Skip to main content

Sinar X dan CT Scan Picu Leukemia

PENELITIAN terbaru mengungkap dampak negatif sinar X atau CT Scan pada anak-anak. Ternyata radiasi alat-alat tersebut dalam waktu lama bisa meningkatkan risiko terserang penyakit leukemia.

Sebenarnya telah lama timbul kekhawatiran pada masyarakat akan efek negatif radiasi elektromagnetik terhadap kesehatan, terutama bagi anak-anak. Yang terbaru, para peneliti melaporkan bahwa paparan terhadap tiga kali atau lebih sinar X di masa kanak-kanak akan meningkatkan kemungkinan seorang anak menderita penyakit leukemia sebanyak dua kali lipat, meskipun risiko secara keseluruhan masih kecil.

Namun, peneliti tidak menyerukan agar si kecil menghindari sama sekali paparan sinar X. Karena metode ini penting untuk pengobatan penyakit lain, seperti radang paru (pneumonia) dan patah tulang. Mereka juga tidak membuktikan secara definitif bahwa sinar X langsung meningkatkan risiko leukemia.

Para ilmuwan itu hanya menyarankan agar dokter tidak merekomendasikan penggunaan sinar X jika tidak benar-benar diperlukan atau malah melakukan tindakan pencegahan khusus melalui penggunaan CT scan. Karena alat yang satu ini lebih berpotensi memberikan paparan radiasi berbahaya untuk tubuh.

Penulis pendamping studi ini yang juga seorang ahli epidemiologi Patricia Buffler menyebut temuan ini sebagai “peringatan yang sangat serius”. “Menghilangkan atau mengurangi paparan (radiasi) yang tidak perlu adalah penting,” kata Buffler, seorang profesor di University of California, Berkeley School of Public Health, Amerika Serikat.

Meskipun begitu, dia mengakui, “Beberapa jenis paparan radiasi sangat penting untuk membuat diagnosis yang akurat,” lanjut Buffler seperti dikutip dari laman healthday.com. Leukemia (kanker darah) adalah suatu jenis kanker yang menyerang sumsum tulang dan darah.

Sumsum tulang (bone marrow) ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga tipe sel darah, di antaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oksigen ke dalam tubuh), dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).

Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak di masa kecilnya. Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih mereproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda atau sinyal secara teratur kapankah sel darah diharapkan bereproduksi kembali.

Pada kasus leukemia, sel darah putih tidak merespons kepada sinyal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya. Seseorang dengan kondisi seperti ini akan menunjukkan beberapa gejala seperti mudah terkena penyakit infeksi, anemia, dan perdarahan.

Menurut perkumpulan Leukemia & Lymphoma Society, penyakit ini menyerang sekitar 3.317 anak-anak sejak lahir sampai usia 14 tahun di Amerika Serikat setiap tahunnya. Salah satu jenis penyakit ini yaitu leukemia limfoid akut, adalah tipe yang paling sering diderita dari kanker di kalangan anakanak berusia 1 sampai 7 tahun.

Para dokter umumnya dapat mengobati leukemia ini hingga sembuh, tetapi banyak juga yang memiliki potensi untuk mematikan.
Dalam studi terbaru ini, para peneliti mengamati catatan medis dari 711 orang anak sampai usia 14 tahun yang didiagnosis menderita leukemia limfoid akut di California pada 1995–2008. Peneliti membandingkan hasilnya dengan anakanak seusianya yang tidak leukemia.

Hasil penemuan ini diterbitkan dalam edisi online pada 1 Oktober jurnal International Journal of Epidemiology.
Para peneliti mengecualikan paparan sinar X pada tahun sebelum diagnosis dan sebelum kelahiran. Mereka menemukan bahwa risiko seorang anak akan meningkat sekitar 1,85 kali lebih tinggi mengidap leukemia jika mereka telah terpapar sebanyak tiga kali atau lebih radiasi sinar X.

Dalam bagian terpisah dari penelitian ini, para peneliti mengamati anak-anak dengan leukemia myeloid akut, tapi tidak menemukan hubungan antara jenis leukemia dan paparan sinar X.
Gambaran besarnya, peningkatan risiko menderita leukemia akibat paparan radiasi, tidak serta-merta meningkatkan jumlah penderita leukemia pada anak-anak secara keseluruhan.

Secara umum, sekitar 4 dari setiap 100.000 anak-anak telah menderita jenis leukemia khusus tersebut. Menutur Buffler, jika paparan sinar X akan meningkatkan risiko menjadi dua kali lipat menderita leukemia, maka jumlah penderitanya akan menjadi 8 anak dari setiap 100.000 anak-anak.

Hasil ini tentu saja mengejutkan, di mana menjawab asumsi sebelumnya tentang keamanan sinar X. “Kita bicara tentang rutinnya kita mendapatkan diagnostik penyakit melalui sinar X,” kata Buffler. Mengapa sinar X begitu berisiko? Dia menjelaskan, penelitian menunjukkan bahwa jenis radiasi yang ditemukan di sinar X dapat menyebabkan sel dalam tubuh bermutasi dan menyebabkan kanker.

Dan CT scan, kata Buffler, yang terus populer dalam beberapa tahun terakhir, bahkan membuat radiasi lebih banyak dibanding sinar X yang biasa. “Penelitian selanjutnya akan melihat efek dari CT scan terhadap tingkat keparahan leukemia,” tambahnya. Menurut Dr Anna Meadows, seorang ahli onkologi di Rumah Sakit Anak Philadelphia yang juga seorang profesor pediatri di University of Pennsylvania, Amerika Serikat, temuan studi ini masuk akal.


(SINDO//tty)
http://lifestyle.okezone.com

Comments

Popular posts from this blog

Waspadai Bercak Putih di Retina Mata Anak

BERCAK putih di retina mata anak bisa jadi penanda awal keganasan kanker bola mata. Ini harus segera diwaspadai. Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dengan Abiyyu, 12 tahun. Seperti anak-anak lain seusianya, bocah lelaki kelas enam SD Surya Bahari, Tangerang, ini tampak ceria bermain petak umpet, ikut senam kesegaran jasmani di sekolah, bertanding sepak bola, dan menjaring serangga di lapangan. Bersama dua temannya, dia juga tampak kompak menyanyikan lagu Oke milik duo T2 sambil sesekali terdengar gelak tawa khas keceriaan anak-anak. Bercak Putih Pada Mata - Tanda Kanker Retina Lantas, apa yang berbeda dari Abiyyu? Di balik kacamata yang senantiasa dikenakannya, siapa sangka bila bocah bernama lengkap Achmad Abiyyu Sofyan ini hanya punya satu mata kiri untuk melihat. Empat tahun lalu, keganasan kanker bola mata membuat Abiyyu harus merelakan bola mata kanannya diangkat untuk kemudian digantikan mata palsu yang hanya kosmetik semata. "Kata dokter, kalau tidak diangkat,

"Kok, mata anakku sering berair, ya?"

PADA bayi, saluran air mata kadang belum sempurna. Pada saat normal, air mata keluar dari kelenjar lacrimalis (memproduksi air mata) yang bertujuan agar air mata selalu basah dan lembap. Kemudian, air mata ini keluar melalui saluran di bagian ujung mata bagian dalam (medial) dan masuk melalui hidung. Secara normal, kita tidak merasa air mata itu berproduksi terus karena produksi dan pengeluarannya teratur. Keadaan berubah bila produksi air mata bertambah, seperti menangis atau sumbatan pada pada pangkal hidung, sehingga air mata tersebut meningkat dan terlihat berair. Jika kondisi tersebut dialami si kecil, tentu Anda akan berpikir, mengapa bisa demikian? Apakah hal tersebut normal dialami oleh setiap bayi? Kata orangtua jaman dulu, biar cepet sembuh harus dijilat oleh sang ibu. Apakah teori itu benar? Lantas, bagaimana perawatannya?

Ditemukan, Vaksin AIDS pada Tubuh ODHA

PENELITI Amerika selangkah lebih dekat untuk mengembangkan vaksin melawan virus AIDS yang mematikan. Mereka menemukan antibodi yang mampu membunuh 91 persen virus HIV. Ilmuwan menemukan tiga antibodi kuat dalam sel tubuh seorang pria gay keturunan Afrika-Amerika berusia 60 tahun yang dijuluki Donor 45. Bahkan satu di antaranya adalah antibodi yang menetralisir lebih dari 91 persen virus HIV. Tubuh pria tersebut membuat antibodi secara alami. Demikian okezone lansir dari NY Daily News, Senin (12/7/2010). Dalam kasus Donor 45—yang antibodinya tidak menyelamatkan dirinya dari tertular HIV—peneliti menyaring sekira 25 juta sel untuk menemukan puluhan sel yang nantinya bisa menghasilkan antibodi yang kuat. Pria tersebut kemungkinan besar sudah tertular virus HIV sebelum tubuhnya mulai memroduksi antibodi. Hingga kini, ia masih hidup, dan telah mengidap HIV selama 20 tahun pada saat darahnya diambil.