Skip to main content

Deteksi Dini Kanker Paru

KANKER paru-paru masih menjadi kanker pembunuh terbesar di dunia, dengan angka kematian 936 orang per hari. Gaya hidup tidak sehat masih menjadi penyebab utamanya.

Kanker paru masih menjadi momok menakutkan yang dapat menimpa siapa pun. Setiap tahun di seluruh dunia diketahui lebih dari 1,3 juta kasus kanker paru dan bronkial baru yang menyebabkan sekitar 1,1 juta kematian per tahun. Tak heran kanker yang menyerang organ pernapasan ini sebagai kanker penyebab kematian terbesar di dunia dan bertanggung jawab atas 18,7 persen kematian.

Secara umum terdapat dua tipe utama kanker paru, yakni jenis karsinomasel kecil(small cell lung cancer atau SCLC) dan kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (non-small cell lung cancer atau NSCLC) yang meliputi adenokarsinoma, squamous cell, dan large cell.

NSCLC merupakan tipe paling umum dari kanker paru yang mencakup 75 persen-80 persen dari semua kasus. "Adeno karsinoma umumnya terjadi pada kalangan perempuan, tapi sekarang ini pada semua kanker paru sudah nomor satu dibandingkan jenis lain. Angka penderita wanita juga meningkat jumlahnya," kata pakar kanker paru dari RS Dokter Soetomo Surabaya Prof Dr Benjamin P Margono SpP(K) FCCP.



Secara keseluruhan, hanya 20 persen dari orang yang terdiagnosis kanker paru akan bertahan hidup setahun setelah diagnosis, dan menurun sampai 6 persen setelah lima tahun diagnosis. Angka harapan hidup ini bisa berbeda tergantung stadium dan terapi yang dipilih. Jika terdiagnosis pada stadium dini, sampai 80 persen pasien akan bertahan hidup, setidaknya lima tahun sejak terdiagnosis.

"Walaupun didiagnosis dalam stadium paling dini (1A) dan diobati dengan cara paling mutakhir pun, survival-nya bukan 100 persen, melainkan mungkin hanya 60 persen. Sebab, teknik yang diandalkan sekarang hanya bisa mendiagnosis kalau minimal sudah 80 persen dari perjalanan penyakit itu," tutur Guru Besar Ilmu Penyakit Paru FK Unair ini.

Hampir 70 persen kasus NSCLC terdiagnosis pada stadium lanjut. Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain. Jika sudah terjadi demikian, rata-rata hanya bertahan hidup empat bulan.

"Tingkat kesembuhan paling bagus kalau operasi bisa dilakukan, tapi biasanya pasien datang terlambat. Karenanya, yang terpenting adalah menjaga agar paru jangan terlanjur rusak. Antara lain dengan tidak merokok," saran spesialis paru dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Rumah Sakit Persahabatan Dr Tjandra Yoga Aditama MD DTM&H DTCE MARS.

Sampai saat ini rokok menyumbang peran terbesar pada kasus kanker paru,yang dihubungkan dengan 9 dari 10 kasus kanker paru. Tjandra mengungkapkan, kanker paru tak hanya berisiko bagi lelaki perokok, penyakit ini juga bisa menyerang wanita. "Bahkan menurut data WHO, wanita nonperokok berisiko dua setengah kali lebih besar daripada laki-laki nonperokok," sebutnya.

Menurut Tjandra, tingkat risiko utama juga dipengaruhi lamanya seseorang merokok. Contohnya jika A merokok 20 batang setiap hari selama 40 tahun, maka A memiliki risiko 8 kali untuk menderita kanker paru dibandingkan B yang merokok 40 batang setiap hari selama 20 tahun. Perokok pasif juga merupakan faktor risiko dengan 25 persen peningkatan risiko terkena kanker paru jika pasangannya merokok.

Sementara orang yang terpapar asap rokok di lingkungan kerja, risikonya meningkat sebesar 17 persen. Dana Reeve (istri aktor terkenal pemeran Superman, Christopher Reeve), yang konon tak pernah menyentuh rokok pun hidupnya harus berakhir di ujung penyakit mematikan ini. Faktor risiko lainnya mencakup paparan asbes dan gas radon, jaringan perut dari penyakit sebelumnya (misalkan TBC), riwayat kanker paru pada keluarga, serta terapi kanker paru sebelumnya, serta polusi udara.

Diagnosis dan terapi kanker paru cukup rumit karena penyakit ini mudah menyebar melalui sistem limfatik. Terdapat tiga jenis terapi yang lazim diberikan pada kanker paru, yaitu pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.

Baik pembedahan atau radioterapi dapat menyembuhkan kanker paru sepanjang kanker tersebut belum menyebar ke jaringan sekitarnya. Jika diterapi pada stadium ini, angka kesembuhan mencapai 70 persen, dengan catatan kondisi pasien masih bagus.

Pada kasus NSCLC stadium lanjut, kemoterapi merupakan pilihan terapi pertama. Kemoterapi dapat diberikan dengan atau tanpa radioterapi sesuai kebutuhan pasien. Kemoterapi biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dua obat. Jika pasien tidak memberikan respons terhadap terapi lini pertama atau kanker muncul kembali, terapi lini kedua harus diberikan.

Sejumlah terapi baru juga bermunculan. Salah satunya melalui pengobatan atau terapi bertarget. Konon, obat ini memberikan efektivitas lebih baik dari kemoterapi serta menghindari efek samping yang tidak diinginkan, juga memberikan kenyamanan.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Comments

Popular posts from this blog

Waspadai Bercak Putih di Retina Mata Anak

BERCAK putih di retina mata anak bisa jadi penanda awal keganasan kanker bola mata. Ini harus segera diwaspadai. Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dengan Abiyyu, 12 tahun. Seperti anak-anak lain seusianya, bocah lelaki kelas enam SD Surya Bahari, Tangerang, ini tampak ceria bermain petak umpet, ikut senam kesegaran jasmani di sekolah, bertanding sepak bola, dan menjaring serangga di lapangan. Bersama dua temannya, dia juga tampak kompak menyanyikan lagu Oke milik duo T2 sambil sesekali terdengar gelak tawa khas keceriaan anak-anak. Bercak Putih Pada Mata - Tanda Kanker Retina Lantas, apa yang berbeda dari Abiyyu? Di balik kacamata yang senantiasa dikenakannya, siapa sangka bila bocah bernama lengkap Achmad Abiyyu Sofyan ini hanya punya satu mata kiri untuk melihat. Empat tahun lalu, keganasan kanker bola mata membuat Abiyyu harus merelakan bola mata kanannya diangkat untuk kemudian digantikan mata palsu yang hanya kosmetik semata. "Kata dokter, kalau tidak diangkat,

"Kok, mata anakku sering berair, ya?"

PADA bayi, saluran air mata kadang belum sempurna. Pada saat normal, air mata keluar dari kelenjar lacrimalis (memproduksi air mata) yang bertujuan agar air mata selalu basah dan lembap. Kemudian, air mata ini keluar melalui saluran di bagian ujung mata bagian dalam (medial) dan masuk melalui hidung. Secara normal, kita tidak merasa air mata itu berproduksi terus karena produksi dan pengeluarannya teratur. Keadaan berubah bila produksi air mata bertambah, seperti menangis atau sumbatan pada pada pangkal hidung, sehingga air mata tersebut meningkat dan terlihat berair. Jika kondisi tersebut dialami si kecil, tentu Anda akan berpikir, mengapa bisa demikian? Apakah hal tersebut normal dialami oleh setiap bayi? Kata orangtua jaman dulu, biar cepet sembuh harus dijilat oleh sang ibu. Apakah teori itu benar? Lantas, bagaimana perawatannya?

Ditemukan, Vaksin AIDS pada Tubuh ODHA

PENELITI Amerika selangkah lebih dekat untuk mengembangkan vaksin melawan virus AIDS yang mematikan. Mereka menemukan antibodi yang mampu membunuh 91 persen virus HIV. Ilmuwan menemukan tiga antibodi kuat dalam sel tubuh seorang pria gay keturunan Afrika-Amerika berusia 60 tahun yang dijuluki Donor 45. Bahkan satu di antaranya adalah antibodi yang menetralisir lebih dari 91 persen virus HIV. Tubuh pria tersebut membuat antibodi secara alami. Demikian okezone lansir dari NY Daily News, Senin (12/7/2010). Dalam kasus Donor 45—yang antibodinya tidak menyelamatkan dirinya dari tertular HIV—peneliti menyaring sekira 25 juta sel untuk menemukan puluhan sel yang nantinya bisa menghasilkan antibodi yang kuat. Pria tersebut kemungkinan besar sudah tertular virus HIV sebelum tubuhnya mulai memroduksi antibodi. Hingga kini, ia masih hidup, dan telah mengidap HIV selama 20 tahun pada saat darahnya diambil.