Skip to main content

Fakta Artritis Reumatoid

ARTRITIS reumatoid (AR) diperkirakan menimpa lebih dari 21 juta orang di dunia. AR adalah penyakit otoimun progresif yang ditandai dengan peradangan pada membran persendian di seluruh tubuh.

Peradangan ini menyebabkan distorsi pada sendi dan menurunkan fungsi yang disertai dengan rasa nyeri, kaku, dan pembengkakan. Penyakit ini pada akhirnya mengarah pada kerusakan sendi yang tidak dapat diperbaiki, termasuk kecacatan.



Sebagai tambahan, ciri-ciri sistemik AR disertai juga dengan rasa lelah, anemia, osteoporosis, dan dapat menurunkan harapan hidup dengan memengaruhi sistem organ-organ penting.

Studi yang dilakukan di Inggris mengungkapkan, dalam dua tahun pertama, hampir 70% pasien AR memiliki bukti sinar X kerusakan sendi. Dan, dalam 10 tahun, kurang dari 50% pasien dapat tetap bekerja atau berfungsi dengan normal dalam aktivitas sehari-hari.

Ada dua jenis terapi AR yakni mengurangi rasa sakit dan pembengkakan pada sendi serta memperlambat atau mencegah proses penyakit. Terapi untuk mengurangi rasa sendi tersebut ada dua macam, yakni NSAID (non steroid anti inflamatory drug) atau obat antiinflamasi nonsteroid, dan Prednisone dosis rendah.

Adapun terapi untuk mencegah proses penyakit adalah DMARD (disease modifying arthritis reumatoid drug) yang meliputi dua macam. DMARD tradisional (Methotrexate) dan DMARD biologis (TNF Inhibitor, Rituximab, Tocilizumab).

Tocilizumab telah dipelajari dalam lima penelitian fase tiga multibangsa, dengan melibatkan lebih dari 4.000 pasien. Menjadikannya program pengembangan penelitian klinis terbesar untuk AR sampai saat ini.

Penelitian menunjukkan bahwa tocilizumab terapi tunggal atau dikombinasikan dengan methotrexate atau DMARDs lain secara signifikan mengurangi tanda atau akibat dari AR, dengan mengabaikan terapi sebelumnya dibandingkan dengan DMARDs saja.



(SINDO//nsa)
http://lifestyle.okezone.com

Comments

Popular posts from this blog

Waspadai Bercak Putih di Retina Mata Anak

BERCAK putih di retina mata anak bisa jadi penanda awal keganasan kanker bola mata. Ini harus segera diwaspadai. Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dengan Abiyyu, 12 tahun. Seperti anak-anak lain seusianya, bocah lelaki kelas enam SD Surya Bahari, Tangerang, ini tampak ceria bermain petak umpet, ikut senam kesegaran jasmani di sekolah, bertanding sepak bola, dan menjaring serangga di lapangan. Bersama dua temannya, dia juga tampak kompak menyanyikan lagu Oke milik duo T2 sambil sesekali terdengar gelak tawa khas keceriaan anak-anak. Bercak Putih Pada Mata - Tanda Kanker Retina Lantas, apa yang berbeda dari Abiyyu? Di balik kacamata yang senantiasa dikenakannya, siapa sangka bila bocah bernama lengkap Achmad Abiyyu Sofyan ini hanya punya satu mata kiri untuk melihat. Empat tahun lalu, keganasan kanker bola mata membuat Abiyyu harus merelakan bola mata kanannya diangkat untuk kemudian digantikan mata palsu yang hanya kosmetik semata. "Kata dokter, kalau tidak diangkat,

"Kok, mata anakku sering berair, ya?"

PADA bayi, saluran air mata kadang belum sempurna. Pada saat normal, air mata keluar dari kelenjar lacrimalis (memproduksi air mata) yang bertujuan agar air mata selalu basah dan lembap. Kemudian, air mata ini keluar melalui saluran di bagian ujung mata bagian dalam (medial) dan masuk melalui hidung. Secara normal, kita tidak merasa air mata itu berproduksi terus karena produksi dan pengeluarannya teratur. Keadaan berubah bila produksi air mata bertambah, seperti menangis atau sumbatan pada pada pangkal hidung, sehingga air mata tersebut meningkat dan terlihat berair. Jika kondisi tersebut dialami si kecil, tentu Anda akan berpikir, mengapa bisa demikian? Apakah hal tersebut normal dialami oleh setiap bayi? Kata orangtua jaman dulu, biar cepet sembuh harus dijilat oleh sang ibu. Apakah teori itu benar? Lantas, bagaimana perawatannya?

Ditemukan, Vaksin AIDS pada Tubuh ODHA

PENELITI Amerika selangkah lebih dekat untuk mengembangkan vaksin melawan virus AIDS yang mematikan. Mereka menemukan antibodi yang mampu membunuh 91 persen virus HIV. Ilmuwan menemukan tiga antibodi kuat dalam sel tubuh seorang pria gay keturunan Afrika-Amerika berusia 60 tahun yang dijuluki Donor 45. Bahkan satu di antaranya adalah antibodi yang menetralisir lebih dari 91 persen virus HIV. Tubuh pria tersebut membuat antibodi secara alami. Demikian okezone lansir dari NY Daily News, Senin (12/7/2010). Dalam kasus Donor 45—yang antibodinya tidak menyelamatkan dirinya dari tertular HIV—peneliti menyaring sekira 25 juta sel untuk menemukan puluhan sel yang nantinya bisa menghasilkan antibodi yang kuat. Pria tersebut kemungkinan besar sudah tertular virus HIV sebelum tubuhnya mulai memroduksi antibodi. Hingga kini, ia masih hidup, dan telah mengidap HIV selama 20 tahun pada saat darahnya diambil.