FAKTA menyebutkan, hampir 90 persen bayi di Indonesia pernah mengalami masalah kulit. Keterbatasan informasi mengenai perawatan kulit bayi yang kurang tepat adalah salah satu penyebabnya.
Ketua PPP Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) dr Titi Lestari Sugito SpKK mengatakan bahwa kulit bayi atau anak relatif rentan terhadap berbagai kelainan kulit dibandingkan dewasa. “Di Indonesia, hampir 90 persen bayi pernah alami masalah kulit,” tandas.
Titi dalam acara yang diadakan oleh Johnson’s Baby Day bertema “Fakta di Balik Kulit Si Kecil” sekaligus juga dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional di Rasuna Epicentrum, Kuningan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Titi menjelaskan, salah satu penyebabnya ialah terbatasnya pengetahuan dan informasi mengenai kurang tepatnya perawatan pada kulit bayi. Kulit sebagai organ terbesar yang melapisi tubuh, merupakan bagian yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar dan merupakan lapisan pertama yang melindungi tubuh dari pengaruh buruk lingkungan.
Struktur kulit bayi memang hampir sama dengan kulit dewasa, namun fungsi kulit yang sangat membedakan. Fungsi pada kulit bayi belum sempurna. Kulit bayi lebih lembut dibandingkan kulit orang dewasa. Perbedaan lainnya, kulit bayi lebih tipis, ikatan antarsel lebih longgar, produksi kelenjar keringat dan kelenjar minyak relatif lebih sedikit.
“Pada kulit bayi, rambut lebih jarang dan halus, lebih rentan terhadap iritasi dan infeksi, serta reaktivitas reaksi alergi lebih rendah dibanding orang dewasa,” ucap dokter yang berpraktik di RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta ini.
Itu sebabnya, sensitif, lembut, dan mudah terkena iritasi menjadi kata-kata yang sering digunakan untuk menggambarkan kulit bayi atau balita. Pentingnya pengetahuan mengenai kulit bayi menjadi salah satu kunci untuk menghindari terjadinya masalah pada kulit bayi, seperti bagaimana melakukan perawatan kulit yang tepat untuk si kecil. Karena saat ini tidak sedikit penyebab yang memudahkan bayi terkena masalah kulit bayi, di mana hal itu menjadi tantangan orang tua dalam membesarkan bayinya.
Hal ini menjadi penting bagi para ibu untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya dan menimbang dengan hati-hati sebelum menentukan pilihan pada produk perawatan kulit bayi yang tepat.
Salah satu masalah kulit yang sering dialami oleh bayi adalah dermatitis atopik atau yang sering disebut eksim susu. Bahkan, masalah kelainan tersebut masuk dalam 10 besar peringkat terbanyak di Poli Klinik Kulit Anak RS Dr Cipto Mangunkusumo periode 2003–2008.
“Jumlah kejadian penyakit ini meningkat seiring dengan perubahan kebiasaan, antara lain kebiasaan mandi dan penggunaan sabun yang tidak tepat, yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit bayi,” ungkapnya.
Dermatitis seboroik menjadi masalah kulit lainnya yang dialami oleh bayi dengan ciri-ciri kulit bersisik, kemerahan, berminyak, terutama didaerah sebore (kepala, muka, telinga, dada, dan lipatan). Ada juga dermatitis popok yang disebabkan pemakaian popok yang salah (urine, tinja, gesekan, lembap), diperkirakan, sekitar 50 persen bayi pernah mengalami masalah ini.
“Jika terjadi masalah ini, bersihkan kulit dengan air dan sabun, kemudian keringkan. Orang tua juga bisa mengoleskan dengan salep atau emolien,” papar Titi.
Selain dermatitis seboroik dan popok, masalah miliaria atau keringat buntet juga cukup sering terjadi. Masalah ini umumnya disebabkan udara panas dan lembab serta kebersihan kulit kurang dan sering terjadi di bagian kulit yang berkeringat seperti dahi, dada, dan punggung. Selain itu, ada pula infeksi bakteri yang menjadi masalah kulit. Masalah kulit ini mengakibatkan bisul, koreng, dan cacar monyet. Infeksi bakteri disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus dan sireo-tococcus hemolyticus.
Perawatan khusus mutlak dilakukan agar kesehatan kulit tetap terjaga. Karena kulit bayi memiliki peranan penting sebagai sistem pertahanan kesehatan bayi secara keseluruhan sehingga perawatannya sangat penting untuk mempertahankan fungsi tersebut. “Lakukan pencegahan dengan perawatan kulit yang benar,” sarannya.
Titi berpesan, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesehatan kulit yaitu menjaga kebersihan, keasaman (pH), dan kelembabannya. Penggunaan produk perawatan bayi yang memiliki tingkat kelembutan dan memenuhi standar uji klinis terhadap kemurnian bahan, potensi iritasi dan toksitisitas yang memang diformulasikan untuk bayi sangatlah diperlukan.
“Apabila kulit si kecil senantiasa sehat sedari dini, maka kulit akan berfungsi secara optimal sehingga mengurangi risiko alergi, iritasi, dan masalah kulit lainnya,” ucapnya.
Dikatakan oleh Senior Brand Manager Johnson’s, Baby Vivi Arvianti, bahwa untuk memilih produk perawatan bayi, khususnya produk yang diaplikasikan pada kulit haruslah hati-hati.
“Memilih sembarang produk berarti memberikan risiko kepada si kecil, yang sebenarnya dapat dicegah,” ujarnya dalam acara yang sama. Dengan memilih produk yang tepat, maka bayi akan terhindar dari masalah kulit yang sering terjadi.
(Koran SI/Koran SI/tty)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Ketua PPP Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) dr Titi Lestari Sugito SpKK mengatakan bahwa kulit bayi atau anak relatif rentan terhadap berbagai kelainan kulit dibandingkan dewasa. “Di Indonesia, hampir 90 persen bayi pernah alami masalah kulit,” tandas.
Titi dalam acara yang diadakan oleh Johnson’s Baby Day bertema “Fakta di Balik Kulit Si Kecil” sekaligus juga dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional di Rasuna Epicentrum, Kuningan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Titi menjelaskan, salah satu penyebabnya ialah terbatasnya pengetahuan dan informasi mengenai kurang tepatnya perawatan pada kulit bayi. Kulit sebagai organ terbesar yang melapisi tubuh, merupakan bagian yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar dan merupakan lapisan pertama yang melindungi tubuh dari pengaruh buruk lingkungan.
Struktur kulit bayi memang hampir sama dengan kulit dewasa, namun fungsi kulit yang sangat membedakan. Fungsi pada kulit bayi belum sempurna. Kulit bayi lebih lembut dibandingkan kulit orang dewasa. Perbedaan lainnya, kulit bayi lebih tipis, ikatan antarsel lebih longgar, produksi kelenjar keringat dan kelenjar minyak relatif lebih sedikit.
“Pada kulit bayi, rambut lebih jarang dan halus, lebih rentan terhadap iritasi dan infeksi, serta reaktivitas reaksi alergi lebih rendah dibanding orang dewasa,” ucap dokter yang berpraktik di RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta ini.
Itu sebabnya, sensitif, lembut, dan mudah terkena iritasi menjadi kata-kata yang sering digunakan untuk menggambarkan kulit bayi atau balita. Pentingnya pengetahuan mengenai kulit bayi menjadi salah satu kunci untuk menghindari terjadinya masalah pada kulit bayi, seperti bagaimana melakukan perawatan kulit yang tepat untuk si kecil. Karena saat ini tidak sedikit penyebab yang memudahkan bayi terkena masalah kulit bayi, di mana hal itu menjadi tantangan orang tua dalam membesarkan bayinya.
Hal ini menjadi penting bagi para ibu untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya dan menimbang dengan hati-hati sebelum menentukan pilihan pada produk perawatan kulit bayi yang tepat.
Salah satu masalah kulit yang sering dialami oleh bayi adalah dermatitis atopik atau yang sering disebut eksim susu. Bahkan, masalah kelainan tersebut masuk dalam 10 besar peringkat terbanyak di Poli Klinik Kulit Anak RS Dr Cipto Mangunkusumo periode 2003–2008.
“Jumlah kejadian penyakit ini meningkat seiring dengan perubahan kebiasaan, antara lain kebiasaan mandi dan penggunaan sabun yang tidak tepat, yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit bayi,” ungkapnya.
Dermatitis seboroik menjadi masalah kulit lainnya yang dialami oleh bayi dengan ciri-ciri kulit bersisik, kemerahan, berminyak, terutama didaerah sebore (kepala, muka, telinga, dada, dan lipatan). Ada juga dermatitis popok yang disebabkan pemakaian popok yang salah (urine, tinja, gesekan, lembap), diperkirakan, sekitar 50 persen bayi pernah mengalami masalah ini.
“Jika terjadi masalah ini, bersihkan kulit dengan air dan sabun, kemudian keringkan. Orang tua juga bisa mengoleskan dengan salep atau emolien,” papar Titi.
Selain dermatitis seboroik dan popok, masalah miliaria atau keringat buntet juga cukup sering terjadi. Masalah ini umumnya disebabkan udara panas dan lembab serta kebersihan kulit kurang dan sering terjadi di bagian kulit yang berkeringat seperti dahi, dada, dan punggung. Selain itu, ada pula infeksi bakteri yang menjadi masalah kulit. Masalah kulit ini mengakibatkan bisul, koreng, dan cacar monyet. Infeksi bakteri disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus dan sireo-tococcus hemolyticus.
Perawatan khusus mutlak dilakukan agar kesehatan kulit tetap terjaga. Karena kulit bayi memiliki peranan penting sebagai sistem pertahanan kesehatan bayi secara keseluruhan sehingga perawatannya sangat penting untuk mempertahankan fungsi tersebut. “Lakukan pencegahan dengan perawatan kulit yang benar,” sarannya.
Titi berpesan, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesehatan kulit yaitu menjaga kebersihan, keasaman (pH), dan kelembabannya. Penggunaan produk perawatan bayi yang memiliki tingkat kelembutan dan memenuhi standar uji klinis terhadap kemurnian bahan, potensi iritasi dan toksitisitas yang memang diformulasikan untuk bayi sangatlah diperlukan.
“Apabila kulit si kecil senantiasa sehat sedari dini, maka kulit akan berfungsi secara optimal sehingga mengurangi risiko alergi, iritasi, dan masalah kulit lainnya,” ucapnya.
Dikatakan oleh Senior Brand Manager Johnson’s, Baby Vivi Arvianti, bahwa untuk memilih produk perawatan bayi, khususnya produk yang diaplikasikan pada kulit haruslah hati-hati.
“Memilih sembarang produk berarti memberikan risiko kepada si kecil, yang sebenarnya dapat dicegah,” ujarnya dalam acara yang sama. Dengan memilih produk yang tepat, maka bayi akan terhindar dari masalah kulit yang sering terjadi.
(Koran SI/Koran SI/tty)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Comments