KANKER adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas dan bisa mengenai organ apa saja. Bisa menyerang kolon, rektum atau keduanya.
Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Sebagaimana kita ketahui sistem pencernaan dimulai dari mulut, lalu kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus (duodenum, yeyunum, ileum), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur.
Menurut Dr Adil Pasaribu Sp B KBD, ahli kanker dari Rumah Sakit Dharmais, usus besar terdiri dari kolon dan rektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri dari kolon sebelah kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas (kolon transversum) dan kolon sebelah kiri (kolon desenden). Setelah kolon, barulah rektum yang merupakan saluran di atas dubur. Bagian kolon yang berhubungan dengan usus halus disebut caecum, sedangkan bagian kolon yang berhubungan dengan rektum disebut kolon sigmoid.
"Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa mengenai organ apa saja di tubuh manusia. Bila menyerang di kolon, maka disebut kanker kolon, bila mengenai di rektum, maka disebut kanker rektum. Sementara itu, jika mengenai kolon maupun rektum maka disebut kanker kolorektal," ungkap Dr Adil ketika ditemui okezone dalam acara Media Lucheon "Kanker Usus, Probiotik dan Kesehatan Kolon" di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Kanker kolon sebagaimana sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh dengan relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan di sekitarnya serta merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti lever, paru-paru, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik.
Menurut almamater Universitas Indonesia ini, terdapat beberapa faktor resiko yang menyebabkan seseorang rentan terkena kanker kolorektal. Salah satunya yaitu faktor genetik dan lingkungan.
"Jadi kalaupun secara genetik ada potensi untuk mengidap kanker kolorektal, namun lingkungan di sekitarnya baik, maka tidak dapat menimpanya," jelas dokter yang juga praktek di RS Pluit dan Triadipa itu.
Penyebab lain yang menjadi penyebab seseorang dapat menderita kanker kolorektal ini ialah pola hidup yang terkait dengan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh.
"Makanan yang kita makan itu perlu diperhatikan betul karena di dalam makanan tersebut terdapat bahan-bahan tertentu yang dapat menimbulkan mutasi penyebab kanker," beber pria berkacamata ini.
Faktor lain yang tak kalah pentingnya ialah karena usia. Lebih dari 90 persen penyakit ini menimpa penderita di atas usia 50 tahun. Walaupun pada usia yang lebih muda dari 50 tahun dapat saja terkena.
"Jadi rajinlah check up mulai dari faktor high risk sampai faktor general," imbuhnya.
Tak hanya itu saja, sambungnya, faktor lain yang tak kalah penting untuk dapat meningkatkan kanker kolorektal adalah cara diet yang salah. "Kebanyakan masyarakat tidak menyadari bahwa kanker usus itu dapat dipicu oleh gejala-gejala yang dianggap remeh seperti cara diet yang salah yang menyebabkan perubahan kebiasaan buang air besar (BAB) dan sembelit," katanya seraya memaparkan terlalu banyak makan yang mengandung lemak hewani akan dapat menimbulkan kanker usus besar.
Bahkan, lanjutnya, usus yang merupakan organ utama itu bila bermasalah, maka akan mengakibatkan gangguan kesehatan yang mengubah rutinitas sehari-hari. Salah satu masalah usus yang sering menimpa orang adalah gangguan BAB. Masalah pada saluran pencernaan ini ternyata dapat memicu penyakit kanker kolorektal.
"Sebagian orang mengabaikan gejala sakit perut dan gejala susah BAB. Terkadang mereka juga tidak peduli terhadap siklus BAB yang nyata bisa menjadi pertanda adanya penyakit kanker usus besar," papar staf pengajar RS Dharmais itu.
Untuk mengetahui gejala awal dari penyakit ini, salah satunya melalui Rectal Bleeding atau BAB yang berdarah. Yaitu keluarnya darah dengan konsentrasi tertentu melalui saluran kotoran (anus) yang bisa diamati langsung dengan mata telanjang atau dengan bantuan mikroskopis.
Nah, bila Anda mengalami gejala tersebut, maka terdapat beberapa langkah yang dapat ditempuh, yaitu mulai dengan cara roentgen dan endoskopi, tanya dan jawab (T&J) dengan dokter, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
(tty)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Sebagaimana kita ketahui sistem pencernaan dimulai dari mulut, lalu kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus (duodenum, yeyunum, ileum), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur.
Menurut Dr Adil Pasaribu Sp B KBD, ahli kanker dari Rumah Sakit Dharmais, usus besar terdiri dari kolon dan rektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri dari kolon sebelah kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas (kolon transversum) dan kolon sebelah kiri (kolon desenden). Setelah kolon, barulah rektum yang merupakan saluran di atas dubur. Bagian kolon yang berhubungan dengan usus halus disebut caecum, sedangkan bagian kolon yang berhubungan dengan rektum disebut kolon sigmoid.
"Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa mengenai organ apa saja di tubuh manusia. Bila menyerang di kolon, maka disebut kanker kolon, bila mengenai di rektum, maka disebut kanker rektum. Sementara itu, jika mengenai kolon maupun rektum maka disebut kanker kolorektal," ungkap Dr Adil ketika ditemui okezone dalam acara Media Lucheon "Kanker Usus, Probiotik dan Kesehatan Kolon" di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Kanker kolon sebagaimana sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh dengan relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan di sekitarnya serta merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti lever, paru-paru, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik.
Menurut almamater Universitas Indonesia ini, terdapat beberapa faktor resiko yang menyebabkan seseorang rentan terkena kanker kolorektal. Salah satunya yaitu faktor genetik dan lingkungan.
"Jadi kalaupun secara genetik ada potensi untuk mengidap kanker kolorektal, namun lingkungan di sekitarnya baik, maka tidak dapat menimpanya," jelas dokter yang juga praktek di RS Pluit dan Triadipa itu.
Penyebab lain yang menjadi penyebab seseorang dapat menderita kanker kolorektal ini ialah pola hidup yang terkait dengan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh.
"Makanan yang kita makan itu perlu diperhatikan betul karena di dalam makanan tersebut terdapat bahan-bahan tertentu yang dapat menimbulkan mutasi penyebab kanker," beber pria berkacamata ini.
Faktor lain yang tak kalah pentingnya ialah karena usia. Lebih dari 90 persen penyakit ini menimpa penderita di atas usia 50 tahun. Walaupun pada usia yang lebih muda dari 50 tahun dapat saja terkena.
"Jadi rajinlah check up mulai dari faktor high risk sampai faktor general," imbuhnya.
Tak hanya itu saja, sambungnya, faktor lain yang tak kalah penting untuk dapat meningkatkan kanker kolorektal adalah cara diet yang salah. "Kebanyakan masyarakat tidak menyadari bahwa kanker usus itu dapat dipicu oleh gejala-gejala yang dianggap remeh seperti cara diet yang salah yang menyebabkan perubahan kebiasaan buang air besar (BAB) dan sembelit," katanya seraya memaparkan terlalu banyak makan yang mengandung lemak hewani akan dapat menimbulkan kanker usus besar.
Bahkan, lanjutnya, usus yang merupakan organ utama itu bila bermasalah, maka akan mengakibatkan gangguan kesehatan yang mengubah rutinitas sehari-hari. Salah satu masalah usus yang sering menimpa orang adalah gangguan BAB. Masalah pada saluran pencernaan ini ternyata dapat memicu penyakit kanker kolorektal.
"Sebagian orang mengabaikan gejala sakit perut dan gejala susah BAB. Terkadang mereka juga tidak peduli terhadap siklus BAB yang nyata bisa menjadi pertanda adanya penyakit kanker usus besar," papar staf pengajar RS Dharmais itu.
Untuk mengetahui gejala awal dari penyakit ini, salah satunya melalui Rectal Bleeding atau BAB yang berdarah. Yaitu keluarnya darah dengan konsentrasi tertentu melalui saluran kotoran (anus) yang bisa diamati langsung dengan mata telanjang atau dengan bantuan mikroskopis.
"Tak sekadar gejala itu saja, perubahan bentuk tinja yang menyerupai kotoran kambing pun dapat menjadi pertanda dari kanker usus. Dan lihat pula pada warna tinja tersebut. Warna baik untuk tinja ialah kuning kehijauan, bila berubah maka perlu diwaspadai," tukas anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang juga anggota Ikatan Ahli Bedah itu.
Nah, bila Anda mengalami gejala tersebut, maka terdapat beberapa langkah yang dapat ditempuh, yaitu mulai dengan cara roentgen dan endoskopi, tanya dan jawab (T&J) dengan dokter, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
(tty)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Comments