KECACATAN bayi saat lahir terbukti dapat dicegah secara dini saat proses kehamilan berlangsung. Bergaya hidup sehat dan mengikuti anjuran dokter adalah kunci utama.
Tidak ada hal yang paling menakutkan bagi seorang ibu hamil apabila mengetahui kemungkinan janin yang berada di rahimnya mengalami kecacatan yang tentu saja akan mengancam kesehatan dan kehidupannya kelak. Namun para ahli medis meyakinkan, banyak cara yang bisa dilakukan wanita sebelum dan selama kehamilan untuk mengurangi risiko anak terlahir cacat.
Sebagian besar langkah-langkah terkait tindakan pencegahan anak terlahir cacat ini ternyata mudah dan bisa dijalankan oleh siapa pun yang ingin mendapatkan hidup sehat.
“Wanita di usia produktif sebaiknya harus menyadari fakta bahwa mereka harus sehat,” kata Dr Michael Katz, Wakil Kepala Bidang Penelitian dan Program Global di March of Dimes, sebuah organisasi nirlaba terkait masalah kehamilan dan kesehatan bayi.
“Mereka (para wanita) tentu saja harus bergaya hidup sehat. Ini tentu bukan beban pekerjaan tambahan. Ini merupakan gaya hidup yang baik,” tegas Katz yang juga seorang profesor bidang kesehatan anak dari Columbia University dan konsultan di New York- Presbyterian Hospital, New York City, Amerika Serikat, seperti dikutip laman healthday.com.
Diketahui, sekitar 1 dari setiap 33 anak yang lahir di Amerika Serikat memiliki beberapa jenis cacat lahir. Menurut US Centers for Disease Control and Prevention (CDC), kebanyakan kelahiran cacat terjadi saat tiga bulan pertama kehamilan dan melibatkan beberapa kelainan struktural, fungsional, atau biokimia, yang menghasilkan anak cacat atau bahkan kematian.
Kelainan jantung merupakan jenis cacat lahir yang paling sering terjadi. Selain itu, diperkirakan 1 dari 100 atau 200 bayi yang lahir membawa kelainan ini. Kejadian cacat jantung lebih umum karena perkembangan jantung janin paling rumit karena banyak kesempatan terjadinya hal-hal yang tidak beres.
“Jantung adalah organisme yang sangat kompleks, dan datang selaras dengan berbagai kekuatan yang berkembang di embrio,” kata Katz.
Sering kali bayi yang baru lahir dengan cacat jantung memiliki apa yang disebut atrial septal defect atau ventricular septal defect. Mereka lahir dengan lubang di hati mereka.
“Jantung memiliki empat kamar, dua di atas disebut atria, dua di bawah disebut ventrikel. Mereka dipisahkan oleh dinding otot yang disebut septum,” kata Dr Adolfo Correa, supervisor medis untuk CDC’s National Center on Birth Defects and Developmental Disabilities.
Dalam beberapa bayi yang lahir dengan cacat jantung bawaan, dinding jantung belum tertutup sepenuhnya. Ada lubang antara sisi kanan dan sisi kiri. “Itu (lubang) menutup jalan darah untuk menjadi oksigen di paru-paru dan kemudian diedarkan ke organ untuk menyediakan oksigen. Darah yang masuk ke dalam jaringan tidak mengandung oksigen seperti biasanya. Kadang-kadang hal seperti itu bisa menjadikan orang cacat ringan, tetapi bisa jadi sangat parah dan berat, dan memengaruhi tumbuh kembang anak,” papar Correa.
Correa menyebut, paparan lingkungan memainkan peran penting yang dapat menentukan apakah seorang anak lahir cacat atau tidak. Misalnya, dua faktor utama dalam terjadinya kelainan jantung yakni obesitas dan diabetes. Mengontrol berat badan dan kadar gula darah merupakan kunci untuk melindungi kesehatan anak di dalam kandungan.
“Wanita usia subur dapat mendatangi dokter langganan untuk mengetahui cara-cara untuk mencapai berat badan yang ideal untuk memastikan kehamilan mereka yang sehat. Selain itu, bila diabetes terkontrol dengan baik, risiko cacat lahir dapat dikurangi dengan risiko rata-rata dalam populasi wanita dengan diabetes,” katanya.
Para wanita juga bisa mencegah terjadinya cacat lahir dengan pengaturan pola makan dan memperhatikan asupan gizi dan nutrisi. Pastikan kadar asam folat terpenuhi, baik dari makanan sehari-hari maupun suplemen asam folat. Para ahli medis menganjurkan mengonsumsi sedikitnya 400 mikrogram asam folat setiap hari.
Kecacatan janin saat lahir lainnya yang umum terjadi, menurut catatan CDC, di antaranya neural tube defect yaitu cacat lahir akibat tidak sempurnanya pertumbuhan dan perkembangan sistem tabung saraf pada masa janin. Jenisnya seperti spina bifida dan anencephaly. Cacat ini terjadi pada 1 dari 1.000 kehamilan. Selain itu, bibir sumbing juga termasuk sering, sekitar 1 dari 700 sampai 1.000 kelahiran bayi.
Baik Correa maupun Katz sama-sama berpendapat bahwa yang perlu diubah adalah gaya hidup sebelum seorang wanita hamil. Hal ini penting, mengingat kelainan pada tumbuh kembang janin sering kali terjadi di masa awal kehamilan, bahkan sebelum seorang wanita menyadari dirinya hamil. Untuk melahirkan bayi sehat tanpa komplikasi, setiap wanita disarankan untuk menjaga kebugaran dan memenuhi gizi yang baik, bahkan sebelum terjadinya konsepsi.
Tindakan pencegahan lain bisa dilakukan selama kehamilan. Hal pertama adalah menganalisis kembali semua obat, baik resep maupun obat bebas, yang dikonsumsi. Tanyakan kepada dokter, obat apa yang harus dihindari karena berbahaya bagi janin.
“Setiap kali seorang wanita hamil dan meminum obat yang diresepkan dokter untuk dirinya, dia harus bertanya apakah obat ini aman untuk dikonsumsi selama kehamilan. Jika jawaban dokter tidak tahu, hal itu perlu diteliti lebih lanjut,” tukas Katz.
Para ibu hamil juga sebaiknya melindungi diri dari kemungkinan penularan penyakit. Hindari bepergian jauh untuk mencegah penularan penyakit. Atau jika tak bisa dihindari, lakukan tindakan pencegahan, seperti mengonsumsi obat antimalaria atau mendapatkan vaksin tertentu sebelum bepergian.
(Koran SI/Koran SI/tty)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Tidak ada hal yang paling menakutkan bagi seorang ibu hamil apabila mengetahui kemungkinan janin yang berada di rahimnya mengalami kecacatan yang tentu saja akan mengancam kesehatan dan kehidupannya kelak. Namun para ahli medis meyakinkan, banyak cara yang bisa dilakukan wanita sebelum dan selama kehamilan untuk mengurangi risiko anak terlahir cacat.
Sebagian besar langkah-langkah terkait tindakan pencegahan anak terlahir cacat ini ternyata mudah dan bisa dijalankan oleh siapa pun yang ingin mendapatkan hidup sehat.
“Wanita di usia produktif sebaiknya harus menyadari fakta bahwa mereka harus sehat,” kata Dr Michael Katz, Wakil Kepala Bidang Penelitian dan Program Global di March of Dimes, sebuah organisasi nirlaba terkait masalah kehamilan dan kesehatan bayi.
“Mereka (para wanita) tentu saja harus bergaya hidup sehat. Ini tentu bukan beban pekerjaan tambahan. Ini merupakan gaya hidup yang baik,” tegas Katz yang juga seorang profesor bidang kesehatan anak dari Columbia University dan konsultan di New York- Presbyterian Hospital, New York City, Amerika Serikat, seperti dikutip laman healthday.com.
Diketahui, sekitar 1 dari setiap 33 anak yang lahir di Amerika Serikat memiliki beberapa jenis cacat lahir. Menurut US Centers for Disease Control and Prevention (CDC), kebanyakan kelahiran cacat terjadi saat tiga bulan pertama kehamilan dan melibatkan beberapa kelainan struktural, fungsional, atau biokimia, yang menghasilkan anak cacat atau bahkan kematian.
Kelainan jantung merupakan jenis cacat lahir yang paling sering terjadi. Selain itu, diperkirakan 1 dari 100 atau 200 bayi yang lahir membawa kelainan ini. Kejadian cacat jantung lebih umum karena perkembangan jantung janin paling rumit karena banyak kesempatan terjadinya hal-hal yang tidak beres.
“Jantung adalah organisme yang sangat kompleks, dan datang selaras dengan berbagai kekuatan yang berkembang di embrio,” kata Katz.
Sering kali bayi yang baru lahir dengan cacat jantung memiliki apa yang disebut atrial septal defect atau ventricular septal defect. Mereka lahir dengan lubang di hati mereka.
“Jantung memiliki empat kamar, dua di atas disebut atria, dua di bawah disebut ventrikel. Mereka dipisahkan oleh dinding otot yang disebut septum,” kata Dr Adolfo Correa, supervisor medis untuk CDC’s National Center on Birth Defects and Developmental Disabilities.
Dalam beberapa bayi yang lahir dengan cacat jantung bawaan, dinding jantung belum tertutup sepenuhnya. Ada lubang antara sisi kanan dan sisi kiri. “Itu (lubang) menutup jalan darah untuk menjadi oksigen di paru-paru dan kemudian diedarkan ke organ untuk menyediakan oksigen. Darah yang masuk ke dalam jaringan tidak mengandung oksigen seperti biasanya. Kadang-kadang hal seperti itu bisa menjadikan orang cacat ringan, tetapi bisa jadi sangat parah dan berat, dan memengaruhi tumbuh kembang anak,” papar Correa.
Correa menyebut, paparan lingkungan memainkan peran penting yang dapat menentukan apakah seorang anak lahir cacat atau tidak. Misalnya, dua faktor utama dalam terjadinya kelainan jantung yakni obesitas dan diabetes. Mengontrol berat badan dan kadar gula darah merupakan kunci untuk melindungi kesehatan anak di dalam kandungan.
“Wanita usia subur dapat mendatangi dokter langganan untuk mengetahui cara-cara untuk mencapai berat badan yang ideal untuk memastikan kehamilan mereka yang sehat. Selain itu, bila diabetes terkontrol dengan baik, risiko cacat lahir dapat dikurangi dengan risiko rata-rata dalam populasi wanita dengan diabetes,” katanya.
Para wanita juga bisa mencegah terjadinya cacat lahir dengan pengaturan pola makan dan memperhatikan asupan gizi dan nutrisi. Pastikan kadar asam folat terpenuhi, baik dari makanan sehari-hari maupun suplemen asam folat. Para ahli medis menganjurkan mengonsumsi sedikitnya 400 mikrogram asam folat setiap hari.
Kecacatan janin saat lahir lainnya yang umum terjadi, menurut catatan CDC, di antaranya neural tube defect yaitu cacat lahir akibat tidak sempurnanya pertumbuhan dan perkembangan sistem tabung saraf pada masa janin. Jenisnya seperti spina bifida dan anencephaly. Cacat ini terjadi pada 1 dari 1.000 kehamilan. Selain itu, bibir sumbing juga termasuk sering, sekitar 1 dari 700 sampai 1.000 kelahiran bayi.
Baik Correa maupun Katz sama-sama berpendapat bahwa yang perlu diubah adalah gaya hidup sebelum seorang wanita hamil. Hal ini penting, mengingat kelainan pada tumbuh kembang janin sering kali terjadi di masa awal kehamilan, bahkan sebelum seorang wanita menyadari dirinya hamil. Untuk melahirkan bayi sehat tanpa komplikasi, setiap wanita disarankan untuk menjaga kebugaran dan memenuhi gizi yang baik, bahkan sebelum terjadinya konsepsi.
Tindakan pencegahan lain bisa dilakukan selama kehamilan. Hal pertama adalah menganalisis kembali semua obat, baik resep maupun obat bebas, yang dikonsumsi. Tanyakan kepada dokter, obat apa yang harus dihindari karena berbahaya bagi janin.
“Setiap kali seorang wanita hamil dan meminum obat yang diresepkan dokter untuk dirinya, dia harus bertanya apakah obat ini aman untuk dikonsumsi selama kehamilan. Jika jawaban dokter tidak tahu, hal itu perlu diteliti lebih lanjut,” tukas Katz.
Para ibu hamil juga sebaiknya melindungi diri dari kemungkinan penularan penyakit. Hindari bepergian jauh untuk mencegah penularan penyakit. Atau jika tak bisa dihindari, lakukan tindakan pencegahan, seperti mengonsumsi obat antimalaria atau mendapatkan vaksin tertentu sebelum bepergian.
(Koran SI/Koran SI/tty)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Comments