KANKER masih menjadi penyakit menakutkan. Anak-anak tidak luput dari cengkeramannya. Kanker retina mata yang ditandai dengan bercak putih menempati nomor dua terbanyak setelah kanker darah (leukemia).
Berdasarkan data Badan kesehatan dunia (World Health Organization) penderita kanker di dunia tercatat terus meningkat. Kanker pada anak diperkirakan 2-4 persen dari seluruh jumlah kejadian penyakit kanker di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat sekitar 9.000 penderita kanker anak.
Ketua III Bidang Pendidikan dan Penyuluhan Yayasan Kanker Indonesia, Dr Sumarjati Arjoso, SKM mengatakan kanker retina mata atau retinoblastoma di Indonesia termasuk kanker dengan jumlah tertinggi yang diderita anak.
"Kami tidak mengetahui berapa jumlah pasti penderita kanker ini. Yang jelas di Indonesia ini kasus retinoblastoma termasuk tinggi," tutur Sumarjati pada penyuluhan massal kanker anak di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Retinoblastoma adalah penyakit yang menyerang pada anak sejak usia 0-5 tahun. Penyebab penyakit itu belum diketahui secara pasti. Berdasarkan penelitian dan pengalaman para dokter, pemicunya faktor genetik atau pengaruh lingkungan seperti sinar radioaktif, kondisi sosial ekonomi, serta infeksi virus.
"Memang penyebab timbulnya penyakit ini belum diketahui secara pasti, faktor genetik memang menjadi salah satu penyebab timbulnya penyakit ini," ungkap Sumarjati yang juga menjabat sebagai ketua IV Bidang Kesehatan Reproduksi pada Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).
Operasi mata merupakan tindakan yang tepat dalam menangani kasus retinoblastoma. Salah satunya dengan membuang bola mata agar kanker ini tidak menjalar.
"Jika penglihatan dan jiwanya masih bisa ditolong, maka mata palsu merupakan alat yang membantu keadaan si pasien terutama dalam hal penampilan," terangnya.
Yang patut diwaspadai, retinoblastoma jika sudah parah tidak hanya menyebabkan kebutaan pada penderita, tetapi juga kehilangan jiwanya.
"Jika dianjurkan operasi oleh dokter, jangan pernah menunda karena jika tidak dilakukan, akan parah dan susah untuk diobati penyakitnya," jelasnya.
Penanganan dan pengobatan pada penyakit kanker memang bergantung pada stadium. Pengobatan kanker pada anak tidak jauh beda dari pengobatan pada orang dewasa.
Yang kerap menjadi kendala adalah biaya yang mahal dan minimnya pengetahuan mengenai kanker membuat para pasien yang datang umumnya sudah sampai stadium lanjut.
"Masalah yang dihadapi para penderita kanker salah satunya adalah masalah biaya. Mahalnya biaya pengobatan sering menjadi kendala," ujar wakil ketua Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), Ir Retno S Soepardji.
Pengobatan kanker yang tidak hanya dilakukan 3-5 kali membuat beban penderita atau orang di sekelilingnya semakin bertambah. Hal tersebut menjadi salah satu alasan dibentuknya yayasan- yayasan yang bergerak di bidang kanker.
"Kegiatan yang dilakukan di antaranya membantu biaya pengobatan atau perawatan bagi anak penderita kanker yang tidak mampu. YOAI juga banyak memberikan bantuan penyebaran informasi mengenai kanker," jelas Retno.
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Berdasarkan data Badan kesehatan dunia (World Health Organization) penderita kanker di dunia tercatat terus meningkat. Kanker pada anak diperkirakan 2-4 persen dari seluruh jumlah kejadian penyakit kanker di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat sekitar 9.000 penderita kanker anak.
Ketua III Bidang Pendidikan dan Penyuluhan Yayasan Kanker Indonesia, Dr Sumarjati Arjoso, SKM mengatakan kanker retina mata atau retinoblastoma di Indonesia termasuk kanker dengan jumlah tertinggi yang diderita anak.
"Kami tidak mengetahui berapa jumlah pasti penderita kanker ini. Yang jelas di Indonesia ini kasus retinoblastoma termasuk tinggi," tutur Sumarjati pada penyuluhan massal kanker anak di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Retinoblastoma adalah penyakit yang menyerang pada anak sejak usia 0-5 tahun. Penyebab penyakit itu belum diketahui secara pasti. Berdasarkan penelitian dan pengalaman para dokter, pemicunya faktor genetik atau pengaruh lingkungan seperti sinar radioaktif, kondisi sosial ekonomi, serta infeksi virus.
"Memang penyebab timbulnya penyakit ini belum diketahui secara pasti, faktor genetik memang menjadi salah satu penyebab timbulnya penyakit ini," ungkap Sumarjati yang juga menjabat sebagai ketua IV Bidang Kesehatan Reproduksi pada Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).
Dia menuturkan, gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah mata atau retina. Membuat mata seolah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian, kelopak mata turun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata menjadi juling. Pada stadium lanjut, bola mata tampak menonjol.
"Apabila terlihat tanda-tanda berupa mata merah, berair, bengkak, meski sudah diberi obat mata tidak mempan juga, atau di waktu gelap, mata si anak seolah bersinar seperti kucing bisa dikatakan bahwa si anak tersebut terindikasi penyakit retinoblastoma," ungkap Sumarjati yang pernah menjabat sebagai mantan ketua Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Operasi mata merupakan tindakan yang tepat dalam menangani kasus retinoblastoma. Salah satunya dengan membuang bola mata agar kanker ini tidak menjalar.
"Jika penglihatan dan jiwanya masih bisa ditolong, maka mata palsu merupakan alat yang membantu keadaan si pasien terutama dalam hal penampilan," terangnya.
Yang patut diwaspadai, retinoblastoma jika sudah parah tidak hanya menyebabkan kebutaan pada penderita, tetapi juga kehilangan jiwanya.
"Jika dianjurkan operasi oleh dokter, jangan pernah menunda karena jika tidak dilakukan, akan parah dan susah untuk diobati penyakitnya," jelasnya.
Penanganan dan pengobatan pada penyakit kanker memang bergantung pada stadium. Pengobatan kanker pada anak tidak jauh beda dari pengobatan pada orang dewasa.
Yang kerap menjadi kendala adalah biaya yang mahal dan minimnya pengetahuan mengenai kanker membuat para pasien yang datang umumnya sudah sampai stadium lanjut.
"Masalah yang dihadapi para penderita kanker salah satunya adalah masalah biaya. Mahalnya biaya pengobatan sering menjadi kendala," ujar wakil ketua Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), Ir Retno S Soepardji.
Pengobatan kanker yang tidak hanya dilakukan 3-5 kali membuat beban penderita atau orang di sekelilingnya semakin bertambah. Hal tersebut menjadi salah satu alasan dibentuknya yayasan- yayasan yang bergerak di bidang kanker.
"Kegiatan yang dilakukan di antaranya membantu biaya pengobatan atau perawatan bagi anak penderita kanker yang tidak mampu. YOAI juga banyak memberikan bantuan penyebaran informasi mengenai kanker," jelas Retno.
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Comments