Gigi sensitif tak hanya berdampak buruk bagi kesehatan. Gigi sensitif juga berefek buruk secara psikis. Rasa ngilu tak jarang membuat penderitanya uring-uringan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan lembaga independen AC Nielsen terhadap kesehatan gigi masyarakat Indonesia pada 2010 ini, tercatat sekitar 50 persen penduduk Indonesia mengalami masalah gigi ngilu yang merupakan indikasi gigi sensitif.
Data tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia belum paham tentang masalah gigi sensitif. Biasanya mereka hanya membiarkan tanpa penanganan serius karena dianggap masalah yang wajar dan hanya terjadi musiman.
Tidak sedikit seseorang menyadari masalah gigi sensitif karena mereka hanya menganggap masalah kesehatan gigi yang mengganggu sebatas pada gigi berlubang, karang gigi, dan keluhan karena perawatan estetika gigi (kawat gigi), bukan gigi sensitif yang lebih sering diabaikan. Data menyebutkan, 52 persen penderita tidak menyadarinya tanpa berkonsultasi ke dokter gigi, bahkan 50 persen penderita tetap tidak tertangani untuk problem ini.
Dental Detailing Manager Glaxo Smith Kline Consumer Healthcare, Maria Melisa menuturkan, masyarakat di sini masih banyak yang belum mengerti tentang apa yang dimaksud dengan gigi sensitif. Yang banyak mereka tahu, biasanya hanya sebatas pada gigi berlubang atau karang gigi.
“Gigi sensitif adalah gigi yang terasa ngilu tajam dan pendek saat terkena makanan atau minuman yang terlalu panas, dingin, asam, atau terkena sentuhan alat (sikat gigi), ”ucapnya dalam acara ‘Sensodyne Expert Sharing’ yang diadakan Sensodyne, beberapa waktu lalu.
Bagian gigi yang paling rentan mengalami sensitivitas adalah gigi taring, geraham kecil, dan geraham. Selain itu, gigi bagian sebelah kiri lebih sering merasakan ngilu dibandingkan sebelah kanan.
Maria menjelaskan, rasa ngilu pada gigi sensitif timbul jika ujung tubula dentin yang terbuka terkena rangsang sehingga mengubah arah pergerakan cairan di dalam tubula dentin yang meneruskan ke sensor saraf. Dari adanya gigi sensitif, disebutkan bahwa 1 dari 3 orang menderita ngilu karena hipersensitivitas dentin dengan penderita terbanyak adalah mereka yang berusia 20 sampai 50 tahun. Dengan jumlah penderita paling banyak adalah wanita.
“Diduga, itu karena wanita cenderung lebih rajin menjaga kebersihan gigi dan cara menggosok giginya terlalu keras,” tutur Maria.
Spesialis periodental dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI), Drg Robert Lessang Sp Perio mengatakan, gigi sensitif memang banyak terjadi karena pola makan, seperti menyantap makanan yang terlalu panas, dingin, atau asam.
Adapun rasa ngilu pada gigi sensitif disebabkan oleh menipisnya enamel atau email (lapisan terluar gigi) yang di antaranya bisa disebabkan menyikat gigi yang salah, seperti terlalu keras menggosok gigi dan dilakukan dengan gerakan yang salah yaitu ke kiri dan kanan, padahal yang benar adalah ke atas bawah.
Teknik pemutihan gigi atau bleaching yang menggunakan bahan-bahan kimia berkonsentrasi tinggi juga bisa sebabkan penipisan email pada gigi.
Bahkan waktu menyikat gigi yang tidak tepat juga memengaruhi terjadinya pengikisan enamel gigi. Kebiasaan yang salah saat menyikat gigi seperti langsung menyikat gigi setelah sarapan karena setelah makan suasana dalam mulut bersifat asam yang memudahkan terkikisnya lapisan enamel gigi ketika digosok.
Jadi, sebaiknya menyikat gigi dilakukan setelah bangun tidur di pagi hari, tujuannya memangbukan untuk membersihkan sisa makanan, tetapi untuk mencegah terbentuknya plak atau karang gigi. “Sikat gigi Anda 25 menit setelah makan apabila ingin menyikat gigi setelah sarapan,” sarannya.
Masih dikatakan Robert, sebaiknya jika terburu-buru, gigi cukup dibersihkan dengan berkumur atau makanan yang tersisa di gigi bisa dibersihkan dengan dental floss setelah sarapan.
(Koran SI/Koran SI/tty)
Comments