KEMAJUAN ilmu kedokteran telah membawa harapan bagi kesembuhan berbagai penyakit. Namun, masih ada beberapa penyakit yang hingga kini belum bisa diatasi dengan teknik pengobatan.
Penyakit hati atau hepatitis dan sirosis merupakan penyakit yang menyerang organ hati. Pengobatan terkini memang telah memberikan harapan bagi kelangsungan hidup para pasien penyakit ini, tetapi bila sudah sampai pada sirosis, maka pengobatan apa pun sudah tidak ada artinya.
Kini muncul harapan dari penelitian terbaru terhadap perawatan baru sirosis dan penyakit hati berbahaya yang lain. Bahkan, pengobatan ini kemungkinan bisa berdampak pada penyakit berbahaya lain, seperti pulmonary fribosis dan scleroderma.
Kerusakan hati dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti penyakit, racun atau luka. Apabila kondisi ini terus terjadi, maka akan merusak jaringan lain yang disebut fibrosis hati.
Jika fibrosis tidak mendapatkan penanganan yang tepat, kerusakan semakin parah dan berkembang menjadi sirosis. Sirosis merupakan kondisi saat fungsi hati sudah sangat terganggu akibat banyak jaringan ikat di dalam hati.
Perjalanan penyakit ini ditandai jaringan ikat di jantung, dan tumbuh jaringan berbahaya sampai ke hati. Sampai saat ini, tidak ada cara untuk mencegah atau melawan terjadinya proses ini.
"Keadaan akan semakin memburuk ketika protein yang biasa disebut RSK makin aktif di dalam sel hati," kata peneliti dari Universitas San Diego Martina Buck PhD.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Buck menggunakan genetik tikus yang memproduksi RSK untuk menghadang peptide-partikel protein-supaya tidak berkembang menjadi fibrosis hati dan meracuni hati. Selanjutnya, peptide disuntikkan ke dalam tikus normal yang berfungsi melindungi dan melawan dari toksin hati.
"Semua tikus pada kelompok kontrol menderita fribosis hati, sedangkan tikus yang menerima penghambat peptide RSK sedikit atau tidak sama sekali mengalami fibrosis hati," sebut Buck yang juga peneliti dari San Diego VA Healthcare System.
Sel hati yang disebut hepatic stellate cells (HSCs) sebaiknya tidak memproduksi material alami yang disebut kolagen terlalu banyak. Karena jaringan rusak terbentuk dari kolagen. Produksi kolagen yang berlebihan bisa terjadi akibat dipengaruhi tekanan yang disebabkan luka atau penyakit.
Penghambat peptide RSK disebabkan aktivitas HSCs yang "merusak" diri sendiri. Adapun pada sel hati normal akan berlanjut menyembuhkan sel hati. "Hasilnya, HSCs yang mati akan memungkinkan pemulihan luka pada jaringan tersebut," tutur Buck.
Jika produksi HSCs pada manusia terlalu banyak, kondisi yang sama juga terjadi pada tikus. Dengan demikian, penemuan itu dapat dipergunakan untuk mengatasi penyakit pada manusia. Itu sebabnya, Buck dan tim berharap penemuan penghambat peptide RSK akan menjadi salah satu pengobatan alternatif pada manusia di masa mendatang.
"Peneliti berspekulasi penemuan ini akan memfasilitasi perkembangan pada molekul kecil yang berpotensi mencegah dan mengatasi fibrosis hati," ujar Buck.
Dia menambahkan, penghambat dan perkembangan fibrosis hati akan menurunkan stadium pertama kanker hati sejak risiko kanker meningkat saat masuk dalam kondisi sirosis hati. Masalahnya, penderita sirosis tidak menyadari gejala dan keluhan dari penyakit ini. Bahkan, sering kali pasien datang dalam keadaan parah.
Staf Departemen Bedah Denver Health Medical Center Jeffrey A Gunter MD mengungkapkan, jika komplikasi semakin parah, sebaiknya pasien segera ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat. "Penyebabnya adalah hati secara berangsur-angsur tidak bisa berfungsi normal. Kondisi ini tentu membahayakan," ucapnya.
(sindo//tty)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Penyakit hati atau hepatitis dan sirosis merupakan penyakit yang menyerang organ hati. Pengobatan terkini memang telah memberikan harapan bagi kelangsungan hidup para pasien penyakit ini, tetapi bila sudah sampai pada sirosis, maka pengobatan apa pun sudah tidak ada artinya.
Kini muncul harapan dari penelitian terbaru terhadap perawatan baru sirosis dan penyakit hati berbahaya yang lain. Bahkan, pengobatan ini kemungkinan bisa berdampak pada penyakit berbahaya lain, seperti pulmonary fribosis dan scleroderma.
Hati merupakan organ penting dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan manusia, mulai dari proses penyimpanan energi, pembentukan protein, dan asam empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, hingga menetralkan racun atau obat yang masuk ke dalam tubuh.
Kerusakan hati dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti penyakit, racun atau luka. Apabila kondisi ini terus terjadi, maka akan merusak jaringan lain yang disebut fibrosis hati.
Jika fibrosis tidak mendapatkan penanganan yang tepat, kerusakan semakin parah dan berkembang menjadi sirosis. Sirosis merupakan kondisi saat fungsi hati sudah sangat terganggu akibat banyak jaringan ikat di dalam hati.
Perjalanan penyakit ini ditandai jaringan ikat di jantung, dan tumbuh jaringan berbahaya sampai ke hati. Sampai saat ini, tidak ada cara untuk mencegah atau melawan terjadinya proses ini.
"Keadaan akan semakin memburuk ketika protein yang biasa disebut RSK makin aktif di dalam sel hati," kata peneliti dari Universitas San Diego Martina Buck PhD.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Buck menggunakan genetik tikus yang memproduksi RSK untuk menghadang peptide-partikel protein-supaya tidak berkembang menjadi fibrosis hati dan meracuni hati. Selanjutnya, peptide disuntikkan ke dalam tikus normal yang berfungsi melindungi dan melawan dari toksin hati.
"Semua tikus pada kelompok kontrol menderita fribosis hati, sedangkan tikus yang menerima penghambat peptide RSK sedikit atau tidak sama sekali mengalami fibrosis hati," sebut Buck yang juga peneliti dari San Diego VA Healthcare System.
Sel hati yang disebut hepatic stellate cells (HSCs) sebaiknya tidak memproduksi material alami yang disebut kolagen terlalu banyak. Karena jaringan rusak terbentuk dari kolagen. Produksi kolagen yang berlebihan bisa terjadi akibat dipengaruhi tekanan yang disebabkan luka atau penyakit.
Penghambat peptide RSK disebabkan aktivitas HSCs yang "merusak" diri sendiri. Adapun pada sel hati normal akan berlanjut menyembuhkan sel hati. "Hasilnya, HSCs yang mati akan memungkinkan pemulihan luka pada jaringan tersebut," tutur Buck.
Jika produksi HSCs pada manusia terlalu banyak, kondisi yang sama juga terjadi pada tikus. Dengan demikian, penemuan itu dapat dipergunakan untuk mengatasi penyakit pada manusia. Itu sebabnya, Buck dan tim berharap penemuan penghambat peptide RSK akan menjadi salah satu pengobatan alternatif pada manusia di masa mendatang.
"Peneliti berspekulasi penemuan ini akan memfasilitasi perkembangan pada molekul kecil yang berpotensi mencegah dan mengatasi fibrosis hati," ujar Buck.
Dia menambahkan, penghambat dan perkembangan fibrosis hati akan menurunkan stadium pertama kanker hati sejak risiko kanker meningkat saat masuk dalam kondisi sirosis hati. Masalahnya, penderita sirosis tidak menyadari gejala dan keluhan dari penyakit ini. Bahkan, sering kali pasien datang dalam keadaan parah.
Staf Departemen Bedah Denver Health Medical Center Jeffrey A Gunter MD mengungkapkan, jika komplikasi semakin parah, sebaiknya pasien segera ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat. "Penyebabnya adalah hati secara berangsur-angsur tidak bisa berfungsi normal. Kondisi ini tentu membahayakan," ucapnya.
(sindo//tty)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Comments