Skip to main content

Tes Urin Mampu Deteksi Kanker Prostat

PENELITI Inggris menemukan bahwa protein yang terkandung dalam urine bisa menjadi indikator kuat seseorang berisiko kanker prostat. Temuan ini ke depan bisa dikembangkan menjadi tes cepat untuk mengetahui gejala kanker prostat.

Peneliti dari Cancer Research UK Cambridge Research Institute dan Institute of Cancer Research (ICR) ini menuturkan, protein yang disebut microseminoprotein-beta atau MSMB ditemukan dalam level rendah pada pria yang didiagnosis dengan penyakit tersebut. Protein ini juga terlihat memiliki dosis lebih rendah pada pria dengan jenis kanker lain yang lebih agresif.

”Protein ini mudah untuk dideteksi karena ditemukan dalam urin dan berpotensi akan menjadi tes yang sangat sederhana untuk mengidentifikasi pria yang paling berisiko terkena penyakit kanker prostat,” kata Hayley Whitaker dari Cambridge Institute yang memimpin penelitian seperti dikutip dari laman Reuters Health.

Whitaker menyatakan, sekira lima tahun sebelum hasil penelitian ini dipublikasikan, tes ini sebenarnya telah direkomendasikan oleh para dokter untuk digunakan dalam klinik. Dia berharap hasil penelitian ini bisa membantu para dokter dan tenaga medis lainnya untuk menentukan seorang pasien yang memiliki tumor agresif.

Kanker prostat diperkirakan membunuh 258.000 orang di seluruh dunia pada 2008 dan merupakan penyebab kematian paling umum kedua akibat kanker pada pria di Amerika Serikat. Di Inggris, sekira 35.000 orang didiagnosis menderita kanker prostat dan sekira10.000 di antaranya telah meninggal dunia akibat penyakit ini.

Tes skrining yang paling efektif yang tersedia saat ini biasanya didasarkan pada biomarker tunggal yang disebut prostate specific antigen (PSA). Namun, pengujian PSA bermasalah karena memiliki kekhususan yang rendah yang menghasilkan tingginya nilai positif yang palsu dan mengarah ke pengobatan bedah dan radioterapi yang tidak perlu.

Sebuah penelitian di Amerika Serikat yang disiarkan tahun lalu menemukan bahwa rutinitas skrining PSA telah menghasilkan lebih dari 1 juta pria Amerika yang didiagnosis dengan tumor, yang kemungkinan tidak menderita efek buruk dari skrining itu.

”Pada saat ini tes PSA adalah metode terbaik yang kita punya untuk mendeteksi kanker prostat, tetapi sayangnya memiliki keterbatasan yang signifikan. Jadi, ada kebutuhan mendesak untuk menemukan biomarker baru seperti MSMB yang dapat digunakan dalam penyaringan dan diagnosis,” ujar Rosalind Eeles dari ICR dan The Royal Marsden Hospital yang juga mengerjakan studi tersebut.

Protein-yang mengatur kematian sel prostat-diproduksi oleh sel prostat normal. Para peneliti mengambil jaringan dan sampel urine dari sekitar 350 orang, baik yang menderita maupun yang tidak terkena kanker prostat untuk menguji tingkat MSMB.

Hasilnya, yang dipublikasikan dalam jurnal Public Library of Science (PLoS) ONE, menunjukkan bahwa MSMB ditemukan pada tingkat signifikan lebih rendah dalam urin manusia yang didiagnosis dengan kanker prostat dibandingkan mereka yang tanpa penyakit. Mereka juga menunjukkan fakta bahwa pria dengan tumor agresif juga cenderung memiliki tingkat protein dalam air seni mereka.

Mengomentari studi ini, Kate Holmes dari Prostate Cancer Charity di Inggris berharap, (para ilmuwan) bisa memberikan bukti tentang persoalan ini yang sangat berharga di masa depan.

”Mengingat keterbatasan yang dihasilkan dari tes darah PSA, menemukan teknik yang lebih akurat mendiagnosis kanker prostat adalah inti penelitian terhadap penyakit ini,” katanya.

”Dan tes urin akurat yang dapat diandalkan untuk kanker prostat akan menjadi alat yang tidak ternilai jika terbukti berhasil dalam skala besar,” ungkap Holmes.

Prostat sendiri adalah kelenjar yang terdapat di bawah kandung kemih pria. Fungsi utama prostat adalah memproduksi cairan yang melindungi dan menyalurkan sperma. Prostat sering kali membesar secara bertahap setelah usia 50 tahun. Pada usia 70 tahun, 80 persen pria memiliki prostat yang membesar. Banyak pria lansia yang mengalami masalah buang air kecil karena pembesaran prostat (nonkanker).

Pada beberapa pria, pembesaran ini diikuti oleh tumbuhnya kanker. Sementara itu, kanker prostat terjadi ketika sel-sel prostat tumbuh lebih cepat daripada kondisi normal sehingga membentuk benjolan atau tumor yang memiliki keganasan. Kanker ini paling umum pada pria, terutama mereka yang berusia di atas 65 tahun.

Kanker prostat jarang menyerang laki-laki di bawah 45 tahun, kecuali bila ada di antara keluarga Anda yang menderitanya. Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker prostat yaitu usia dan riwayat keluarga. Hormon, diet tinggi lemak, dan toksin, juga disebutkan sebagai faktor risiko kanker prostat walaupun kaitannya belum jelas.

Walau di Asia masih tergolong sedikit penderitanya, data dari 13 fakultas kedokteran universitas negeri di Indonesia menunjukkan penderita kanker prostat termasuk tinggi. Penyakit ganas ini tak bisa diabaikan karena telah membunuh sekitar 10.000 lelaki setiap kasus. Penyakit ini biasanya dapat disembuhkan bila terdeteksi pada tahap dini.

Celakanya, kanker ini sering tumbuh secara diam-diam dalam kelenjar prostat tanpa gejala apa pun sampai menyebar ke tulang dan jaringan di sekitarnya. Itu sebabnya, penting sekali bagi pria dewasa untuk menjalani uji rektal digital yang memungkinkan dokter menemukan benjolan atau pembesaran pada prostat. Selain itu, ada juga prostate-specific antigen blood test, yaitu uji darah untuk mendeteksi sejenis protein yang keluar dari prostat apabila ada tumor.

Apabila dokter menemukan kanker, pengobatannya akan bergantung pada beberapa faktor, termasuk ukuran tumor, kecepatan pertumbuhannya, dan apakah penyakit itu telah menyebar ke luar prostat. Pengobatan untuk ini antara lain radiasi, pengangkatan prostat melalui pembedahan, dan terapi hormon untuk menurunkan kadar testosteron.

(Koran SI/Koran SI/ftr)
http://lifestyle.okezone.com

Comments

Popular posts from this blog

Waspadai Bercak Putih di Retina Mata Anak

BERCAK putih di retina mata anak bisa jadi penanda awal keganasan kanker bola mata. Ini harus segera diwaspadai. Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dengan Abiyyu, 12 tahun. Seperti anak-anak lain seusianya, bocah lelaki kelas enam SD Surya Bahari, Tangerang, ini tampak ceria bermain petak umpet, ikut senam kesegaran jasmani di sekolah, bertanding sepak bola, dan menjaring serangga di lapangan. Bersama dua temannya, dia juga tampak kompak menyanyikan lagu Oke milik duo T2 sambil sesekali terdengar gelak tawa khas keceriaan anak-anak. Bercak Putih Pada Mata - Tanda Kanker Retina Lantas, apa yang berbeda dari Abiyyu? Di balik kacamata yang senantiasa dikenakannya, siapa sangka bila bocah bernama lengkap Achmad Abiyyu Sofyan ini hanya punya satu mata kiri untuk melihat. Empat tahun lalu, keganasan kanker bola mata membuat Abiyyu harus merelakan bola mata kanannya diangkat untuk kemudian digantikan mata palsu yang hanya kosmetik semata. "Kata dokter, kalau tidak diangkat,

"Kok, mata anakku sering berair, ya?"

PADA bayi, saluran air mata kadang belum sempurna. Pada saat normal, air mata keluar dari kelenjar lacrimalis (memproduksi air mata) yang bertujuan agar air mata selalu basah dan lembap. Kemudian, air mata ini keluar melalui saluran di bagian ujung mata bagian dalam (medial) dan masuk melalui hidung. Secara normal, kita tidak merasa air mata itu berproduksi terus karena produksi dan pengeluarannya teratur. Keadaan berubah bila produksi air mata bertambah, seperti menangis atau sumbatan pada pada pangkal hidung, sehingga air mata tersebut meningkat dan terlihat berair. Jika kondisi tersebut dialami si kecil, tentu Anda akan berpikir, mengapa bisa demikian? Apakah hal tersebut normal dialami oleh setiap bayi? Kata orangtua jaman dulu, biar cepet sembuh harus dijilat oleh sang ibu. Apakah teori itu benar? Lantas, bagaimana perawatannya?

Ditemukan, Vaksin AIDS pada Tubuh ODHA

PENELITI Amerika selangkah lebih dekat untuk mengembangkan vaksin melawan virus AIDS yang mematikan. Mereka menemukan antibodi yang mampu membunuh 91 persen virus HIV. Ilmuwan menemukan tiga antibodi kuat dalam sel tubuh seorang pria gay keturunan Afrika-Amerika berusia 60 tahun yang dijuluki Donor 45. Bahkan satu di antaranya adalah antibodi yang menetralisir lebih dari 91 persen virus HIV. Tubuh pria tersebut membuat antibodi secara alami. Demikian okezone lansir dari NY Daily News, Senin (12/7/2010). Dalam kasus Donor 45—yang antibodinya tidak menyelamatkan dirinya dari tertular HIV—peneliti menyaring sekira 25 juta sel untuk menemukan puluhan sel yang nantinya bisa menghasilkan antibodi yang kuat. Pria tersebut kemungkinan besar sudah tertular virus HIV sebelum tubuhnya mulai memroduksi antibodi. Hingga kini, ia masih hidup, dan telah mengidap HIV selama 20 tahun pada saat darahnya diambil.