Skip to main content

Saatnya Peduli Kesehatan Gigi

PENELITIAN yang dilakukan Kementrian Kesehatan menyebutkan, lebih dari 70 persen penduduk Indonesia mengalami karies atau gigi berlubang. Fakta ini menunjukkan kesadaran masyarakat untuk memperhatikan kesehatan gigi sangat rendah.

Gigi berlubang memang masih menjadi problem bagi masyarakat Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2007 menemukan bahwa karies gigi atau gigi berlubang menyerang atau diderita oleh kurang lebih 72,1 persen penduduk Indonesia. Selanjutnya, dalam 12 bulan terakhir ditemukan sebesar 23,4 persen penduduk Indonesia mengeluhkan adanya masalah pada gigi dan mulutnya.

Dari jumlah tersebut, hanya 29,6 persen yang mencari pertolongan dan mendapatkan perawatan dari tenaga kesehatan. Angka-angka yang dijabarkan dalam penelitian tersebut mengindikasikan bahwa masih sangat rendahnya tingkat kesadaran dan tingkat utilisasi masyarakat terhadap pelayanan tenaga medis kesehatan gigi.



Hal ini dibenarkan oleh DR Sony Swasonoprijo drg SpOrt. Menurut Sony, kebanyakan pasien yang datang ke kliniknya mengeluhkan gigi yang berlubang. “Banyak pasien yang datang ke dokter gigi hanya ketika sakit. Terutama bila penyakit gigi mereka sudah cukup parah,” ujar Sony.

Sementara, tukas Sony, anjuran untuk memeriksakan gigi ke dokter gigi sekurangnya enam bulan sekali hanya menjadi wacana. “Orang Indonesia itu kalau giginya enggak sakit yang enggak datang. Padahal kalau penyakitnya sudah parah, lebih repot. Lebih baik mencegah daripada mengobati,” tambah Sony.

Riset internal yang dilakukan oleh Unilever tahun 2007 semakin menguatkan pernyataan Sony. Sedikitnya hanya terdapat 5,5 persen masyarakat Indonesia yang memeriksakan kesehatan gigi secara teratur ke dokter gigi.

Masih menurut Laporan Riset Kesehatan Dasar 2007, sebanyak 91,1 persen masyarakat Indonesia yang berumur di atas 10 tahun, meskipun sudah menggosok gigi setiap hari, namun hanya sebesar 7,3 persen yang telah menggosok gigi secara benar, yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.

Memang, begitu pentingnya gigi bagi kesehatan seseorang. Meski demikian, sangat rendahnya perhatian yang diberikan oleh masyarakat terhadap kesehatan gigi. Akibatnya, banyak masyarakat Indonesia yang akhirnya rentan terserang penyakit gigi, seperti diperlihatkan melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dimana lebih dari 70 persen penduduk Indonesia mengalami karies ataupun gigi berlubang. Fakta ini sungguh mencengangkan, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi masih rendah.

Menurut drg Zaura Anggraeni MDS, selaku Ketua PDGI, rendahnya kualitas kesehatan gigi masyarakat Indonesia mengkhawatirkan banyak kalangan. Dari Laporan Riset Kesehatan Dasar 2007 ditemui kasus penyakit gigi dan mulut pada 72,1 persen penduduk Indonesia dengan rata-rata 4,85 persen gigi rusak per orang.

Dari rata-rata hampir 5 persen gigi rusak tersebut, hanya 1 persen yang berhasil dirawat atau ditambal, selebihnya lebih kurang 25 persen ih dalam keadaan berlubang, “Dan lebih dari 75 persen gigi yang lubang tersebut dibiarkan atau tidak memperoleh perawatan sehingga membusuk atau harus dicabut karena sudah terlalu parah,” kata Zaura dalam acara Kemitraan Unilever, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) untuk Kesehatan Gigi dan Mulut, belum lama ini.

Zaura menambahkan, keadaan ini merupakan refleksi masih minimnya pelayanan kesehatan gigi yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Zaura juga setuju mengenai pentingnya mengarahkan upaya mencegah kerusakan dan menjaga gigi yang sehat tetap sehat. Tentunya hal ini jauh lebih efektif dan efisien dalam menurunkan angka kepenyakitan serta beban-beban yang timbul akibat penyakit gigi dan mulut yang tidak dirawat.

Salah satu cara untuk menurunkan angka penyakit gigi, dapat dilakukan dengan sosialisasi cara menggosok gigi yang benar. Hal ini disepakati oleh Ketua Komisi kesehatan Gigi Masyarakat pada Asia Pacific Dental Federation (APDF) untuk periode 2010–2012, drg Rini. Sayangnya, masyarakat pun masih belum mengetahui secara tepat bahwa cara menggosok gigi yang benar merupakan hal penting karena akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit gigi.

Berkaca dari kenyataan yang ada di masyarakat, Unilever melalui brand Pepsodent, bersama dengan PDGI dan AFDOKGI, melakukan penandatanganan kerja sama guna memberikan edukasi dan memperkenalkan pelayanan kedokteran gigi kepada masyarakat luas melalui kegiatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2010. Yakni dengan meluncurkan program inisiatif guna meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi selama Juli ini di 13 fakultas kedokteran gigi di universitas di Indonesia.


(Koran SI/Koran SI/tty)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Comments

Popular posts from this blog

Waspadai Bercak Putih di Retina Mata Anak

BERCAK putih di retina mata anak bisa jadi penanda awal keganasan kanker bola mata. Ini harus segera diwaspadai. Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dengan Abiyyu, 12 tahun. Seperti anak-anak lain seusianya, bocah lelaki kelas enam SD Surya Bahari, Tangerang, ini tampak ceria bermain petak umpet, ikut senam kesegaran jasmani di sekolah, bertanding sepak bola, dan menjaring serangga di lapangan. Bersama dua temannya, dia juga tampak kompak menyanyikan lagu Oke milik duo T2 sambil sesekali terdengar gelak tawa khas keceriaan anak-anak. Bercak Putih Pada Mata - Tanda Kanker Retina Lantas, apa yang berbeda dari Abiyyu? Di balik kacamata yang senantiasa dikenakannya, siapa sangka bila bocah bernama lengkap Achmad Abiyyu Sofyan ini hanya punya satu mata kiri untuk melihat. Empat tahun lalu, keganasan kanker bola mata membuat Abiyyu harus merelakan bola mata kanannya diangkat untuk kemudian digantikan mata palsu yang hanya kosmetik semata. "Kata dokter, kalau tidak diangkat,

"Kok, mata anakku sering berair, ya?"

PADA bayi, saluran air mata kadang belum sempurna. Pada saat normal, air mata keluar dari kelenjar lacrimalis (memproduksi air mata) yang bertujuan agar air mata selalu basah dan lembap. Kemudian, air mata ini keluar melalui saluran di bagian ujung mata bagian dalam (medial) dan masuk melalui hidung. Secara normal, kita tidak merasa air mata itu berproduksi terus karena produksi dan pengeluarannya teratur. Keadaan berubah bila produksi air mata bertambah, seperti menangis atau sumbatan pada pada pangkal hidung, sehingga air mata tersebut meningkat dan terlihat berair. Jika kondisi tersebut dialami si kecil, tentu Anda akan berpikir, mengapa bisa demikian? Apakah hal tersebut normal dialami oleh setiap bayi? Kata orangtua jaman dulu, biar cepet sembuh harus dijilat oleh sang ibu. Apakah teori itu benar? Lantas, bagaimana perawatannya?

Ditemukan, Vaksin AIDS pada Tubuh ODHA

PENELITI Amerika selangkah lebih dekat untuk mengembangkan vaksin melawan virus AIDS yang mematikan. Mereka menemukan antibodi yang mampu membunuh 91 persen virus HIV. Ilmuwan menemukan tiga antibodi kuat dalam sel tubuh seorang pria gay keturunan Afrika-Amerika berusia 60 tahun yang dijuluki Donor 45. Bahkan satu di antaranya adalah antibodi yang menetralisir lebih dari 91 persen virus HIV. Tubuh pria tersebut membuat antibodi secara alami. Demikian okezone lansir dari NY Daily News, Senin (12/7/2010). Dalam kasus Donor 45—yang antibodinya tidak menyelamatkan dirinya dari tertular HIV—peneliti menyaring sekira 25 juta sel untuk menemukan puluhan sel yang nantinya bisa menghasilkan antibodi yang kuat. Pria tersebut kemungkinan besar sudah tertular virus HIV sebelum tubuhnya mulai memroduksi antibodi. Hingga kini, ia masih hidup, dan telah mengidap HIV selama 20 tahun pada saat darahnya diambil.