangtua untuk tumbuh kembang anak dengan judul Anak Gemuk: Bangga Atau Khawatir? yang diterbitkan oleh Dancow Parenting Center menyebutkan, terjadi peningkatan masalah kegemukan lebih dari 6 kali lipat dalam 10 tahun ini.
Dulu banyak orangtua yang menyenangi anak gemuk karena dianggap lucu dan menggemaskan. Kini diketahui bahwa kegemukan pada anak merupakan faktor pencetus terjadinya penyakit dan menurunkan usia harapan hidup.
"Kegemukan adalah kelebihan kalori yang terutama ditumpuk sebagai lemak," jelas praktisi klinis gizi Dr Endang Darmoutomo MS SpGK.
Dokter gizi klinik dari Rumah Sakit Siloam Karawaci Tangerang ini menjelaskan, kegemukan dapat dihitung dengan melihat proporsi berat dan tinggi badannya yang disebut dengan indeks masa tubuh atau IMT, kemudian dibandingkan dengan usia anak-anak sebayanya.
Pada anak-anak yang mengalami kegemukan, maka akan mempengaruhi segi kejiwaan dan fisiknya. Secara fisik, kegemukan pada anak yang tidak teratasi hingga usianya 6 tahun, 70% akan menetap hingga dewasa dan akan lebih sulit untuk dikendalikan.
Dipaparkan dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, kegemukan mengakibatkan gangguan pada sendi lutut dan mengorok saat tidur. Padahal, ini dapat berakibat kematian saat tidur lelap. Selain itu, kegemukan mengakibatkan gangguan pengaturan gula darah (diabetes), hipertensi dan dislipidemia (gangguan kadar kolesterol atau lemak darah).
"Ketiga hal tersebut merupakan pencetus terjadinya gangguan pembuluh darah yang serius seperti serangan jantung dan stroke (pecah atau tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga otak tidak berfungsi lagi)," tandas dokter yang juga menjadi pengajar di Universitas Pelita Harapan.
Banyak penyebab kegemukan pada seseorang. Di antaranya, pola hidup yang tidak sehat. Kalori yang masuk lebih banyak dibandingkan kalori yang keluar, memicu penumpukan kalori dalam tubuh yang terjadi dalam sel lemak.
Dia menambahkan, kalori yang masuk tersebut berasal dari makanan. Anak-anak lebih suka makanan yang tinggi kalorinya. Ini dikarenakan kalori yang tinggi umumnya lebih enak mereka konsumsi, seperti kalori dari minyak dan gula. Makanan tradisional yang kaya akan serat cukup rendah kalorinya. Sayangnya, sampai sekarang makanan tersebut sangat sulit diperoleh. Selain itu, anak-anak biasanya malas mengunyah dan merasa rasanya kurang gurih sehingga kurang disukai.
"Anak-anak lebih memilih makanan ditentukan oleh lingkungan dan keluarga. Iklan yang ditayangkan di televisi akan memengaruhi pola pikir anak, sehingga mereka cenderung konsumtif dan memilih makanan yang diiklankan saat jajan atau makan di luar," jelasnya.
Untuk menghindari generasi penerus yang tak sehat karena kegemukan, Prancis telah menemukan cara untuk melawan kegemukan di masa kanak-kanak. Caranya, pemerintah setempat menyediakan alat pelarangan di sekolah-sekolah sejak 2005 lalu.
Menteri Kesehatan Prancis Roselyne Bachelot meminta pihak televisi dengan sukarela melakukan penghentian terhadap iklan produk makanan pada acara anak-anak di televisi. Lebih lanjut dia mengungkapkan, jika perusahaan yang bersangkutan tidak dengan sukarela mengganti iklan tersebut, maka jalur hukum akan pemerintah tempuh. "Kebijakan kesehatan bagi publik telah banyak berubah di Prancis sejak tahun 2000, tetapi kita tidak bisa mengatakan bahwa stabilisasi turut campur tangan dalam masalah ini," ungkapnya.
Dampak dari kegemukan pada anak juga akan mempengaruhi segi kejiwaan si buah hati. Pasalnya, anak akan merasa tersisih, dikucilkan, sering diejek karena bentuk fisiknya yang tak sedap dipandang mata. Tentunya apa yang dilakukan teman- temannya itu membuatnya merasa rendah diri.
Psikolog dari Bee Edutainment, Nova Tri Widya Sari MPsi mengatakan, anak yang mengalami berat badan berlebih harus banyak diberikan dorongan agar tidak minder. "Anak-anak sangat terpengaruh pada kondisi lingkungan mereka.
Sebab, banyak anak-anak yang karakternya terbentuk karena pengaruh lingkungan," ucap psikolog lulusan Universitas Atmajaya ini saat hadir pada acara "Jelajah Negeri Nestle" beberapa waktu lalu.
Masih dikatakan oleh psikolog yang melanjutkan pendidikan program pascasarjana di Universitas Tarumanagara tersebut, bahwa kalau anak-anak mendapatkan perlakuan yang berbeda dari lingkungannya, maka pihak orangtua harus segera melakukan langkah-langkah untuk mengatasinya.
"Tetapi sebaliknya, jika anak-anak tidak mendapatkan perlakuan yang tidak berlebihan dari teman-temannya, dan sepanjang kelebihan berat badan itu tidak mengganggu kesehatannya, maka oke-oke saja jika anak gemuk," ujarnya.
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Comments