Skip to main content

Daging Merah Tingkatkan Risiko Stroke

KONSUMSI daging merah secara berlebihan terbukti meningkatkan risiko seorang wanita terserang stroke. Keterkaitan antara keduanya diungkapkan sebuah penelitian yang dilakukan di Swedia belum lama ini.

Bagi Anda wanita penyuka hidangan yang terbuat daging merah, sebaiknya berhati-hati. Sebuah penelitian terbaru menyebutkan, wanita yang sering mengonsumsi daging merah dalam jumlah besar berisiko tinggi terkena stroke. Kesimpulan ini didapat setelah peneliti mengambil sampel dari lebih 30.000 wanita di Swedia.

Para peneliti menemukan bukti bawa sepuluh besar responden yang mengonsumsi minimal 102 gram atau 3,6 ons daging merah setiap harinya, mengalami risiko 42 persen mengidap stroke akibat terhambatnya aliran darah ke otak dibandingkan wanita yang makan daging kurang dari 25 gram (tepat di bawah 1 ons) per harinya. Diet kaya lemak makan daging merah telah dikaitkan dengan sejumlah dampak penyakit, termasuk peningkatan risiko kanker tertentu, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi. Namun sejauh ini, baru tiga studi yang meneliti risiko hubungan konsumsi daging merah dan stroke. Satu studi menemukan keterkaitan itu, sementara yang lainnya tidak.

Untuk menyelidiki hal itu lebih lanjut, Dr Susanna Larsson dari Karolinska Institutet di Stockholm, Swedia, dan rekan-rekannya mengamati sekitar 34.670 wanita berusia antara 39–73 tahun. Semua partisipan itu bebas dari penyakit kardiovaskular dan kanker saat awal studi pada 1997. Selama 10 tahun mereka dipantau, sebanyak 1.680 wanita (4 persen di antaranya) mengalami stroke.

“Mungkin wanita memang makan lebih banyak daging merah,” kata Dr Daniel Lackland, profesor epidemiologi di Departemen Ilmu Saraf di Medical University of South Carolina di Charleston, Amerika Serikat, yang mengkaji penelitian di Swedia tersebut. “Kita benar-benar tidak tahu. Ada terlalu banyak pertanyaan yang tak terjawab,” lanjutnya seperti dikutip AOL Health.

“Daging diketahui meningkatkan kolesterol dan menyebabkan risiko penyumbatan,” ujar Lackland. Daging merah yang diolah, termasuk yang dijual di supermarket atau toko daging serta daging olahan lainnya, mengandung natrium dan trigliserida yang tinggi, yang dapat meningkatkan risiko stroke. Dia menyarankan setiap wanita untuk membatasi konsumsi daging merah untuk hanya satu atau dua kali seminggu.

“Semakin banyak takaran daging merah yang Anda makan, maka semakin besar risiko terkena serangan stroke,” kata Lackland.

Saat memasak daging merah, Lackland menganjurkan agar prosesnya dipanggang, bukan dengan cara lain. “Dipanggang akan lebih baik karena lemak yang berlebihan akan menghilang,” kata Lackland.

Penyakit stroke sendiri disebabkan oleh terhambatnya arteri yang memasok darah ke otak yang juga dikenal dengan istilah cerebral infarction. Ini merupakan jenis stroke yang paling umum, mewakili 78 persen dari seluruh kasus stroke pada penelitian ini. Jenis stroke lainnya termasuk terjadinya pendarahan pada otak atau penyebab lain yang tidak spesifik.

Saat para peneliti membagi wanita responden menjadi lima kelompok yang didasarkan pada berapa banyak daging merah yang dikonsumsi, mereka menemukan fakta bahwa lima besar orang yang mengonsumsi 86 gram per hari (sekitar 3 ons) mengalami kenaikan risiko 22 persen terkena serangan stroke dibandingkan wanita yang mengonsumsi kurang dari 36,5 gram atau 1,3 ons daging merah per hari.

Wanita yang paling banyak mengonsumsi daging yang sudah diproses (minimal 41,3 gram atau 1,5 ons per hari) memiliki risiko 24 persen lebih besar mengalami stroke dibandingkan mereka yang mengonsumsi daging olahan kurang dari 12,1 gram atau kurang dari 1 ons per hari). Meski demikian, tidak ada kaitan antara konsumsi daging segar atau daging olahan dan jenis stroke lainnya.

Kata para peneliti, sejumlah mekanisme bisa menjelaskan kaitan antara daging merah dan risiko stroke. Contohnya, kedua jenis daging yaitu segar dan olahan yang dikaitkan dengan tekanan darah tinggi, penyebab utama stroke. Kandungan zat besi pada daging merah mungkin juga mempercepat produksi radikal bebas yang merusak jaringan.
Lebih lanjut Larsson dan tim menekankan bahwa daging olahan yang kaya sodium juga dapat meningkatkan tekanan darah. Belakangan memang banyak dilaporkan bahwa konsumsi daging bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan kanker kolon, yang menyebabkan timbulnya persepsi negatif terhadap peran daging terhadap kesehatan.

Komponen daging yang disebut-sebut bertanggung jawab terhadap terjadinya penyakit-penyakit ini adalah kadar lemak dan komposisi asam lemaknya.

Namun, sebenarnya daging memiliki banyak kandungan lain yang bermanfaat seperti sumber protein yang paling tinggi, zat besi, creatine, zinc, fosfor, serta bermacam jenis vitamin seperti niacin, vitamin B12, thiamin, dan riboflavin. Daging merah bahkan merupakan sumber terbanyak zat Alpha Lipoic Acid (sejenis antioksidan yang kuat).




(SINDO//tty)
http://lifestyle.okezone.com

Comments

Popular posts from this blog

Obat Penurun Kadar Kolesterol Alami

Mungkin kini Anda sedang dipusingkan dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah. Untuk mengatasinya, coba konsumsi bahan alami yang terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol dengan cepat, yaitu plant stanol ester (PSE).  Gaya hidup dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting dalam memengaruhi kadar kolesterol darah. Semakin baik kebiasaan dan kualitas makanan Anda sehari-hari, tentu makin terjaga pula keseimbangan kolesterol dan kesehatan secara keseluruhan. Diketahui, kadar kolesterol dalam tubuh yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan. Penyakit yang paling sering ditemui akibat kolesterol tinggi adalah penyakit jantung, hipertensi, dan stroke. Dan, harus dicatat, kolesterol tinggi tidak hanya dialami seseorang yang menderita kelebihan berat badan. Walaupun dengan berat badan normal, bisa saja mempunyai kadar kolesterol yang tinggi. Sebenarnya, kolesterol dibutuhkan tubuh untuk membentuk dinding sel, membuat hormon dan vitamin D. Salah satu jenis...

Tanya Jawab Tentang Anak

SEMAKIN besar, ada saja ulah anak yang bikin Moms kagum sekaligus kalang kabut. Tak jarang Moms berucap, “Wow, anakku hebat!”, kali lain “Aduh, wajar nggak sih ini? atau “Kenapa begini... terus harus bagaimana dong?”. Nah, segala pertanyaan soal tumbuh kembang si 1 – 2 tahun yang Moms lemparkan ke redaksi, telah dijawab secara khusus oleh dr. Mas Wishnuwardhana Widjanarko, SpA, M.Si. Med, Dokter Spesialis Anak dari RS Hermina Grand Wisata dan Global Awal Bros Hospital, Bekasi. Yuk, temukan jawabannya! T : Dok, hingga kini anak saya (24 bulan) belum bisa berhenti mengisap jempolnya. Ritual itu dilakukannya pada saat tidur. Biasanya, dia berganti jempol, entah itu jempol kanan atau kiri. Untuk menghilangkan kebiasaan itu, saya mengolesi jempolnya dengan tanaman pahit. Tapi, dia malah ngamuk dan susah tidur. Dok, bagaimana mengatasinya? J : Ibu, coba alihkan perhatian si anak. Misalnya, sebelum tidur, ajaklah dia bermain atau mendongeng.Tapi, kalau cara itu belum ampuh j...

Dementia Alzheimer, Penyakit Gangguan Ingatan Paling Ditakuti

Dementia alzheimer memiliki gejala umum penderita mengalami gangguan daya ingat ringan yang kemudian menjadi gangguan multiple kognitif yang lebih kompleks. Psikiater dari Rumah Sakit Omni Internasional, Alam Sutera Tangerang, dr Andri SpKJ mengatakan, dementia alzheimer adalah salah satu jenis demensia yang ditandai dengan penurunan dari fungsi memori. "Kesulitan penderita adalah belajar informasi baru dan memanggil informasi yang dipelajari sebelumnya," ucap Andri yang juga Penanggung Jawab Klinik Psikosomatik. Andri menuturkan, penurunan secara nyata juga terjadi pada fungsi intelektual (gangguan bahasa, gangguan melakukan aktivitas motorik, kesulitan dalam mengenal benda, gangguan dalam fungsi eksekutif seperti merencanakan, mengorganisasi, pengabstrakan, dan merangkai tindakan). Keadaan ini mengganggu fungsi pribadi dan sosial individu itu.