Skip to main content

Ubah Stres Jadi Energi Positif

TAK selamanya stres itu negatif. Pada kondisi tertentu, stres bisa menjadi sesuatu yang positif. Masalahnya, bagaimana memosisikan stres negatif menjadi positif?

Setiap orang pasti pernah mengalami stres. Boleh dikata, stres adalah "bumbu" kehidupan yang tidak dapat dielakkan. Tanpa stres, tidak akan ada kehidupan. Sebaliknya stres juga bisa mematikan kehidupan seseorang.

Tidaklah berlebih bila ada ungkapan "stress can kill you!". Nyatanya, banyak kasus bunuh diri yang disebabkan stres akibat terlilit utang, akibat penyakit kronis berkepanjangan, ketidakmampuan menjamin masa depan anak, dan kasus bunuh diri pada orang lanjut usia.

Sejatinya, manusia secara alami dibekali kemampuan untuk menghadapi kondisi bahaya. Nah, stres merupakan suatu respons psikologis dan tubuh terhadap peristiwa-peristiwa yang membuat keseimbangan seseorang terganggu. Faktor yang menimbulkan tekanan mental disebut stressor, sedangkan stres adalah akibatnya. Dalam interaksi hidup bermasyarakat, stres menjadi fenomena umum yang terjadi terus menerus dan sulit dihindari.



Masalah yang muncul biasanya dianggap sebagai kondisi stres dan stres selalu diidentikkan dengan hal yang bersifat atau berdampak negatif. Bahkan, jika berkepanjangan bisa menimbulkan penderitaan dan penyakit. Namun, tidak selamanya stres bersifat negatif atau yang disebut distres. Stres yang muncul dapat dikelola untuk dijadikan stres positif atau eustres.

Stres positif ini menjadikan seseorang lebih fokus, lebih sigap, bersemangat, dan terpacu untuk mencapai tujuan tertentu. Meskipun tujuan tersebut sebelumnya justru merupakan masalah yang ingin dihindari.

"Stres tidak selalu berarti 'sakit'. Jika dikelola dengan benar, stres malah bermanfaat untuk pengembangan diri," ujar psikiater dari FKUI/RSCM, Dr Suryo Dharmono SpKJ(K), dalam acara pengumuman Be Positive Competition yang diselenggarakan PT Pfizer Indonesia di Jakarta, belum lama ini.

Stressor dapat muncul jika seseorang mengalami kondisi tertentu (situasional). Namun, kondisi tertekan atau stres dapat dihindari jika memiliki kemampuan mengelola stressor-stressor tersebut. Kemampuan ini berhubungan dengan proses kognitif (pola pikir) seseorang terhadap masalah yang muncul. Dengan begitu, akhirnya akan dapat menentukan apakah seseorang mampu menyelesaikan atau justru menghindari masalah yang dihadapi.

"Situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan dalam kehidupan sehari-hari janganlah selalu dianggap sebagai masalah yang harus dihadapi dengan kondisi tertekan (distress) karena akan dapat menurunkan kualitas hidup. Eustres merupakan cara positif untuk "menikmati?" dan menghadapi masalah yang muncul," ungkapnya.

Proses kognitif berperan penting dalam menentukan apakah kondisi stres yang muncul akan menjadi distres atau eustres. Untuk mengubah distres menjadi eustres seseorang harus mampu melihat suatu permasalahan yang muncul dari berbagai sisi dan tidak hanya mengelola masalah melalui pola pikir yang sama.

Kreatif dalam mencari sumber stresor dan dalam mencari sisi positif dari suatu masalah dapat membantu menerima keadaan yang tidak menyenangkan dan membantu mengubah hal-hal yang sebelumnya merupakan rintangan menjadi tantangan.

Pada akhirnya,setiaporang diharapkan dapat memahami cara mengelola stres agar tidak terjerumus menjadi depresi. Adapun jika sudah menjadi depresi, penanganan dilakukan lebih serius melalui terapi depresi yang tepat.

"Hal ini untuk menghindari konsekuensi bila tidak mencapai kesembuhan, yaitu kendala psikososial berkepanjangan, kendala dalam pekerjaan, memperburuk prognosis, menambah beban pelayanan medik, meningkatnya risiko bunuh diri dan penyalahgunaan zat, serta meningkatnya risiko kekambuhan," tandas Staf Bagian Psikiatri FKUI/RSCM, Dr Richard Budiman SpKJ(K).


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Comments

Popular posts from this blog

Waspadai Bercak Putih di Retina Mata Anak

BERCAK putih di retina mata anak bisa jadi penanda awal keganasan kanker bola mata. Ini harus segera diwaspadai. Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dengan Abiyyu, 12 tahun. Seperti anak-anak lain seusianya, bocah lelaki kelas enam SD Surya Bahari, Tangerang, ini tampak ceria bermain petak umpet, ikut senam kesegaran jasmani di sekolah, bertanding sepak bola, dan menjaring serangga di lapangan. Bersama dua temannya, dia juga tampak kompak menyanyikan lagu Oke milik duo T2 sambil sesekali terdengar gelak tawa khas keceriaan anak-anak. Bercak Putih Pada Mata - Tanda Kanker Retina Lantas, apa yang berbeda dari Abiyyu? Di balik kacamata yang senantiasa dikenakannya, siapa sangka bila bocah bernama lengkap Achmad Abiyyu Sofyan ini hanya punya satu mata kiri untuk melihat. Empat tahun lalu, keganasan kanker bola mata membuat Abiyyu harus merelakan bola mata kanannya diangkat untuk kemudian digantikan mata palsu yang hanya kosmetik semata. "Kata dokter, kalau tidak diangkat,

"Kok, mata anakku sering berair, ya?"

PADA bayi, saluran air mata kadang belum sempurna. Pada saat normal, air mata keluar dari kelenjar lacrimalis (memproduksi air mata) yang bertujuan agar air mata selalu basah dan lembap. Kemudian, air mata ini keluar melalui saluran di bagian ujung mata bagian dalam (medial) dan masuk melalui hidung. Secara normal, kita tidak merasa air mata itu berproduksi terus karena produksi dan pengeluarannya teratur. Keadaan berubah bila produksi air mata bertambah, seperti menangis atau sumbatan pada pada pangkal hidung, sehingga air mata tersebut meningkat dan terlihat berair. Jika kondisi tersebut dialami si kecil, tentu Anda akan berpikir, mengapa bisa demikian? Apakah hal tersebut normal dialami oleh setiap bayi? Kata orangtua jaman dulu, biar cepet sembuh harus dijilat oleh sang ibu. Apakah teori itu benar? Lantas, bagaimana perawatannya?

Ditemukan, Vaksin AIDS pada Tubuh ODHA

PENELITI Amerika selangkah lebih dekat untuk mengembangkan vaksin melawan virus AIDS yang mematikan. Mereka menemukan antibodi yang mampu membunuh 91 persen virus HIV. Ilmuwan menemukan tiga antibodi kuat dalam sel tubuh seorang pria gay keturunan Afrika-Amerika berusia 60 tahun yang dijuluki Donor 45. Bahkan satu di antaranya adalah antibodi yang menetralisir lebih dari 91 persen virus HIV. Tubuh pria tersebut membuat antibodi secara alami. Demikian okezone lansir dari NY Daily News, Senin (12/7/2010). Dalam kasus Donor 45—yang antibodinya tidak menyelamatkan dirinya dari tertular HIV—peneliti menyaring sekira 25 juta sel untuk menemukan puluhan sel yang nantinya bisa menghasilkan antibodi yang kuat. Pria tersebut kemungkinan besar sudah tertular virus HIV sebelum tubuhnya mulai memroduksi antibodi. Hingga kini, ia masih hidup, dan telah mengidap HIV selama 20 tahun pada saat darahnya diambil.