Skip to main content

Ditemukan, Vaksin AIDS pada Tubuh ODHA

PENELITI Amerika selangkah lebih dekat untuk mengembangkan vaksin melawan virus AIDS yang mematikan. Mereka menemukan antibodi yang mampu membunuh 91 persen virus HIV.

Ilmuwan menemukan tiga antibodi kuat dalam sel tubuh seorang pria gay keturunan Afrika-Amerika berusia 60 tahun yang dijuluki Donor 45. Bahkan satu di antaranya adalah antibodi yang menetralisir lebih dari 91 persen virus HIV. Tubuh pria tersebut membuat antibodi secara alami. Demikian okezone lansir dari NY Daily News, Senin (12/7/2010).

Dalam kasus Donor 45—yang antibodinya tidak menyelamatkan dirinya dari tertular HIV—peneliti menyaring sekira 25 juta sel untuk menemukan puluhan sel yang nantinya bisa menghasilkan antibodi yang kuat. Pria tersebut kemungkinan besar sudah tertular virus HIV sebelum tubuhnya mulai memroduksi antibodi. Hingga kini, ia masih hidup, dan telah mengidap HIV selama 20 tahun pada saat darahnya diambil.



Para peneliti berkeinginan membuat sebuah vaksin yang akan memungkinkan tubuh setiap orang untuk membuat antibodi serupa Donor 45. Penelitian ini diharapkan bisa membuka jalan untuk membuat vaksin yang tidak hanya efektif terhadap virus AIDS, tetapi juga virus penyakit lainnya, dan telah menjadi bagian penting dari penelitian AIDS.

Bicara soal vaksin tersebut, Gary Nabel, Direktur Vaccine Research Center di National Institute of Allergy and Infections Disease yang juga pimpinan penelitian mengatakan, "Akan butuh kerja keras. Kami akan berada di sini untuk sementara (sebelum vaksin menunjukkan manfaat yang jelas)."

Tahun lalu, efektivitas yang ditunjukkan vaksin HIV pertama terbukti mengecewakan. Menyusul penelitian vaksin berikutnya di Thailand yang menurut statistik mencapai kisaran sukses hingga 30 persen. Tapi, penemuan antibodi ini baru dapat menghasilkan treatment yang lebih menjanjikan.

"Antibodi melekat pada bagian virus yang tidak berubah, dan ini menjelaskan mengapa virus dapat menetralkan berbagai jenis HIV yang mematikan," kata Dr John Mascola, salah seorang peneliti.

Menyusun penemuan antibodi menjadi vaksin HIV yang efektif akan menjadi penelitian yang sulit, karena peneliti harus memulainya dari bagian penting virus di mana antibodi melekat padanya. Kemudian, merancang vaksin menggunakan bagian virus tersebut untuk mendorong tubuh membuat antibodi seperti yang ditemukan pada Donor 45.

Penemuan—dipaparkan dalam edisi online Journal Science—ini ditemukan hanya beberapa hari sebelum Konferensi AIDS Internasional di Vienna yang rencananya akan dilangsungkan 18-23 Juli 2010. Penelitian ini diharapkan menjadi fokus pertemuan mengingat jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) kian bertambah.


(ftr)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Comments

Popular posts from this blog

Waspadai Bercak Putih di Retina Mata Anak

BERCAK putih di retina mata anak bisa jadi penanda awal keganasan kanker bola mata. Ini harus segera diwaspadai. Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dengan Abiyyu, 12 tahun. Seperti anak-anak lain seusianya, bocah lelaki kelas enam SD Surya Bahari, Tangerang, ini tampak ceria bermain petak umpet, ikut senam kesegaran jasmani di sekolah, bertanding sepak bola, dan menjaring serangga di lapangan. Bersama dua temannya, dia juga tampak kompak menyanyikan lagu Oke milik duo T2 sambil sesekali terdengar gelak tawa khas keceriaan anak-anak. Bercak Putih Pada Mata - Tanda Kanker Retina Lantas, apa yang berbeda dari Abiyyu? Di balik kacamata yang senantiasa dikenakannya, siapa sangka bila bocah bernama lengkap Achmad Abiyyu Sofyan ini hanya punya satu mata kiri untuk melihat. Empat tahun lalu, keganasan kanker bola mata membuat Abiyyu harus merelakan bola mata kanannya diangkat untuk kemudian digantikan mata palsu yang hanya kosmetik semata. "Kata dokter, kalau tidak diangkat,

"Kok, mata anakku sering berair, ya?"

PADA bayi, saluran air mata kadang belum sempurna. Pada saat normal, air mata keluar dari kelenjar lacrimalis (memproduksi air mata) yang bertujuan agar air mata selalu basah dan lembap. Kemudian, air mata ini keluar melalui saluran di bagian ujung mata bagian dalam (medial) dan masuk melalui hidung. Secara normal, kita tidak merasa air mata itu berproduksi terus karena produksi dan pengeluarannya teratur. Keadaan berubah bila produksi air mata bertambah, seperti menangis atau sumbatan pada pada pangkal hidung, sehingga air mata tersebut meningkat dan terlihat berair. Jika kondisi tersebut dialami si kecil, tentu Anda akan berpikir, mengapa bisa demikian? Apakah hal tersebut normal dialami oleh setiap bayi? Kata orangtua jaman dulu, biar cepet sembuh harus dijilat oleh sang ibu. Apakah teori itu benar? Lantas, bagaimana perawatannya?