Skip to main content

Deteksi Dini Leukemia pada Anak

KEGANASAN kanker bisa menyerang siapa pun, termasuk anak. Akibatnya, masa depan terancam tak semulus harapan.

Kanker anak sebagai peringkat kedua penyebab kematian anak-anak usia 1-14 tahun. Barbara Bush, mantan Ibu Negara Amerika, harus kehilangan putrinya yang masih sangat belia, Robin, akibat keganasan kanker darah alias leukemia.

Begitu pula dua pemain sepak bola legendaris internasional, Franz Beckenbauer dan Gary Lineker, harus "kehilangan" suaranya akibat kanker yang terkait dengan masa kanak-kanaknya.

Kanker bisa terjadi pada masa kanak-kanak, atau penyebab yang terjadi sejak masa kanak-kanak dan terus berakumulasi sehingga menimbulkan kanker setelah dewasa atau lanjut usia.



"Sebuah kanker memerlukan waktu panjang untuk berkembang. Dari yang awalnya tidak ada apa-apa sampai menjadi kanker. Mulai seseorang masih muda sampai dia tidak muda lagi," kata spesialis penyakitdalamRSMedistra, Drdr Aru W Sudoyo SpPD-KHOM.

Kanker yang terjadi pada masa kanak-kanak tentu berdampak tersendiri pada si anak, juga keluarganya. Masa depan si anak terancam tak semulus harapan.

Sama seperti jenis kanker lainnya, kanker pada anak tetap potensial dapat disembuhkan apabila ditemukan pada stadium dini. Sayangnya, penyebab pasti dari kanker pada anak hingga kini belum jelas.

Pakar kanker anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Dr Djajadiman Gatot SpA(K), mengemukakan, kanker anak diyakini terjadi akibat interaksi beragam faktor (multifaktorial). Misalnya, yang berasal dari lingkungan seperti sinar radioaktif, nonradioaktif, pekerjaan orangtua, tingkat sosioekonomi, dan infeksi.

Para pakar mensinyalir adanya suatu kerusakan atau cacat di dalam sel. Bayi sejak dalam kandungan sudah terjadi suatu cacat genetik, kemudian akibat pengaruh lingkungan terjadilah suatu pertumbuhan di luar kendali yang disebut kanker.

"Mereka menduga hal ini sebagai suatu perubahan yang terjadi di luar kemampuan ibu yang sedang mengandung bayinya," tutur pria yang akrab disapa Gatot.

Kanker pada anak memiliki banyak jenis. Adapun yang paling sering dijumpai adalah leukemia akut, tumor otak, retinoblastoma, limfoma, neuroblastoma, tumor Wilms, rhabdomiosarkoma, dan osteosarkoma. Sejauh ini, kasus kanker pada anak merupakan 2-3 persen dari keseluruhan penyakit kanker, dengan angka kematian sekitar 10 persen. "Kira-kira sepertiganya adalah leukemia akut, dengan persentase 30 persen di luar negeri dan 30-40 persen di Jakarta," sebutnya.

Pada leukemia akut, sel darah putih dilepaskan dari sumsum tulang ke aliran darah sebelum waktunya. Sel darah putih tersebut kemudian berkembang dengan cepat dan menjadi berlebihan.

Gejala-gejala yang tampak seperti pucat disertai lesu dan lemah, demam yang tidak jelas sebabnya, perdarahan abnormal dengan tanda biru-biru dan atau bintik-bintik merah di kulit,nyeri pada tulang, kelenjar getah bening yang bengkak, perut bengkak atau terasa keras saat diraba.

Strategi pengobatan terhadap leukemia meliputi operasi, kemoterapi, radioterapi, dan transplantasi sumsum tulang. Tingkat keberhasilan pengobatan tergantung dari stadium kanker, jenis kanker, gambaran histopatologis, ketaatan pengobatan, serta pengobatan penunjang.

Asisten profesor untuk dokter anak di Pusat Kanker MD Anderson Universitas Texas, Dr Sima Jeha, mengungkapkan, perawatan leukemia membutuhkan proses. Namun, leukemia dapat disembuhkan, dan efek jangka panjangnya juga terbilang minimal.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Comments

Popular posts from this blog

Waspadai Bercak Putih di Retina Mata Anak

BERCAK putih di retina mata anak bisa jadi penanda awal keganasan kanker bola mata. Ini harus segera diwaspadai. Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dengan Abiyyu, 12 tahun. Seperti anak-anak lain seusianya, bocah lelaki kelas enam SD Surya Bahari, Tangerang, ini tampak ceria bermain petak umpet, ikut senam kesegaran jasmani di sekolah, bertanding sepak bola, dan menjaring serangga di lapangan. Bersama dua temannya, dia juga tampak kompak menyanyikan lagu Oke milik duo T2 sambil sesekali terdengar gelak tawa khas keceriaan anak-anak. Bercak Putih Pada Mata - Tanda Kanker Retina Lantas, apa yang berbeda dari Abiyyu? Di balik kacamata yang senantiasa dikenakannya, siapa sangka bila bocah bernama lengkap Achmad Abiyyu Sofyan ini hanya punya satu mata kiri untuk melihat. Empat tahun lalu, keganasan kanker bola mata membuat Abiyyu harus merelakan bola mata kanannya diangkat untuk kemudian digantikan mata palsu yang hanya kosmetik semata. "Kata dokter, kalau tidak diangkat,

"Kok, mata anakku sering berair, ya?"

PADA bayi, saluran air mata kadang belum sempurna. Pada saat normal, air mata keluar dari kelenjar lacrimalis (memproduksi air mata) yang bertujuan agar air mata selalu basah dan lembap. Kemudian, air mata ini keluar melalui saluran di bagian ujung mata bagian dalam (medial) dan masuk melalui hidung. Secara normal, kita tidak merasa air mata itu berproduksi terus karena produksi dan pengeluarannya teratur. Keadaan berubah bila produksi air mata bertambah, seperti menangis atau sumbatan pada pada pangkal hidung, sehingga air mata tersebut meningkat dan terlihat berair. Jika kondisi tersebut dialami si kecil, tentu Anda akan berpikir, mengapa bisa demikian? Apakah hal tersebut normal dialami oleh setiap bayi? Kata orangtua jaman dulu, biar cepet sembuh harus dijilat oleh sang ibu. Apakah teori itu benar? Lantas, bagaimana perawatannya?

Ditemukan, Vaksin AIDS pada Tubuh ODHA

PENELITI Amerika selangkah lebih dekat untuk mengembangkan vaksin melawan virus AIDS yang mematikan. Mereka menemukan antibodi yang mampu membunuh 91 persen virus HIV. Ilmuwan menemukan tiga antibodi kuat dalam sel tubuh seorang pria gay keturunan Afrika-Amerika berusia 60 tahun yang dijuluki Donor 45. Bahkan satu di antaranya adalah antibodi yang menetralisir lebih dari 91 persen virus HIV. Tubuh pria tersebut membuat antibodi secara alami. Demikian okezone lansir dari NY Daily News, Senin (12/7/2010). Dalam kasus Donor 45—yang antibodinya tidak menyelamatkan dirinya dari tertular HIV—peneliti menyaring sekira 25 juta sel untuk menemukan puluhan sel yang nantinya bisa menghasilkan antibodi yang kuat. Pria tersebut kemungkinan besar sudah tertular virus HIV sebelum tubuhnya mulai memroduksi antibodi. Hingga kini, ia masih hidup, dan telah mengidap HIV selama 20 tahun pada saat darahnya diambil.