PENDERITA diabetes rentan terkena komplikasi penyakit lain. Biasanya komplikasi muncul bila kendali gula darahnya tidak atau kurang baik. Komplikasi biasanya terjadi pada jantung dan pembuluh darah.
Faktor kadar gula darah tinggi jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi jangka panjang. Selain itu, apabila penyakit DM tidak segera ditangani dengan tepat bisa menyebabkan berbagai komplikasi yang fatal. Bisa juga dikatakan, diabetes merupakan penyakit serius yang dapat menyebabkan berbagai risiko morbiditas dan kematian yang signifikan, baik akut maupun kronis.
Komplikasi akut disebabkan oleh hiperglikemia parah dan biasanya disertai dengan pencetus infeksi. Komplikasi kronis ditandai dengan kerusakan, disfungsi, dan akhirnya kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan otak.
“Diabetes merupakan kelainan yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi bahkan kematian, di samping beban ekonomi dan biaya yang tinggi,” ucap ahli penyakit dalam yang juga Ketua Panitia JDM 2010 Dr dr Dante Saksono Harbuwono SpPD.
Kepala Divisi Metabolik dan Endokrin Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr Imam Subekti SpPD-KEMD menuturkan, diabetes bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Di antaranya karena terdapat gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin (yang biasa disebut juga dengan resistensi insulin) atau keduanya. Kondisi resistensi insulin ini menyebabkan gangguan serta menurunnya kolesterol HDL. Profil lemak yang demikian memudahkan terjadinya pengerakan (pengerasan) pembuluh darah besar maupun kecil.
“Peningkatan berat badan yang sedikit sekalipun dapat meningkatkan risiko diabetes,” ucapnya pada acara temu media “19th Jakarta Diabets Meeting (JDM), Diabetes Lipid & Vascular Risks”, di Hotel Nikko Jakarta, baru-baru ini.
Imam menuturkan, terdapat dugaan bahwa jaringan adipose pada seseorang yang memiliki badan gemuk mengeluarkan zat yang mengganggu kerja insulin pada jaringan otot rangka dan hati. Zat asam lemak bebas plasma diduga kuat menyebabkan resistensi insulin pada otot rangka dan hati secara langsung.
Anggota Staf Divisi Metabolisme dan Endokrinologi, Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Prof Sarwono Waspadji SpPDKEMD mengatakan, penyakit yang berhubungan dengan lemak seperti penyakit jantung dan pembuluh darah rentan dialami oleh penderita diabetes melitus (DM). Penderita DM memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini dibandingkan orang tanpa DM.
“Wanita dengan diabetes melitus menderita penyakit jantung dan pembuluh darah 4–6 kali lebih besar dibandingkan wanita tanpa DM. Sedangkan pria dengan DM berisiko 2–3 kali lebih besar dibandingkan dengan pria yang bukan penderita,” ungkap dia dalam acara yang sama.
Sarwono menuturkan, penyakit jantung dan pembuluh darah pada pasien DM dapat muncul pada usia yang lebih dini. Ini terjadi karena kadar gula darah yang tinggi pada DM dapat memicu peningkatan timbunan zat-zat lemak pada dinding pembuluh darah. Timbunan zat-zat lemak ini dapat menyebabkan sumbatan pada aliran darah. Selanjutnya, sumbatan ini menyebabkan pembuluh darah menjadi lebih kaku sehingga mempercepat timbulnya berbagai penyakit jantung dan pembuluh darah.
Faktor risiko lain yang menyebabkan terjadinya diabetes selain kadar gula tinggi yang tidak terkontrol dan kadar kolesterol tinggi juga bisa disebabkan karena genetik. Selain itu, kurangnya aktivitas serta kegemukan yang terpusat di daerah pinggang dan perut dan gaya hidup yang tidak baik, seperti merokok juga bisa memicu terjadinya DM.
Butuh pengetahuan bagi para penderita diabetes agar bisa hidup nyaman dan sehat. Selain itu, masyarakat diharapkan dapat menjaga kadar gula darah sebisa mungkin mendekati normal. Namun apabila tekanan darah dan profil lemak darah tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan terapi obat-obatan.
Sementara melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga juga penting untuk menjaga kesehatan. Jangan lupa untuk menjalani gaya hidup sehat serta menjaga berat badan dan mengatur pola makan menjadi cara untuk mencegah terjadinya diabetes.
(Koran SI/Koran SI/tty)
http://lifestyle.okezone.com
Menurut data Indonesian Diabetic Prevalence tahun 2006, jumlah penderita diabetes di perkotaan mencapai 8,2 juta orang. Sementara di pedesaan mencapai 5,5 juta orang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memperkirakan jumlah penderita diabetes melitus (DM) tipe 2 di Indonesia meningkat tiga kali lipat dalam 10 tahun dan pada 2010 mencapai 21,3 juta orang, yang awalnya di tahun 2000 jumlah penderita hanya 8,4 juta orang.
Faktor kadar gula darah tinggi jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi jangka panjang. Selain itu, apabila penyakit DM tidak segera ditangani dengan tepat bisa menyebabkan berbagai komplikasi yang fatal. Bisa juga dikatakan, diabetes merupakan penyakit serius yang dapat menyebabkan berbagai risiko morbiditas dan kematian yang signifikan, baik akut maupun kronis.
Komplikasi akut disebabkan oleh hiperglikemia parah dan biasanya disertai dengan pencetus infeksi. Komplikasi kronis ditandai dengan kerusakan, disfungsi, dan akhirnya kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan otak.
“Diabetes merupakan kelainan yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi bahkan kematian, di samping beban ekonomi dan biaya yang tinggi,” ucap ahli penyakit dalam yang juga Ketua Panitia JDM 2010 Dr dr Dante Saksono Harbuwono SpPD.
Kepala Divisi Metabolik dan Endokrin Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr Imam Subekti SpPD-KEMD menuturkan, diabetes bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Di antaranya karena terdapat gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin (yang biasa disebut juga dengan resistensi insulin) atau keduanya. Kondisi resistensi insulin ini menyebabkan gangguan serta menurunnya kolesterol HDL. Profil lemak yang demikian memudahkan terjadinya pengerakan (pengerasan) pembuluh darah besar maupun kecil.
“Peningkatan berat badan yang sedikit sekalipun dapat meningkatkan risiko diabetes,” ucapnya pada acara temu media “19th Jakarta Diabets Meeting (JDM), Diabetes Lipid & Vascular Risks”, di Hotel Nikko Jakarta, baru-baru ini.
Imam menuturkan, terdapat dugaan bahwa jaringan adipose pada seseorang yang memiliki badan gemuk mengeluarkan zat yang mengganggu kerja insulin pada jaringan otot rangka dan hati. Zat asam lemak bebas plasma diduga kuat menyebabkan resistensi insulin pada otot rangka dan hati secara langsung.
Anggota Staf Divisi Metabolisme dan Endokrinologi, Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Prof Sarwono Waspadji SpPDKEMD mengatakan, penyakit yang berhubungan dengan lemak seperti penyakit jantung dan pembuluh darah rentan dialami oleh penderita diabetes melitus (DM). Penderita DM memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini dibandingkan orang tanpa DM.
“Wanita dengan diabetes melitus menderita penyakit jantung dan pembuluh darah 4–6 kali lebih besar dibandingkan wanita tanpa DM. Sedangkan pria dengan DM berisiko 2–3 kali lebih besar dibandingkan dengan pria yang bukan penderita,” ungkap dia dalam acara yang sama.
Sarwono menuturkan, penyakit jantung dan pembuluh darah pada pasien DM dapat muncul pada usia yang lebih dini. Ini terjadi karena kadar gula darah yang tinggi pada DM dapat memicu peningkatan timbunan zat-zat lemak pada dinding pembuluh darah. Timbunan zat-zat lemak ini dapat menyebabkan sumbatan pada aliran darah. Selanjutnya, sumbatan ini menyebabkan pembuluh darah menjadi lebih kaku sehingga mempercepat timbulnya berbagai penyakit jantung dan pembuluh darah.
Faktor risiko lain yang menyebabkan terjadinya diabetes selain kadar gula tinggi yang tidak terkontrol dan kadar kolesterol tinggi juga bisa disebabkan karena genetik. Selain itu, kurangnya aktivitas serta kegemukan yang terpusat di daerah pinggang dan perut dan gaya hidup yang tidak baik, seperti merokok juga bisa memicu terjadinya DM.
Butuh pengetahuan bagi para penderita diabetes agar bisa hidup nyaman dan sehat. Selain itu, masyarakat diharapkan dapat menjaga kadar gula darah sebisa mungkin mendekati normal. Namun apabila tekanan darah dan profil lemak darah tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan terapi obat-obatan.
Sementara melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga juga penting untuk menjaga kesehatan. Jangan lupa untuk menjalani gaya hidup sehat serta menjaga berat badan dan mengatur pola makan menjadi cara untuk mencegah terjadinya diabetes.
(Koran SI/Koran SI/tty)
http://lifestyle.okezone.com
Comments