Skip to main content

Keguanaan Air, Untuk Membuang Racun & Terhindar Penyakit

MENGONSUMSI air paling sedikit delapan liter per hari memang
bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Salah satunya mencegah dehidrasi dan
terhindar dari penyakit lainnya. Mau tahu apa saja?

Ketua Umum Pergizi Pangan (Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan
Indonesia) Prof Dr Hardinsyah MS mengatakan, air adalah sumber
kehidupan dan berguna bagi kebugaran. Artinya, manusia hanya dapat
bertahan hidup selama seminggu tanpa air.

"Biasanya tanda-tanda terjadinya dehidrasi sudah bisa dilihat seperti
rasa haus berkepanjangan dan mulut yang selalu kering," kata
Hardinsyah saat menjadi pembicara temu media di Jakarta, beberapa
waktu lalu. Hardinsyah mengatakan, dehidrasi dapat terjadi seperti
kurangnya air yang dikonsumsi maupun meningkatnya air yang dikeluarkan
dari dalam tubuh.

"Air tidak hanya diperlukan untuk menghilangkan dahaga, juga sebagai
nutrisi penting bagi tubuh," paparnya. Air mempunyai banyak peran
penting dalam fungsi tubuh, seperti menjaga suhu tubuh normal,
membantu proses pencernaan, bahan pelumas berbagai organ tubuh, serta
sebagai alat transportasi bagi limbah atau racun tubuh maupun zat-zat
yang berguna bagi tubuh manusia.

"Namun, kerap kali kita mengabaikan peranan air bagi kesehatan tubuh
dan tidak menjaga pasokan air bagi tubuh. Rasa pusing, iritasi, dan
mengantuk sering kali merupakan indikasi dari kekurangan air bagi
tubuh atau dehidrasi," jelasnya.

Guru Besar Ilmu Pangan dan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber
Daya Keluarga Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ali Khomsan Ms
mengatakan, mengonsumsi air secara cukup dapat meningkatkan fungsi
hormon, memperbaiki kemampuan hati untuk memecah dan melepas lemak,
serta mengurangi rasa lapar.

"Tetapi jika asupan air kurang, maka menyebabkan konstipasi, infeksi
saluran urin, terbentuknya batu ginjal, kelelahan dan masalah-masalah
seputar kulit, rambut, dan kuku," papar ahli gizi yang juga berprofesi
sebagai dosen di IPB.

Ali menuturkan, pengendalian suhu tubuh salah satu di antaranya diatur
dalam mekanisme berkeringat. Ketika udara panas, tubuh akan melawan
temperatur panas tersebut melalui proses berkeringat, sehingga suhu
tubuh tetap dalam batas-batas normal dan tidak mengganggu proses
metabolisme yang terjadi di dalamnya.

"Keringat adalah air. Karenanya minum air berarti memberi kesempatan
tubuh untuk dapat beradaptasi dengan suhu lingkungan yang selalu
berubah," jelasnya. Selanjutnya, Ali juga menambahkan, fungsi
detoksifikasi yang berlangsung di dalam tubuh seseorang sangat
tergantung pada air yang dikonsumsi sehari-hari.

Proses pembuangan racunracun sisa makanan melalui saringan ginjal dan
hati akan lebih lancar dengan keberadaan air. Ali melanjutkan, buang
air kecil dan air besar yang berisi sampah-sampah metabolisme juga
menjadi lancar apabila banyak mengonsumsi air secara
cukup.Tanda-tandanya cadangan air di tubuh cukup adalah air seni
berwarna kuning terang bukan kuning pekat.

Konstipasi (sulit buang air besar) karena feses keras dapat dihindari
apabila asupan air memadai. Manifestasi konstipasi bisa berupa buang
airtidaktuntas, berkurangnya frekuensi, atau sulit buang air.

"Untuk mengatasi konstipasi, disarankan untuk meningkatkan asupan
serat, minum air secara cukup, dan aktif berolahraga. Air akan
membantu meningkatkan jumlah dan volume feses yang dikeluarkan," kata
Ali yang mengambil gelar PhD di Home Economics Education Iowa State
University, Amerika Serikat pada 1991.

Terkendalanya pembuangan sampah hasil proses pencernaan ke luar tubuh
akibat konstipasi akan menimbulkan berbagai penyakit (antara lain
kanker) yang berbahaya. Diduga air akan mempercepat perjalanan makanan
di dalam usus besar sehingga kontak antara zat-zat pencetus kanker
(karsinogen) dengan dinding usus berkurang.

"Di Amerika,keluhan konstipasi sangat sering dialami masyarakat.
Setiap tahun 2,5 juta pasien mengeluhkan gangguan konstipasi," ungkap
Ali yang juga mengambil gelar MS di Fakultas Nutrisi dan Sumber Daya
Keluarga di IPB pada 1987. (lsi)(sindo//tty)

Sumber: OkeZone.Com

Comments

Popular posts from this blog

Waspadai Bercak Putih di Retina Mata Anak

BERCAK putih di retina mata anak bisa jadi penanda awal keganasan kanker bola mata. Ini harus segera diwaspadai. Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dengan Abiyyu, 12 tahun. Seperti anak-anak lain seusianya, bocah lelaki kelas enam SD Surya Bahari, Tangerang, ini tampak ceria bermain petak umpet, ikut senam kesegaran jasmani di sekolah, bertanding sepak bola, dan menjaring serangga di lapangan. Bersama dua temannya, dia juga tampak kompak menyanyikan lagu Oke milik duo T2 sambil sesekali terdengar gelak tawa khas keceriaan anak-anak. Bercak Putih Pada Mata - Tanda Kanker Retina Lantas, apa yang berbeda dari Abiyyu? Di balik kacamata yang senantiasa dikenakannya, siapa sangka bila bocah bernama lengkap Achmad Abiyyu Sofyan ini hanya punya satu mata kiri untuk melihat. Empat tahun lalu, keganasan kanker bola mata membuat Abiyyu harus merelakan bola mata kanannya diangkat untuk kemudian digantikan mata palsu yang hanya kosmetik semata. "Kata dokter, kalau tidak diangkat,

"Kok, mata anakku sering berair, ya?"

PADA bayi, saluran air mata kadang belum sempurna. Pada saat normal, air mata keluar dari kelenjar lacrimalis (memproduksi air mata) yang bertujuan agar air mata selalu basah dan lembap. Kemudian, air mata ini keluar melalui saluran di bagian ujung mata bagian dalam (medial) dan masuk melalui hidung. Secara normal, kita tidak merasa air mata itu berproduksi terus karena produksi dan pengeluarannya teratur. Keadaan berubah bila produksi air mata bertambah, seperti menangis atau sumbatan pada pada pangkal hidung, sehingga air mata tersebut meningkat dan terlihat berair. Jika kondisi tersebut dialami si kecil, tentu Anda akan berpikir, mengapa bisa demikian? Apakah hal tersebut normal dialami oleh setiap bayi? Kata orangtua jaman dulu, biar cepet sembuh harus dijilat oleh sang ibu. Apakah teori itu benar? Lantas, bagaimana perawatannya?

Ditemukan, Vaksin AIDS pada Tubuh ODHA

PENELITI Amerika selangkah lebih dekat untuk mengembangkan vaksin melawan virus AIDS yang mematikan. Mereka menemukan antibodi yang mampu membunuh 91 persen virus HIV. Ilmuwan menemukan tiga antibodi kuat dalam sel tubuh seorang pria gay keturunan Afrika-Amerika berusia 60 tahun yang dijuluki Donor 45. Bahkan satu di antaranya adalah antibodi yang menetralisir lebih dari 91 persen virus HIV. Tubuh pria tersebut membuat antibodi secara alami. Demikian okezone lansir dari NY Daily News, Senin (12/7/2010). Dalam kasus Donor 45—yang antibodinya tidak menyelamatkan dirinya dari tertular HIV—peneliti menyaring sekira 25 juta sel untuk menemukan puluhan sel yang nantinya bisa menghasilkan antibodi yang kuat. Pria tersebut kemungkinan besar sudah tertular virus HIV sebelum tubuhnya mulai memroduksi antibodi. Hingga kini, ia masih hidup, dan telah mengidap HIV selama 20 tahun pada saat darahnya diambil.