Skip to main content

Botak pada Usia Muda Pertanda Kanker Prostat?

ANDA sudah botak pada usia muda? Studi terbaru di Prancis menyebutkan, orang dengan kebotakan dini kemungkinan berisiko dua kali lebih besar menderita kanker prostat di kemudian hari.

Kebotakan rambut, khususnya pada para pria, adalah salah satu masalah yang paling sering dikeluhkan. Apalagi bila terjadi pada usia yang relatif masih muda. Selain tidak indah dipandang dan menimbulkan rasa minder saat berhadapan dengan orang lain, kebotakan pada pria usia 20-an ternyata juga mengandung risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit berbahaya.

Sebuah studi terbaru di Prancis menunjukkan, pria yang menderita kanker prostat dua kali memiliki kemungkinan untuk memperlihatkan tanda-tanda kebotakan pada usia 20-an, daripada mereka tanpa kanker prostat. Namun, pria yang mulai rontok rambutnya sejak berusia 30-an atau 40-an tidak mendapatkan risiko yang sama.



Meski begitu, tim peneliti mencatat, orang yang mengalami kebotakan pada usia 20-an tidak menghadapi risiko lebih tinggi mengembangkan sel kanker atau tumor agresif pada usia dini. Mereka juga mengungkapkan belum mengetahui apakah seorang laki-laki yang mengalami kerontokan rambut pada usia muda dapat mengambil manfaat dari skrining kanker prostat.

“Saat ini tidak ada bukti kuat yang menunjukkan manfaat dari populasi umum saat melakukan skrining kanker prostat,” kata penulis studi Dr Philippe Giraud dari European Georges Pompidou Hospital di Paris, Prancis, dalam rilisnya melalui European Society for Medical Oncology.

“Kami perlu cara mengidentifikasi orang yang berisiko tinggi untuk mengembangkan penyakit ini,” tambahnya seperti dilansir HealthDay.com.

Memperhatikan bahwa hormon androgen pada pria yang terkait dengan rambut rontok juga berhubungan dengan kanker prostat, Giraud dan para peneliti lain menyebutkan perlunya studi lebih lanjut untuk melihat apakah intervensi yang mungkin cocok untuk pria dengan botak pada usia dini.

“Dokter musti tahu, bagian mana yang menjadi target skrining dan juga dipetimbangkan untuk tindakan kemoterapi dengan menggunakan obat antiandrogen seperti finasteride,” tuturnya.

“Kebotakan pada usia 20-an tahun sebenarnya dapat menjadi salah satu faktor risiko yang mudah dikenali, dan saat ini akan lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengonfirmasi tentang hal itu,” kata Giraud, yang juga seorang profesor bidang onkologi radiasi di Paris Descartes University.

Laporan temuan dari tim Giraud dipublikasikan dalam edisi online jurnal Annals of Oncology edisi 15 Februari 2011. Para peneliti mencatat bahwa pola kebotakan pada pria (atau biasa disebut androgenic alopecia) adalah sangat umum, memengaruhi sekitar separuh dari semua pria di beberapa tahap dalam kehidupan mereka.

Sebelumnya, hal ini dikaitkan dengan konversi testoteron menjadi hormon androgen, dan androgen juga telah lama diketahui terlibat dalam perkembangan dan pertumbuhan kanker prostat.

Obat finasteride –yang digunakan untuk mengobati kebotakan mampu menghalangi konversi testoteron menjadi hormon androgen yang menyebabkan rambut rontok-, dan obat ini telah terbukti dapat menurunkan kejadian kanker prostat.

Untuk mengeksplorasi kemungkinan hubungan antara pola kebotakan dan kanker prostat, tim peneliti menghabiskan waktu lebih dari dua tahun untuk menganalisis perkembangan penyakit dan pola rambut rontok pada 388 pria dengan kanker prostat.

Para pria itu didiagnosis antara usia 46 dan 84 tahun. Mulai 2004, para peneliti meminta mereka untuk menunjukkan apakah mereka pernah atau tidak mengalami kebotakan sebelumnya, kapan mereka mulai mengalami kerontokan rambut dan secara khusus menyebutkan jenis rambut apa saja yang sudah rontok pada usia 20, 30, dan 40. Sebanyak 281 pria sehat terdaftar dalam studi untuk perbandingan.

Tim peneliti menemukan bahwa 37 orang dari pasien kaker prostat (dan 14 orang di antaranya dari pria sehat) telah mengalami beberapa bentuk kerontokan rambut pada usia 20 tahun, mulai garis rambut mundur ke belakang hingga menyebabkan botak di bagian atas kepala, atau kombinasi keduanya. Penulis melaporkan, segala bentuk rambut rontok pada usia 20 dikaitkan dengan kemungkinan dua kali lipat berisiko kanker prostat, tanpa pola khusus rambut rontok yang dapat dikenali dari risiko dari gejala yang lain.

Tim peneliti memperingatkan, bagaimanapun masih terlalu dini untuk menyimpulkan ada kaitan antara kebotakan rambut dan kanker prostat. Sementara itu, Dr Nelson Neal Stone, seorang profesor bidang urologi dan onkologi radiasi di Mount Sinai School of Medicine di New York City, Amerika Serikat, setuju bahwa penelitian ini sebagai umpan sebuah gagasan baru. “Ini sama sekali tidak meyakinkan,” imbuhnya.

“Pertama-tama yang harus dilihat, jumlah pasien yang terlibat dalam penelitian sangat rendah sehingga membuat interprestasi dan aplikasi yang dikaitkan dengan populasi umum sangat berisiko,” katanya.

“Tetapi, kita tahu bahwa ada faktor genetik yang membuat kanker prostat lebih umum berkembang di masyarakat,” tukas Stone.

“Sebagai contoh, pria yang memiliki saudara satu tingkat di atasnya-paman, ayah atau saudara pria-yang memiliki diagnosis kanker prostat dapat berisiko 2,5 sampai tiga kali lebih besar untuk mengambangkan kanker prostat daripada pria yang tidak memiliki keturunan seperti itu. Dan, faktor genetika juga memainkan peran penting pada pria yang mengalami kebotakan dini,” papar Stone.

“Jadi, Anda memiliki dua faktor genetik yang mungkin dapat berhubungan di antara keduanya, dan masing-masing terkait dengan tingginya kadar hormon pria pada usia muda. Jadi, mungkin faktor hormon yang paling banyak terkait pada keadaan ini,” aku Stone.

“Tetapi memang, itu sangat sulit untuk dibuktikan,” tutupnya.


(SINDO//nsa)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Comments

Popular posts from this blog

Waspadai Bercak Putih di Retina Mata Anak

BERCAK putih di retina mata anak bisa jadi penanda awal keganasan kanker bola mata. Ini harus segera diwaspadai. Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dengan Abiyyu, 12 tahun. Seperti anak-anak lain seusianya, bocah lelaki kelas enam SD Surya Bahari, Tangerang, ini tampak ceria bermain petak umpet, ikut senam kesegaran jasmani di sekolah, bertanding sepak bola, dan menjaring serangga di lapangan. Bersama dua temannya, dia juga tampak kompak menyanyikan lagu Oke milik duo T2 sambil sesekali terdengar gelak tawa khas keceriaan anak-anak. Bercak Putih Pada Mata - Tanda Kanker Retina Lantas, apa yang berbeda dari Abiyyu? Di balik kacamata yang senantiasa dikenakannya, siapa sangka bila bocah bernama lengkap Achmad Abiyyu Sofyan ini hanya punya satu mata kiri untuk melihat. Empat tahun lalu, keganasan kanker bola mata membuat Abiyyu harus merelakan bola mata kanannya diangkat untuk kemudian digantikan mata palsu yang hanya kosmetik semata. "Kata dokter, kalau tidak diangkat,

"Kok, mata anakku sering berair, ya?"

PADA bayi, saluran air mata kadang belum sempurna. Pada saat normal, air mata keluar dari kelenjar lacrimalis (memproduksi air mata) yang bertujuan agar air mata selalu basah dan lembap. Kemudian, air mata ini keluar melalui saluran di bagian ujung mata bagian dalam (medial) dan masuk melalui hidung. Secara normal, kita tidak merasa air mata itu berproduksi terus karena produksi dan pengeluarannya teratur. Keadaan berubah bila produksi air mata bertambah, seperti menangis atau sumbatan pada pada pangkal hidung, sehingga air mata tersebut meningkat dan terlihat berair. Jika kondisi tersebut dialami si kecil, tentu Anda akan berpikir, mengapa bisa demikian? Apakah hal tersebut normal dialami oleh setiap bayi? Kata orangtua jaman dulu, biar cepet sembuh harus dijilat oleh sang ibu. Apakah teori itu benar? Lantas, bagaimana perawatannya?

Ditemukan, Vaksin AIDS pada Tubuh ODHA

PENELITI Amerika selangkah lebih dekat untuk mengembangkan vaksin melawan virus AIDS yang mematikan. Mereka menemukan antibodi yang mampu membunuh 91 persen virus HIV. Ilmuwan menemukan tiga antibodi kuat dalam sel tubuh seorang pria gay keturunan Afrika-Amerika berusia 60 tahun yang dijuluki Donor 45. Bahkan satu di antaranya adalah antibodi yang menetralisir lebih dari 91 persen virus HIV. Tubuh pria tersebut membuat antibodi secara alami. Demikian okezone lansir dari NY Daily News, Senin (12/7/2010). Dalam kasus Donor 45—yang antibodinya tidak menyelamatkan dirinya dari tertular HIV—peneliti menyaring sekira 25 juta sel untuk menemukan puluhan sel yang nantinya bisa menghasilkan antibodi yang kuat. Pria tersebut kemungkinan besar sudah tertular virus HIV sebelum tubuhnya mulai memroduksi antibodi. Hingga kini, ia masih hidup, dan telah mengidap HIV selama 20 tahun pada saat darahnya diambil.