ALKOHOL adalah salah satu minuman yang harus dihindari ketika tengah mengandung. Namun, penelitian di Inggris menyebutkan peminum ringan tidak membahayakan kesehatan janin. Benarkah?
Menjalani kehamilan merupakan masa-masa yang tidak mudah. Sang ibu harus mengontrol makanannya dan memastikan hanya makanan bergizi dan baik bagi janin yang dikonsumsi. Makanan yang mentah ataupun setengah matang harus ditinggalkan. Anda juga harus mengucapkan selamat tinggal pada merek rokok kesayangan karena merokok terbukti dapat membahayakan kesehatan janin. Apalagi meminum alkohol.
Namun, hal ini justru dimentahkan oleh penelitian yang baru-baru ini dilakukan. Para ahli tersebut berkesimpulan bahwa meminum satu hingga dua gelas alkohol selama masa kehamilan, tidak membahayakan janin. Peneliti membuktikannya dengan mengikuti perkembangan anak sampai mereka berumur lima tahun—yang ibunya bisa dikategorikan sebagai peminum ringan. Peneliti tidak menemukan adanya kelainan sikap ataupun masalah kognitif pada anak-anak ini saat dibandingkan dengan anak-anak yang ibunya sama sekali antiminuman keras.
Kendati penelitian ini bisa dikatakan sebagai pertanda lampu hijau bagi mereka yang telah terbiasa meminum alkohol meski tidak banyak pada awal masa kehamilan, Dr Richard Jones selaku asisten profesor obstetri dan ginekologi di Pusat Kesehatan Texas A&M sama sekali menentangnya.
“Peminum berat akan menyebabkan banyak masalah bagi janinnya dan kesehatan si ibu sendiri,” kata Richard yang juga menjabat direktur Obstetri di Scott & White di Temple, dari laman Healthday.com.
“Banyak pihak medis yang tidak mengubah keputusannya untuk tidak menoleransi konsumsi alkohol selama kehamilan. Pandangan saya pribadi juga demikian,” kata wakil presiden untuk penelitian dan program global di The March of Dimes Dr Michael Katz.
Michael mengatakan hanya melihat risiko terganggunya kesehatan selama kehamilan jika sang ibu mengonsumsi alkohol.
“Mau sedikit atau banyak (konsumsi alkohol), tetap saja membahayakan. Saya tidak mengerti apa salahnya berhenti mengonsumsi alkohol ketika masa kehamilan. Padahal, bayi dapat berisiko tinggi jika ibunya peminum berat,” katanya lagi.
Sementara Dr Ron Jaekle, dokter ahli obgyndari Universitas Kesehatan Cincinnati, mengaku tidak mengetahui apakah ada level aman untuk mengonsumsi minuman keras.
“Yang pasti, fetal alkohol syndrome (FAS) biasanya ditemukan pada ibu yang peminum berat,” kata Ron.
Namun, peneliti dari Universitas London yang melakukan penelitian ini bersikukuh tidak ada hubungan sebab-akibat antara kebiasaan meminum alkohol dengan bahaya kesehatan terhadap janin.
Studi sebelumnya yang dilakukan oleh kelompok peneliti yang sama, menemukan bahwa kebiasaan ibu meminum alkohol sedikit selama kehamilan nyatanya tidak membahayakan janin.
Kali ini peneliti mengambil responden sebanyak 11.500 anak yang lahir di Inggris. Anak-anak tersebut dilaporkan lahir dari ibu yang gemar minum. Peneliti kemudian membagi ibu anak-anak ini dalam beberapa kelompok. Kelompok antiminum alkohol yakni ibu yang tidak minum, tetapi gemar minum baik sebelum maupun sesudah kehamilan. Peminum ringan yakni ibu yang minum 1- 2 gelas seminggu. Kelompok moderat yakni sang ibu biasa meminum 3- 6 gelas seminggu atau 5 gelas dalam satu waktu. Adapun peminum berat yang biasa meminum 7 gelas lebih dalam seminggu.
Enam persen perempuan mengategorikan dirinya sebagai kelompok antiminum alkohol, sedangkan 60 persen lainnya mengaku tidak minum selama hamil tetapi minum di luar masa kehamilan, 26 persen adalah peminum ringan, 5,5 persen sebagai peminum moderat, dan 2,5 persen mengklaim sebagai peminum berat.
Hasil penelitian menunjukkan, anak-anak yang ibunya peminum ringan selama masa kehamilan, tidak memiliki masalah gangguan sikap, emosi, maupun intelektual dibandingkan dengan anak dari ibu yang bukan peminum. Sebaliknya, anak dari ibu yang tergolong peminum berat memiliki risiko tinggi terhadap berbagai masalah kesehatan maupun psikis.
(Koran SI/Koran SI/ftr)
http://lifestyle.okezone.com
Menjalani kehamilan merupakan masa-masa yang tidak mudah. Sang ibu harus mengontrol makanannya dan memastikan hanya makanan bergizi dan baik bagi janin yang dikonsumsi. Makanan yang mentah ataupun setengah matang harus ditinggalkan. Anda juga harus mengucapkan selamat tinggal pada merek rokok kesayangan karena merokok terbukti dapat membahayakan kesehatan janin. Apalagi meminum alkohol.
Namun, hal ini justru dimentahkan oleh penelitian yang baru-baru ini dilakukan. Para ahli tersebut berkesimpulan bahwa meminum satu hingga dua gelas alkohol selama masa kehamilan, tidak membahayakan janin. Peneliti membuktikannya dengan mengikuti perkembangan anak sampai mereka berumur lima tahun—yang ibunya bisa dikategorikan sebagai peminum ringan. Peneliti tidak menemukan adanya kelainan sikap ataupun masalah kognitif pada anak-anak ini saat dibandingkan dengan anak-anak yang ibunya sama sekali antiminuman keras.
Kendati penelitian ini bisa dikatakan sebagai pertanda lampu hijau bagi mereka yang telah terbiasa meminum alkohol meski tidak banyak pada awal masa kehamilan, Dr Richard Jones selaku asisten profesor obstetri dan ginekologi di Pusat Kesehatan Texas A&M sama sekali menentangnya.
“Peminum berat akan menyebabkan banyak masalah bagi janinnya dan kesehatan si ibu sendiri,” kata Richard yang juga menjabat direktur Obstetri di Scott & White di Temple, dari laman Healthday.com.
“Banyak pihak medis yang tidak mengubah keputusannya untuk tidak menoleransi konsumsi alkohol selama kehamilan. Pandangan saya pribadi juga demikian,” kata wakil presiden untuk penelitian dan program global di The March of Dimes Dr Michael Katz.
Michael mengatakan hanya melihat risiko terganggunya kesehatan selama kehamilan jika sang ibu mengonsumsi alkohol.
“Mau sedikit atau banyak (konsumsi alkohol), tetap saja membahayakan. Saya tidak mengerti apa salahnya berhenti mengonsumsi alkohol ketika masa kehamilan. Padahal, bayi dapat berisiko tinggi jika ibunya peminum berat,” katanya lagi.
Sementara Dr Ron Jaekle, dokter ahli obgyndari Universitas Kesehatan Cincinnati, mengaku tidak mengetahui apakah ada level aman untuk mengonsumsi minuman keras.
“Yang pasti, fetal alkohol syndrome (FAS) biasanya ditemukan pada ibu yang peminum berat,” kata Ron.
Namun, peneliti dari Universitas London yang melakukan penelitian ini bersikukuh tidak ada hubungan sebab-akibat antara kebiasaan meminum alkohol dengan bahaya kesehatan terhadap janin.
Studi sebelumnya yang dilakukan oleh kelompok peneliti yang sama, menemukan bahwa kebiasaan ibu meminum alkohol sedikit selama kehamilan nyatanya tidak membahayakan janin.
Kali ini peneliti mengambil responden sebanyak 11.500 anak yang lahir di Inggris. Anak-anak tersebut dilaporkan lahir dari ibu yang gemar minum. Peneliti kemudian membagi ibu anak-anak ini dalam beberapa kelompok. Kelompok antiminum alkohol yakni ibu yang tidak minum, tetapi gemar minum baik sebelum maupun sesudah kehamilan. Peminum ringan yakni ibu yang minum 1- 2 gelas seminggu. Kelompok moderat yakni sang ibu biasa meminum 3- 6 gelas seminggu atau 5 gelas dalam satu waktu. Adapun peminum berat yang biasa meminum 7 gelas lebih dalam seminggu.
Enam persen perempuan mengategorikan dirinya sebagai kelompok antiminum alkohol, sedangkan 60 persen lainnya mengaku tidak minum selama hamil tetapi minum di luar masa kehamilan, 26 persen adalah peminum ringan, 5,5 persen sebagai peminum moderat, dan 2,5 persen mengklaim sebagai peminum berat.
Hasil penelitian menunjukkan, anak-anak yang ibunya peminum ringan selama masa kehamilan, tidak memiliki masalah gangguan sikap, emosi, maupun intelektual dibandingkan dengan anak dari ibu yang bukan peminum. Sebaliknya, anak dari ibu yang tergolong peminum berat memiliki risiko tinggi terhadap berbagai masalah kesehatan maupun psikis.
(Koran SI/Koran SI/ftr)
http://lifestyle.okezone.com
Comments