PENYAKIT jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian terbesar di Indonesia maupun di dunia. Sekira 17 juta orang di seluruh dunia meninggal setiap tahun akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
Pada umumnya, masyarakat akan mengaitkan pola dan jenis makanan sebagai penyebab penimbukan plak pada saluran arteri yang kemudian berakibat pada serangan jantung. Paradigma berpikir seperti ini tampaknya harus disesuaikan lagi, mengikuti kenyataan bahwa ternyata ada korelasi cukup tinggi antara pola kerja (dan penatalaksanaan waktu), pengelolaan stres dalam menjalankan rutinitas sehari-hari, peningkatan kolesterol, serta potensi meningkatnya serangan jantung. Hal-hal inilah yang kerap kali kurang mendapat perhatian dari masyarakat.
Memotret kehidupan kota besar saat ini, terlihat adanya kecenderungan bahwa usia penderita kini semakin muda. Anga insiden pada profesional muda usia 30-an juga semakin banyak. Tidak hanya di Indonesia sebagai negara berkembang, tetapi juga di negara maju. Tuntutan pekerjaan, gairah berprestasi, dan kemajuan bangsa seharusnya tidak terhambat bilamana individu menyadari bahwa jantung adalah motor penggerak dan karenanya kita harus menjaga dengan baik.
“Kami melihat bahwa rutinitas sehari-hari atau kesibukan kantor bisa mengaburkan kesadaran ini. Satu-satunya cara adalah kemampuan mengelola waktu dengan lebih baik sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan tanpa menimbulkan stres berlebih di samping tentu berperilaku hidup sehat,” kata dr Dewi Andang Joesoef, Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia (YJI) dalam konferensi pers “Jakarta Red Run 10 K” di Yayasan Jantung Indonesia, Menteng, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Pada beberapa penelitian terakhir ditemukan adanya hubungan antara stres dan perubahan dalam kadar kolesterol total. Hubungan tersebut secara nyata menunjukkan peningkatan pesat dalam kadar lemak darah yang mengganggu mekanisme kliring lemak tubuh. Stres diketahui meningkatkan produksi molekul inflamasi yang juga meningkatkan lipid breakdown.
“Berdasarkan penelitian Friedman and Rosenman, orang dengan tipe A, yaitu orang yang memiliki sifat kompetitif, tidak sabaran, agresif, dan mudah marah cenderung lebih mudah mengalami stres. Pola hidup dan kerja yang penuh stres karena time management yang buruk juga bukan tidak mungkin meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah yang sering dirasakan sebagai nyeri dada atau angina pectoris. Hal ini juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan cedera pada dinding arteri dan pembentukan bekuan dalam pembuluh darah,” papar dr Santoso Karo Karo SpJP MPH pada kesempatan yang sama.
Masih menurut hasil penelitian Friedman dan Rosenman, lebih lanjut dr Santoso menjelaskan, orang dengan tipe kepribadian B, yaitu mereka yang memiliki kepribadian santai dan easy going, cenderung tidak mudah terkena kanker dan serangan jantung daripada orang dengan tipe kepribadian A.
Dua profesi yang disebut dr Santoso memiliki tingkat stres tinggi dan jika tidak dikelola dengan baik, bisa meningkatkan risiko kanker dan serangan jantung adalah dokter umum dan dokter anestesi.
“Dokter umum dan dokter anestesi punya high stress job daripada profesi seperti patologi dan dermatologis yang cenderung low high stress job,” terangnya.
Terapkan Panca Usaha Jantung “SEHAT” seperti dikembangkan oleh YJI untuk hidup bebas potensi serangan jantung. SEHAT merupakan singkatan dari Seimbang gizi, Enyahkan rokok, Hadapi dan atasi stres, Awasi tekanan darah, dan Teratur berolahraga.
(ftr)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Pada umumnya, masyarakat akan mengaitkan pola dan jenis makanan sebagai penyebab penimbukan plak pada saluran arteri yang kemudian berakibat pada serangan jantung. Paradigma berpikir seperti ini tampaknya harus disesuaikan lagi, mengikuti kenyataan bahwa ternyata ada korelasi cukup tinggi antara pola kerja (dan penatalaksanaan waktu), pengelolaan stres dalam menjalankan rutinitas sehari-hari, peningkatan kolesterol, serta potensi meningkatnya serangan jantung. Hal-hal inilah yang kerap kali kurang mendapat perhatian dari masyarakat.
Memotret kehidupan kota besar saat ini, terlihat adanya kecenderungan bahwa usia penderita kini semakin muda. Anga insiden pada profesional muda usia 30-an juga semakin banyak. Tidak hanya di Indonesia sebagai negara berkembang, tetapi juga di negara maju. Tuntutan pekerjaan, gairah berprestasi, dan kemajuan bangsa seharusnya tidak terhambat bilamana individu menyadari bahwa jantung adalah motor penggerak dan karenanya kita harus menjaga dengan baik.
“Kami melihat bahwa rutinitas sehari-hari atau kesibukan kantor bisa mengaburkan kesadaran ini. Satu-satunya cara adalah kemampuan mengelola waktu dengan lebih baik sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan tanpa menimbulkan stres berlebih di samping tentu berperilaku hidup sehat,” kata dr Dewi Andang Joesoef, Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia (YJI) dalam konferensi pers “Jakarta Red Run 10 K” di Yayasan Jantung Indonesia, Menteng, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Pada beberapa penelitian terakhir ditemukan adanya hubungan antara stres dan perubahan dalam kadar kolesterol total. Hubungan tersebut secara nyata menunjukkan peningkatan pesat dalam kadar lemak darah yang mengganggu mekanisme kliring lemak tubuh. Stres diketahui meningkatkan produksi molekul inflamasi yang juga meningkatkan lipid breakdown.
“Berdasarkan penelitian Friedman and Rosenman, orang dengan tipe A, yaitu orang yang memiliki sifat kompetitif, tidak sabaran, agresif, dan mudah marah cenderung lebih mudah mengalami stres. Pola hidup dan kerja yang penuh stres karena time management yang buruk juga bukan tidak mungkin meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah yang sering dirasakan sebagai nyeri dada atau angina pectoris. Hal ini juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan cedera pada dinding arteri dan pembentukan bekuan dalam pembuluh darah,” papar dr Santoso Karo Karo SpJP MPH pada kesempatan yang sama.
Masih menurut hasil penelitian Friedman dan Rosenman, lebih lanjut dr Santoso menjelaskan, orang dengan tipe kepribadian B, yaitu mereka yang memiliki kepribadian santai dan easy going, cenderung tidak mudah terkena kanker dan serangan jantung daripada orang dengan tipe kepribadian A.
Dua profesi yang disebut dr Santoso memiliki tingkat stres tinggi dan jika tidak dikelola dengan baik, bisa meningkatkan risiko kanker dan serangan jantung adalah dokter umum dan dokter anestesi.
“Dokter umum dan dokter anestesi punya high stress job daripada profesi seperti patologi dan dermatologis yang cenderung low high stress job,” terangnya.
Terapkan Panca Usaha Jantung “SEHAT” seperti dikembangkan oleh YJI untuk hidup bebas potensi serangan jantung. SEHAT merupakan singkatan dari Seimbang gizi, Enyahkan rokok, Hadapi dan atasi stres, Awasi tekanan darah, dan Teratur berolahraga.
(ftr)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Comments