Skip to main content

Penuaan Normal atau Alzheimer?

SEIRING usia yang semakin uzur, berbagai fungsi organ tubuh pun semakin menurun, termasuk otak. Akibatnya, timbul masalah dalam ingatan atau dalam kondisi tertentu disebut pikun.

Sering lupa terhadap sesuatu yang dilakukan, mungkin lumrah dilakukan orang-orang berusia di atas 60 tahun. Studi yang dilakukan di Amerika Serikat mengungkapkan, susunan otak akan makin merosot seiring pertambahan usia meski secara fisik orang tersebut sehat.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Neuron itu merupakan bagian dari suatu upaya para peneliti di Universitas Harvard untuk memahami perbedaan antara kemerosotan norma yang berhubungan dengan usia dan kerusakan klinis.

"Kami berusaha memahami ujung batas itu antara penuaan normal dan penyakit Alzheimer," kata Profesor Randy Buckner dari Universitas Harvard.



Alzheimer merupakan suatu penyakit degeneratif otak yang progresif dengan kondisi sel-sel otak rusak dan mati. Karena itu mengakibatkan gangguan kepikunan atau demensia, yaitu terganggunya fungsi-fungsi memori (daya ingat), berbahasa, berpikir, dan berperilaku. Penyakit ini menjadi momok kelompok usia di atas 60 tahun. Meski dalam perkembangannya, penyakit ini pun mulai membayangi mereka yang berusia 40-50 tahun.

Untuk mengetahui perbedaan antara alzheimer dan penuaan normal, Buckner dan koleganya mengambil gambar pemeriksaan otak dari 55 orang dewasa berusia 60 tahun dan lebih, dan 38 orang dewasa yang lebih muda dalam usia 35 tahun dan lebih muda.

Para peneliti menggunakan teknik pencitraan yang disebut PET untuk mendeteksi keberadaan "amyloid", bahan kimia yang secara khusus berhubungan dengan penyakit alzheimer untuk mengesampingkan orang yang kemerosotan daya ingat akibat oleh suatu penyakit.

Ternyata yang ditemukan adalah sebagian sistem otak menjadi kurang teratur sehubungan dengan perkembangan usia. "Kelihatannya itu merupakan dampak penuaan normal terlepas dari penyakit alzheimer," kata Buckner yang merupakan peneliti dari Howard Hughes Medical Institute kepada Reuters.

Para peneliti mendapati susunan otak yang disebut "jalur masalah putih", yang membawa keterangan antarwilayah otak yang berbeda, hanya merosot pada kelompok orang berusia tua.

"Pada orang dewasa yang berusia muda, bagian depan otak tersusun rapi dengan bagian belakang otak," kata Jessica Andrews-Hanna, tamatan perguruan tinggi di laboratorium Buckner.

Dia menambahkan, pada orang dewasa yang lebih tua bukan seperti itu kasusnya. Wilayah tersebut menjadi tak harmonis dan kurang terhubung satu sama lain.

Sementara itu, Buckner mengatakan, studi yang dilakukan menunjukkan kemerosotan kemampuan kognitif pada orang berusia lanjut kemungkinan berhubungan dengan masalah komunikasi antarwilayah otak.

"Kami berbicara mengenai suatu dampak yang berkembang pada beberapa dasawarsa terakhir hidup kita," katanya.

Tidak setiap orang terganggu pada tingkat yang sama. Ini mungkin membantu dalam menjelaskan mengapa sebagian orang yang terserang penyakit alzheimer menyerah dengan cepat dan yang lain mengalami kemerosotan lebih lamban.

"Sebagian otak mungkin lebih siap untuk menghadapi serangan penyakit alzheimer," kata Buckner.

Penuaan normal ringan dibandingkan dengan mereka yang berkaitan dengan penyakit progresif yang menimbulkan kemerosotan dan merampas kemampuan orang untuk mengingat, memberi alasan, dan berkomunikasi.

"Meskipun itu mungkin berarti otak kita pada usia 80 tahun tidak seperti ketika kita berusia 20 tahun,bukan berarti kita tidak berusaha terlalu baik dibandingkan dengan penyakit (tersebut)," tandas Buckner.


(Sindo Pagi//tty)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Comments

Popular posts from this blog

Waspadai Bercak Putih di Retina Mata Anak

BERCAK putih di retina mata anak bisa jadi penanda awal keganasan kanker bola mata. Ini harus segera diwaspadai. Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dengan Abiyyu, 12 tahun. Seperti anak-anak lain seusianya, bocah lelaki kelas enam SD Surya Bahari, Tangerang, ini tampak ceria bermain petak umpet, ikut senam kesegaran jasmani di sekolah, bertanding sepak bola, dan menjaring serangga di lapangan. Bersama dua temannya, dia juga tampak kompak menyanyikan lagu Oke milik duo T2 sambil sesekali terdengar gelak tawa khas keceriaan anak-anak. Bercak Putih Pada Mata - Tanda Kanker Retina Lantas, apa yang berbeda dari Abiyyu? Di balik kacamata yang senantiasa dikenakannya, siapa sangka bila bocah bernama lengkap Achmad Abiyyu Sofyan ini hanya punya satu mata kiri untuk melihat. Empat tahun lalu, keganasan kanker bola mata membuat Abiyyu harus merelakan bola mata kanannya diangkat untuk kemudian digantikan mata palsu yang hanya kosmetik semata. "Kata dokter, kalau tidak diangkat,

"Kok, mata anakku sering berair, ya?"

PADA bayi, saluran air mata kadang belum sempurna. Pada saat normal, air mata keluar dari kelenjar lacrimalis (memproduksi air mata) yang bertujuan agar air mata selalu basah dan lembap. Kemudian, air mata ini keluar melalui saluran di bagian ujung mata bagian dalam (medial) dan masuk melalui hidung. Secara normal, kita tidak merasa air mata itu berproduksi terus karena produksi dan pengeluarannya teratur. Keadaan berubah bila produksi air mata bertambah, seperti menangis atau sumbatan pada pada pangkal hidung, sehingga air mata tersebut meningkat dan terlihat berair. Jika kondisi tersebut dialami si kecil, tentu Anda akan berpikir, mengapa bisa demikian? Apakah hal tersebut normal dialami oleh setiap bayi? Kata orangtua jaman dulu, biar cepet sembuh harus dijilat oleh sang ibu. Apakah teori itu benar? Lantas, bagaimana perawatannya?

Ditemukan, Vaksin AIDS pada Tubuh ODHA

PENELITI Amerika selangkah lebih dekat untuk mengembangkan vaksin melawan virus AIDS yang mematikan. Mereka menemukan antibodi yang mampu membunuh 91 persen virus HIV. Ilmuwan menemukan tiga antibodi kuat dalam sel tubuh seorang pria gay keturunan Afrika-Amerika berusia 60 tahun yang dijuluki Donor 45. Bahkan satu di antaranya adalah antibodi yang menetralisir lebih dari 91 persen virus HIV. Tubuh pria tersebut membuat antibodi secara alami. Demikian okezone lansir dari NY Daily News, Senin (12/7/2010). Dalam kasus Donor 45—yang antibodinya tidak menyelamatkan dirinya dari tertular HIV—peneliti menyaring sekira 25 juta sel untuk menemukan puluhan sel yang nantinya bisa menghasilkan antibodi yang kuat. Pria tersebut kemungkinan besar sudah tertular virus HIV sebelum tubuhnya mulai memroduksi antibodi. Hingga kini, ia masih hidup, dan telah mengidap HIV selama 20 tahun pada saat darahnya diambil.